|
Irama muzik heavy rock yang berdentam-dentum memenuhi ruang dan lampu spotlight menyinari si DJ yang turut melentok liuk mengikut rentak rancak muzik. Kepulan asap rokok membuat mata pedih di ruangan penuh sesak dengan orang-orang yang mencari udara untuk melepaskan diri dari kepenatan dan rutin seharian.
Jacky memandang gelas kristal di hadapannya yang sudah hampir kosong di meja bar. Dia tidak peduli dengan keadaan di sekelilingnya. Gadis-gadis genit seksi yang berhilir-mudik bergantian menggodanya pun tidak dihiraukan. Jacky menunggu cahaya hatinya yang ditemukan di sini:
Kejadian itu bermula beberapa bulan yang lalu. Jacky, jejaka eksekutif muda sedang duduk di salah satu sudut bar ini yang agak tersorok.
Dia sedang menunggu kliennya untuk berbincang tentang projek mereka yang hampir gagal. Di tengah stressnya itu dia menemukan keasyikan. Seseorang yang bentuk tubuhnya berisi, tinggi lampai. Senyumnya mempamerkan barisan indah gigi putih yang terjaga. Dari badannya tercium wangi parfume Kenzo. Sungguh sempurna! Bisik batin Jacky.
Dengan berjuta rasa dan satu titik keberanian, Jacky menghulurkan berkenalan. Ell, namanya.
“Jacky dan Ell," kata Jacky, “Dua nama yang serasi untuk digandingkan.”
“Apa maksudnya?” tanya Ell
“Nothing,” sambil menawarkan senyum
Jacky dan Ell berbicara mengenai ini itu yang terjadi dalam pekerjaan masing-masing. Bualan santai permulaan perkenalan. Ell seorang juruhebah radio dan sedang berjinak dengan dunia penyiaran tv, a real entertainer. Perbualan mereka terhenti, klien Jacky sudah datang. Jacky dan Ell bertukar nombor telepon. Mereka berjanji untuk bertemu malam ini di bar yang sama.
Dua minggu setelah pertemuan mereka. Jacky terkejut kerana Ell membawa Myra. Myra, gadis cantik yang sering tampil di tv sebagai host rancangan talkshow yang popular. Myra diperkenalkan oleh Ell.
“You sangat cantik.” Jacky memuji penampilan Myra yang malam itu mengenakan gaun pendek paras lutut warna merah saga yang menampilkan sepasang kaki panjangnya yang putih mulus. Atas bajunya menutupi sebahagian dadanya dan menelanjangkan bahu serta bahagian belakangnya yang putih bersinar bila sesekali lampu bar menyuluh. Satu pemandangan yang asyik.
“Terima kasih.” Rona merah memekar di pipi Myra. Senang dipuji jejaka kacak.
“You look so gorgeus too.” Tak lupa Jacky memuji Ell.
“No wonder.” Ell tertawa, “Jom, kita ke meja.”
Sepanjang malam Jacky memerhatikan Ell dengan penuh rasa, berbaur gelora. Sepanjang malam pula Myra berusaha menggoda Jacky.
“Jom Jacky...,” Myra bersandar di dada Jacky, “Kita enjoy the music! Just you and me!”
Jacky memandang Ell, menunggu reaksinya.
“It’s okay,” kata Ell dengan nada bersahaja. “You two just go yhave fun. I’ll wait till somebody asks me.”
Dengan setengah hati Jacky melayan Myra. Lenggok tubuh Myra ditambah dengan sering ke gym dan senaman aerobik membuat mata semua lelaki memandanginya. Jacky merasa serba salah, keseksian Myra tidak dapat membuat Jacky mengalihkan pandangannya kepada Ell. Ell benar-benar membuat hati Jacky tersambar panahan rasa.
Dentuman muzik semakin keras, the rhytm makes you fly, gerakan Myra semakin liar, akhirnya Jacky menarik Myra kembali ke meja.
Dia mula kemabukan.
Di tempat parking, Jacky dan Ell mendudukkan Myra di kereta.
“Ell...,” sapa Jacky lirih.
“Hmm?” Ell masih sibuk membaiki kedudukan Myra yang mabuk teruk itu.
“Boleh I ke tempat you malam ini?” diperlukan segenggam keberanian dari Jacky untuk mengutarakan keinginannya ini.
