CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 6343|Reply: 3

Prof Dr. Zoetmulder SJ dan Sastra Jawa Kuno

[Copy link]
Post time 6-3-2007 09:07 PM | Show all posts |Read mode
Mengeja Romo Zoetmulder dalam Yogi Sastra Jawa Kuno

JANGAN pernah merasa sudah belajar bahasa dan sastra Jawa kuno jikabelum mengenal Zoetmulder dan karyanya. Tanpa bermaksud mengecilkan peran sejumlah tokoh lain yang besar jasanya terhadap bidang ini, semacam Pigeaud, deGraaf, Robson, Roorda, CC Berg, Brandes, bahkan Poerbatjaraka, olehnyalah pintumasuk studi bahasa dan sastra Jawa kuno telah dibuka lebar-lebar. Lewatkarya-karyanya, terutama Kalangwan, Bahasa Parwa: Tata Bahasa Jawa Kuno, danKamus Jawa Kuno-Inggris (terbit juga dalam versi Kamus JawaKuno-Indonesia) merupakan panduan yang sangat bermakna bagi siapa pun yanghendak menyelami bidang ini. Kerap kali sudah kisah tentang diri empu humaniora Jawa ini disuguhkan.Namun untuk kembali menyegarkan ingatan kita, tak ada salahnya menukilkan lagibiografinya.


Lahir di Utrecht, Negeri Belanda, 29 Januari 1906, Piet Zoetmulder pada usiasembilan belas tahun berangkat ke tanah yang sangat dicintainya sampai akhirhayat, Jawa. Atas bimbingan Pater J Willekens SJ dan Prof CC Berg, diamelakukan studi Jawa kuno. Kemampuannya berbahasa Jawa pun menanjak, bahkan sangatfasih.
Berturut-turut dia belajar filsafat di Kolese Ignatius Yogyakarta selamatiga tahun, kemudian menempuh studi Jawa di Universitas Leiden, Negeri Belanda.Di bawah bimbingan Prof Berg, Zoetmulder menulis dan mempertahankandisertasinya, Pantheisme en Monisme in de Javaansche Soeloek Litteatuuryang berangkat dari minatnya untuk mengetahui ngelmu dalam kejawen.


Setelah itu, empat tahun menyelesaikan studi teologi di Maatstricht, lalusetahun menjalani masa tertiat di Drongen, Belgia. Melalui proses yangdramatis, Romo Zoet kembali ke Jawa. Di tengah-tengah masa sulit, dia terusbelajar mendalami Jawa kuno, hingga lahir buku tata bahasa Jawa kuno, DeTaal van het Adiparwa.


Setelah beberapa tahun mengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM), dia diangkatmenjadi guru besar di Fakultas Sastra universitas tersebut, dan menjadi warganegara Indonesia. Dia pun mengaku lebih suka disebut sebagai wong Jawa. ''Kulamenika tiyang Jawi, mila nedhi kula nggih sekul (Saya ini orang Jawa,karena itu makan saya juga nasi),'' kisah mendiang Drs J Sukardjo, mantan KetuaProgram Studi Pendidikan Bahasa Jawa FPBS IKIP Semarang (sekarang FBS Unnes)yang pernah menjadi mahasiswa Romo Zoet, suatu ketika.


Lebih Pepak
Penghormatan dan kecintaannya pada bahasa Jawa juga maton. ''BahasaJawa bukan bahasa yang asor. Saudara-saudara jangan menganggap hanyabahasa Belanda yang gagah. Bahasa Jawa tidak kalah dengan bahasa luar negeri.Malah bahasa Jawa lebih pepak (lengkap) untuk mertal(menerjemahkan). Saya sendiri merasa sreg dengan bahasa Jawa, khususnya untukkeperluan berdoa kepada Allah, karena bahasa krama dapat membantu kitamenununjukkan penghormatan kepada Allah. Bahasa lain tidak punya tingkatanbahasa, sehingga kalau kita berdoa juga harus memakai bahasa seperti yang kitapergunakan untuk sesama manusia,'' kata Pak Martodihardjo menirukan kata-kataZoetmulder, sebagaimana dikutip Sindhunata dalam Bayang-bayang Ratu Adil.


Semasa menjadi dosen, Romo Zoet pernah terlibat dalam perdebatan denganmahasiswa yang berasal dari luar Jawa, yang merasa tak mampu dan menolakbelajar bahasa Jawa kuno. "Saya bilang, saya sendiri dari Belanda, dansaya mampu. Yang terpenting kemauan dan niat. Apa pun bisa dipelajari, tak adayang sulit." Ucapan Zoet ini kemudian menjadi terkenal, dan membuatnyamenjadi dosen yang amat disegani. Sebuah ungkapan yang tentu saja senantiasarelevan untuk menjawab kegamangan siapa pun yang hendak sinau dan nyinaubahasa dan sastra Jawa, baik dulu maupun sekarang.


Demi mengatasi kesulitan itu, Romo Zoet membuat kamus bahasa Jawa kuno sejak1950. butu* waktu tiga puluh tahun untuk menyelesaikan kamus besar itu. Diaharus mengumpulkan naskah dari mikrofilm dan naskah handsbooks dariUniversitas Leiden. Tak hanya itu, Romo Zoet juga mewariskan mahakarya bidanghumaniora Jawa kepada kita semua, Kalangwan.


Kalangwan merupakan penelitian sastra Jawa kuno yang sangat ilmiah.Namun karya ini bukanlah teks yang kering dan membosankan. Membaca buku ini,kita serasa diajak untuk mengembara di jagat keindahan dari masa silam. Dalampengantar dia menjelaskan, seni menulis puisi pada masa Jawa kuno disebut kalangwanatau kalango, yang berarti keindahan. Disebut demikian karenapenciptaan dan kenikmatan produk sastralah yang membangkitkan lango,ekstase, suatu keadaan yang menghanyutkan diri manusia dalam keindahan.


Tujuan penyair adalah kemanunggalan dengan dewa, yang disebut kalepasan(pembebasan). Kemanunggalan itu tak bisa terjadi seketika, tapi memerlukanproses. Proses ini memerlukan seni dan laku atau sistem dan metode,keistikamahan, jerih payah, dan pengorbanan dalam pelaksanaannya. Itulah yangdisebut yoga, dan pelakunya yogi.


Keseluruhan proses yang dijalani sebagai yogi itu adalah perwujudan religiatau spiritualitas sang pujangga, religio poetae, yoga literer.
Lewat pergulatannya yang demikian intens dan penuh keistikamahan terhadapJawa kuno, Romo Zoet sesungguhnya juga sesosok yogi yang telah mengalamikalepasan.


Tanggal 8 Juli 1995 di Kemetiran, Yogyakarta, Prof Zoetmulder menghadaptuhannya. Di batu nisannya, tertulis sebuah kalimat dalam bahasa Jawa kuno yangdiambil dari Kakawin Sumanasantaka pupuh XXVIII bait 11, "Wikuhaji jenek angher ing sunya" ("Pendeta raja dengan nyamanbersemayam di ke-tiada-an.")


Kekhawatiran akan tiada munculnya generasi baru yang memiliki elan vitalsetara dengan sang empu humaniora ini pun mengemuka. Padahal, studi mengenaiJawa kuno jelas-jelas bisa memberikan inspirasi dan kegunaan praktis untuk masadepan.


Menurut pakar lnguistik Harimurti Kridalaksana, sastra Jawa tentu menjadiinspirasi untuk sastra modern. Tidak hanya itu, tetapi juga menyangkutpemikiran-pemikiran pada masa lalu. Hal itu dimungkinkan karena karya Jawa kunotidak hanya mengenai sastra, tetapi juga falsafah, pedoman hidup yang ada didalam karya-karya Jawa kuno. Selain itu, tentang keterampilan yang dikuasaipada zaman dulu.


Adapun ahli sastra Prof Teeuw pernah menyatakan sastra Jawa kuno merupakansastra pramodern Indonesia yang unggul, mengandung harta karun keindahan,kearifan, kebajikan yang sampai sekarang hanya sebagian saja yang telahdiselidiki para sarjana dan disediakan untuk kelangan luas. Malahan Jawa kunotidak hanya penting Indonesia saja, tetapi juga bagi dunia. Sastra Jawa kunobisa memberikan sumbangan nilai ilmiah maupun seninya bagi dunia. Dunia sudahkenal Borobudur dan Prambanan, mereka pun ingin dan harus kenal Arjunawiwaha,Sutasoma, dan karya sastra klasik Jawa kuno lainnya.
Sastra jawa kuno juga menjadi sumber sastra Nusantara lainnya, yang padaumumnya terselamatkan dalam sastra Bali, Sunda, Sasak, Melayu, dan sebagainya.


Kata Prof Teeuw, sastra dan kebudayaan Jawa kuno sangat penting untukIndonesia secara menyeluruh. Bahasa Jawa kuno untuk kita kurang lebih dapat''disamakan'' dengan bahasa Latin untuk Eropa Barat atau bahasa Sanskerta untukAsia Selatan.