Ell mengerutkan kening, “Untuk apa?”
“Ya… kita boleh berbincang, menonton, listen to smooth music… Anything that pleases you.”
Ell berfikir sejenak seperti dia tahu maksud Jacky tetapi hal itu membuat dia bimbang.
“Next week boleh?” kata Ell akhirnya.
“Ok, I’ll call you.” Suria di dalam diri Jacky semakin bersinar, menerangi bunga asmara merah yang bermekaran. Menyenangkan! Jacky sangat gembira.
Malam ini Jacky mengenakan baju kemeja sutera hitam bermotif dipadu dengan seluar grey straight pipe dan sepatu coklat casual. Jacky bersiap menunggu Ell membuka pintu.
“Jacky, masuklah…” Ell mempersilakan Jacky masuk.
Malam ini Ell benar-benar seksi. Tubuhnya yang sempurna dibalut kemeja putih ketat dan long trouser warna khaki menutupi kaki indahnya. Membuat setiap lekuk tubuhnya terlihat jelas. Wajahnya yang putih mulus terlihat cerah.
“Thank you.” Jacky masuk ke ruang tamu yang interiornya bernuansa klasik itu. Perabut dark brown ditambah dengan pemilihan wallpaper bermotif bunga kecil yang lembut, english style; membuat rumah Jacky benar-benar selesa.
“Ini.. sedikit cenderamata untuk you."
“Alaa menyusahkan aje, terima kasih.” Ell menerima coklat dan bunga yang dibawa Jacky.
“Nice interior! Pasti you mengupah designer yang mahal ya?” kata Jacky sambil matanya memerhati sekeliling rumah Ell.
“No… It’s my mother who designed the interior.” Ell tersenyum, “You salah, jasa emak tidak perlu dibayar, hehee...."
“Emak you masih tinggal di sini?” tanya Jacky, setengah berbisik.
“Heheheee... tidaklah. Dia tinggal di Johor bersama adik I yang bongsu.
Jacky dan Ell duduk di sofa berwarna ungu mengadap tv. Di hadapan mereka telah tersaji donut dunkin. Mereka berbual sambil menonton drama melayu.
“So…” Ell bersuara, “Apa maksud sebenar kedatangan you?”
Jacky menunduk segan. “Sebenarnya… dari pertama I… ehm…”
“Apa?” Ell tidak sabar, “You buat I tertanya! You mau I bantu dekatkan you dengan Myra?”
“Ehh, bukan!!” balas Jacky laju, “Hmm… Love find the way.”
“Apa?”
"I love you, Ell...."
Ell terkejut, “Jadi…. You...."
“Iya Ell.”. Potong Jacky, “I mengatakan yang sejujurnya. I benar-benar mencintai you! Dari pertamakali I melihat you, bersalaman dengan you, menatap wajah you, I... I tidak dapat membohongi perasaan ini, Ell!”
Ell menggeleng, “Tak.. you salah… duh… you terlalu cepat membuat kesimpulan, Jacky. Kita baru berkenalan, dan....”
“Tidak Ell..., " potong Jacky lalu merangkul Ell, “I tidak salah. I tidak salah dengan perasaan I saat I melihat you. I tau you pasti merasakannya juga.”
Ell terdiam, “I bimbang Jacky, I bimbang… benarkah semua ini? Perasaan I... I belum pernah seperti ini.”
Jacky membelai rambut Ell. Mereka berdua terdiam tanpa kata. Tangan Ell meraih remote dan mencari smooth song yang sesuai. Akhirnya irama piano yang lembut berdenting menambah suasana malam semakin hangat.
“Ell…” bisik Jacky lirih, “Kalau you bimbang dengan perasaan you, bererti you memiliki rasa itu. You mau mencubanya, pasti mau. Kita jalani saja dulu… I love you, sayang.”
“Jacky…” Ell menyandarkan kepalanya ke bahu Jacky, “Hmm, I don’t know tapi… maybe I love you.”
“Don’t use the maybe."
“Jacky, I love you.”
“Ell, I love you too.”
Kucupan hangat singgah di dahi, di pipi, hingga seterusnya. Mesra dan romantis. With flare and passion. Sofa ungu menjadi saksi bisu Jacky dan Ell malam itu.