Dan untuk semua itu, Romo Zoet telah membukakan pintunyalebar-lebar, sekaligus menyediakan lentera dan tongkat pemandu. (SuciptoHadi Purnomo-35)

Info lebih lengkap:  http://id.wikipedia.org/wiki/Petrus_Josephus_Zoetmulder

[ Last edited by  jf_pratama at 6-3-2007 09:17 PM ]

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 6-3-2007 09:38 PM | Show all posts

Kalangwan

Secara harfiah, Kalangwan artinya keindahan. Kata ini berasal dari lang鯷/i] yang artinya indah. Kata ini diambil P.J. Zoetmulder sebagai judul bukunya. Lengkapnya,buku ini berjudul "Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang."

Buku ini berisi kajian, ulasan, dan penjelasan singkat mengenai kitab-kitab lama berbahasa Kawi. Tidak semua karya di zaman Jawa Kuna dibahas. Beberapa kitab yang ia anggap tidak memenuhi rasa kalangwan-nya tidak dicantumkan atau dibahas mendalam. Jangkauan waktunya antara zaman Mataram hingga Majapahit.
Kebanyakan kitab-kitab yang dibahas di sini berwujud prosa dan puisi dalam kaidah kakawin. Ia juga sekilas memperbincangkan tentang sastra kidung yang ditengarai muncul di akhir era Majapahit.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 6-3-2007 09:41 PM | Show all posts
Repetisi Saja Tak Cukup

Sastra Suluk Ekspresi Kerohanian Keindonesiaan

Yogyakarta, Kompas - Kritik terhadap kajian sastra Jawa Kuna khususnya atas 擲astra Suluk
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 6-3-2007 10:02 PM | Show all posts
Darmanto Jatman
Filsafat Jawa Masa Depan

PJ ZOETMULDER barangkali layak disebut sebagai "bapakbaptis" Filsafat Jawa. Ketika pada tahun 1940-an, Pemerintah Belandamenugasi Brugman menjadi panitia penyelidik kemungkinan pendirian Faculteit derLetteren di Indonesia serta menjajagi kemungkinan ada filsafat asli Indonesia,Brugman memberikan catatan, di Indonesia tidak diketemukan filsafat asli-termasuk tentu, Filsafat Jawa. Nah. Pada waktu itulah Zoetmulder yang telahmenulis Kalangwan, kalangon, keindahan Jawa serta Pantheisme& Monisme Jawa, "Manunggaling Kawula-Gusti", agaknya berhasilmenggugah para cendekiawan untuk menumbuhkembangkan filsafat asli Jawa -apalagidalam babagan kesusastraan Jawa, Raden Ngabehi Ranggawarsita sudahdinyatakan sebagai "pujangga pungkasan".


Sekalipun Zoetmulder boleh dianggap mencampuradukkan filsafat dengankesusastraan, namun pembuktian ada tatanan, kaidah hakiki asli Jawa dalamberbagai karya Sansekerta apalagi Jawa kuno, telah membuat AbdullahCitroprawiro menberanikan diri untuk membuat daftar filsuf asli Jawa sejak MpuKanwa, Mpu Tantular, sampai masa keemasan budaya Jawa yang disebut"renaisans Jawa" melalui Kiai Yasadipura I, II, Ranggawarsita, PakuBuwana IV, dan Mangkunegara IV.


Lalu filsuf Jawa kontemporernya mana?! Bhaktinendra memang telah menulis BagusSriman Cari Ilmu yang mengungkapkan perjalanan batin, laku, Bagus Srimandalam mempertanyakan hal-hal hakiki dalam kehidupan orang Jawa, termasuk tentusaja "Sangkan Paraning Dumadi", Jumbuhing kawula-Gusti",serta Anugerah, Berkah, Ibadah yang disebut "dharma"itu. Baktinendra memang belum genap setengah abad, jadi boleh dibilang ia"generasi baru". Jawa yang tak terlalu jauh kehidupannya darihotel-hotel berbintang, seperti ketika kami ketemu di Hotel Novotel beberapawaktu yang lalu. Bhakti membisiki, ada seorang pemikir filsafat Jawa yang amatproduktif. Dalam beberapa tahun ini saja dia sudah menerbitkan puluhan buku,Doktor Purwadi. "Masih sangat muda," ujar Bhakti kagum, "Dialahfilsuf Jawa masa depan!" Saya juga berbisik kepadanya, "Bagi saya sihSuwardi Endraswara lebih mengesankan, barangkali sepantaran Purwadi, tetapibukunya, Falsafah Hidup Jawa, telah memberikan pepadang,enlightenment, tentang "manunggaling kawula-Gusti" lebihjelas dari Doktor Zoetmulder!". Bhakti, masih berbisik, pesan kapucino,lantas secara lebih jelas berkata, "Purwadi menyatakan bahwa menjadifilsuf di Jawa itu tidak perlu jauh dari kehidupan rakyat kecil, dari"budaya alit". Filsuf itu tidak seperti begawan-brahmana dalamFilsafat India, tetapi seperti panakawan, Semar, Sang Panonong!


Inilah titik krusial dalam alam pemikiran Jawa -yang tentu perlu dibedakandari kejawen, atau agami jawi atau Islam Jawa. Ketika dalamBudaya Gung, Ranggawarsita telah menjadi "pujangga pungkasan",muncullah para bujangga lit yang memperkenalkan apa yang kelak disebut sebagaiKebatinan Jawa, seperti yang diujarkan oleh Sosrokartono, SoenartoMertowardoyo, "Jangan lupa Sapta Darma," ujar Bhakti pula,"Sementara wong cilik tidak pernah dijauhi tuntunan via berbagaipertunjukan wayang kulit, termasuk berbagai lakon wingit seperti Dewa Ruci,Begawan Ciptaning. Rakyat kecil sekarang punya peran nguri-urikejawen sebagaimana dulu pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan sulukdan tembang yang nglipurati." Iyalah wong cilik yangmenghidup-hidupkan "budaya lit" memang tidak mempraktikkan tapaatau kontemplasi, tapi zikir, suluk, begitupun semaan atau baca koran;lha wong sastra jemdra hayuningrat saja sudah pakai "laku &patrap" untuk membacanya kok. "Budaya tulis memang selaludianggap lebih wingit, sakral, ketimbang budaya lisan yang lebih merakyat dansekular!".


Lalu, bagaimana dengan kebangkitan spiritualitas dunia masa kini?!


Iyalah! Baru beberapa hari yang lewat saya ketemu doktor filsafat di dusunRandujayan, Pakem, Yogya. Ia mengingatkan saya bahwa "Jawa itu one stopahead lo dibanding Barat!" Saya juga ingat Prof Satjipto Rahardjo yangmengingkan bahwa Soemantri Hardjoprakosa itu sudah 50 tahun lebih duluketimbang Ian Marshal & Danah Zohar yang kelak kondang dengan SQ (SpiritualQuotient)-nya. "Tapi Indonesia memang susah diungguli oleh Barat kok dalambidang spiritual ini," bisik Bilung di tepi grojogan di Randujayan itu,"Ary Ginanjar sekarang lagi kondang-kondangnya dengan ESQ-nya: Pelatihan(!), bukan sekadar wacana! Dulu kan nenek moyang kita cuma kasih wacana soal wahyucakraningrat atau wahyu maniningrat, sekarang Ary Ginanjar sudahbikin pelatihan untuk para peserta mengalami revolusi rohani. "Setiaporang bisa deh 'dapat wahyu' kayak Abimanyu," ujar bilung menegaskan. Tapibukankah pelatihan itu bukan "Javanese way untuk memperolehkesempurnaan?!" Bukankah, "Jawa memilih jalan yang sukar ketimbangyang gampang?! Bukankah para birokrat Jawa selalu bersemboyan, "Kalau bisadipersulit kenapa dipermudah?!" Seolah-olah manfaat teknologi agar hidup lebih"convenience tidak laku di Jawa. Orang masih saja maido bilaada orang bisa bertapa dengan mudah; atau prihatin dengan enak ketimbangbertapa yang sarat dan berat seperti yang dilakukan Bima atau prihatin yangberdarah-darah, rekasa, seperti para panakawan! "Bukankah jalanmenuju kautaman tidak pernah mudah? Yang mudah pasti anjog kekesusahan!" Sayang!


Benarkah Jawa tidak mengenal jalan yang mudah, murah, menuju ke keutamaanbudi luhur?!


Di ndalem joglo Randujayan itulah saya mendengar bisik yang sayup itu,"Sajatine kabeh iku ora ana, kang ora iku dudu!" Lha yang duduitu apa hayo? 100 tahun pengetan rama Zoetmulder itu pastilah bukankehendak dari rama sendiri. Sekalipun "dudu", nanging ya kabehiku mau!
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

16-5-2024 08:03 AM GMT+8 , Processed in 1.146657 second(s), 35 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list