Hari-hari berikutnya penuh warna bagi Jacky dan Ell. Mereka pergi ke Genting Highland bersama, ke Bangkok juga menonton wayang pokoknya ke mana saja mereka selalu bersama. Tidak ada yang dapat memisahkan mereka, penuh bunga, cinta dan warna. Malam-malam romantis mereka lalui bersama. Hujung minggu adalah hari indah merapatkan hubungan mereka. Setiap saat berbunga cinta. Hingga akhirnya Ell ingin menemui Jacky katanya ingin berbincang sesuatu dengan Jacky di malam ini, di sini.
Gelas kristal Jacky sudah tidak berisi. Dia melihat jam Rolexnya, lewat satu jam! Ini bukan kebiasaan Ell. Jacky merasakan ada sesuatu yang tidak kena. Dia gelisah. Muzik masih terus berdentum.
Pelayan bar menghampiri Jacky, “Mau pesan minum lagi, bang?” Jacky mengibaskan tangannya tanpa berpaling ke arah pelayan muda itu.
“Baik.” pelayan itu tersenyum, “Kalau perlu apa-apa, pangil saja ya.” katanya ramah dan berlalu.
Ell akhirnya datang. Dia tidak sendiri! Ada seorang jejaka kacak turut menemaninya.
“Hans.” jejaka kacak itu memperkenalkan diri sambil menghulur tangan. Jacky hanya mengangguk menyambut tangan kekar itu sambil menatap tajam. Ada rasa curiga bermain di fikirannya.
Ell menyuruh Hans duduk di tempat yang agak jauh. Ell ingin berbicara dengan Jacky bersendirian.
“Apa yang sudah berlaku, Ell? You sudah curangi I?” tanya Jacky dengan suara yang agak meninggi.
Ell memegang tangan Jacky, "Sabar sayang."
“Sabar....? Dua minggu you pergi, menghilang tanpa sebarang kabar! You buat I rindu setengah mati! Dan malam ini You muncul dengan lelaki lain! You sudah gila ya?"
“Gila?” Ell mengerut keningnya,
“You yang gila! You yang mengajar I, memperdaya I, hingga akhirnya I seperti ini!? You lelaki tidak bertanggung jawab, Jacky!”.
“Tidak bertanggung jawab?” soal Jacky marah, “I selalu menjaga you, menyayangi you! Sekarang you menduakan I! I benci you!”
Ell menggeleng, “Jacky, I sangat berterima kasih untuk segala perhatian you selama ini. Atas cinta you, ajaran you… I sangat berterima kasih.”
Jacky menatap Ell, “Lalu? Apa masalahnya?”
“We live in show business. You are rich and handsome, I’m a celebrity. I masih sayang you… suatu hari kelak I akan kembali lagi pada you. I nak cari kebebasan dulu, tidak terikat. I janji akan datang ke rumah you minggu depan dan bermesra dengan you, it’s not a big deal. You mengerti kan, Jacky.”
Jacky mengangguk dan tersenyum, “Iya I mengerti… Cuma I agak terkejut melihat you dengan lelaki lain. Biasanya you tidak mau lepas dari I.”
Ell tertawa, “Hii... I sudah besarlah. I tau jaga diri, thanks to you dear.”
Jacky mengucup pipi Ell. “Okey, jangan buat teman you tertunggu lama. I love you.”
“I love you too.” Kata Ell sambil balas mengucup, “ Jangan lupa, minggu depan I pergi ke rumah you ya… We’ll have a night full with love and passion!”
“I’ll wait.” Jacky memandang Ell yang berjalan menuju Hans dan duduk kembali di kerusinya.
Pelayan muda tadi datang menghampiri, “Itu tadi El Mouradi, kan?”
Jacky mengangguk.
“Yang masuk majalah HOTS sebagai 10 jejaka tersexy itu, kan?”.
Jacky mengangguk.
“Mau pesan minuman, bang?” tanya pelayan muda itu lagi.
Jacky menggeleng, “You… Dari tadi I perhatikan, boleh tahan juga.”
“apa?” tanya pelayan muda itu.
“You jika ditenung kacak juga, ada facebook?”
Malam kian larut. Muzik semakin perlahan. Lampu semakin redup.
TAMAT Last edited by bintang on 21-9-2012 08:48 AM
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|