View: 16652|Reply: 70
|
END | COMPLETE - TIANG KEMBAR | DIA BUKAN NENEKKU - based on true story by Simpleman (Update: #3, #4, #9, #11, #24, #26, #30, #33, #35, #36, #40, #44, #45, #49, #54, #57, #58, #59)
[Copy link]
|
|
Edited by cutestars at 23-3-2023 10:33 AM
Hai semua! Salam dari Indonesia.
Kalau pernah ikut thread TT dua-tiga tahun lepas; mesti tahu TT pernah translate dua cerita hits Simpleman bertajuk SEWU DINO dan juga KKN DESA PENARI.
1. Kenapa tak habis kan thread KKN DESA PENARI?
-Sebab waktu tu TT kena Covid agak teruk lah lepas tu TT hilang jugak akses ke akaun ni. Baru-baru ni je gigih cari balik password sebab nak pergi baca gosip. Dah alang-alang tu, TT rasa TT nak share cerita ni pulak.
Maaf ya TT tak sempat habiskan KKN DESA PENARI dulu sebab korang dah tengok kan movie nya? Expectation hancur beb sksksksks sebab thread/buku lagi seram. TAPI, movie tentang SEWU DINO, TT memang rekemen sebab pengarah dia, Kimo Stamboel adalah nama yang sangat besar dalam cerita seram + gore di Indonesia setaraf nama Joko Anwar.
2. Keberadaan TT
- Alhamdulillah TT sekarang ada di negeri jiran, sedang menikmati hidup with pak suami. TT will try cuba sedaya upaya saya untuk update cerita Tiang Kembar ini secepat mungkin.
3. Akhir ucapan
- Selamat enjoy Tiang Kembar. Sekali lagi, TT minta maaf ya.
TIANG KEMBAR: Dia Bukan Nenekku
Tiang Kembar merujuk kepada roh halus atau pun "saudara kembar" kepada setiap manusia menurut inti kepercayaan masyarakat di Jawa. Tiang Kembar juga selalunya dikenali sebagai "khorin" menurut sesetengah pemahaman orang.
Prolog
Cerita ini ialah cerita pengalaman teman wanita yang sama tempat kerja denganku. Kejadiannya sendiri masih boleh aku ingat dengan jelas sebab baru sahaja terjadi (thread ini ditulis pada tahun 2019). Aku sudah pun diberi izin oleh pihak yang berkenaan untuk menuis kisah ini. Disebabkan cerita ini ialah musibah yang menurutku sangat GILA, aku setuju untuk merahsiakan identiti, tempat dan semua yang berhubungan dengan pihak berkenaan demi menjaga privasi bersama.
Cerita ini adalah cerita pengalaman pacar temen kerja gw, kejadianya sendiri masih bisa di ingat dengan jelas karena belum lama ini terjadi.
gw udah meminta ijin yg bersangkutan buat di percaya untuk menulis ini, dan karena ini adalah musibah yg menurut gw GILA, gw setuju-
-buat merahasiakan identitas, tempat dan semua yg berhubungan dengan beliau untuk kenyamanan bersama.
AMARAN: Cerita ini mengandungi beberapa bahagian yang agak "disturbing". Read at your own risk.
WARNING: Konten cerita ini akan mengandung beberapa bagian yg mungkin disturbing. jadi, di mohon kebijaksanaan masing-masing.
|
This post contains more resources
You have to Login for download or view attachment(s). No Account? Register
x
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
yeay |
|
|
|
|
|
|
|
Edited by cutestars at 1-3-2023 06:50 PM
Adelia Safitri Wijaya ataupun Dela.
Seorang anak gadis yang lahir dan dibesarkan oleh sebuah keluarga yang menjunjung tinggi nilai jawa atau biasa dikenali sebagai “kejawen”.
Di dalam rumahnya, barang-barang keramat seperti keris, cincin batu dan beberapa peninggalan kuno kerap ditemukan. Meskipun begitu, keluarga ini ialah sebuah keluarga muslim yang taat walaupun masih kental dengan identiti dan budaya jawa yang mengalir dalam darah mereka hasil peninggalan nenek moyang terdahulu yang konon harus dipelihara untuk menunujukkan rasa hormat mereka kepada yang sudah pergi meninggalkan dunia ini.
Saat ini, keluarga Dela menetap di salah satu wilayah yang berada di Jawa Timur. Saat cerita ini ditulis, Dela sedang menempuh pendidikan tinggi di salah sebuah universiti di kota ini.
Sore itu, Dela menatap langit yang sedang mendung. Batinnya meneka bahawa sebentar lagi hujan akan turun.
Tidak berapa lama, suara motor mulai mendekat. “Nggak ada yang jemput, Del?” tanya seorang gadis yang membawa motor automatik sambil menatap Dela dengan senyum ramah.
Dela teringat yang kedua orang tuanya sedang sibuk sedangkan teman lelakinya juga tidak dapat datang kerana harus bekerja mengikut shif.
“Yuk, kebetulan gue lalu di depan rumah lu,” ajak si gadis.
Nama gadis itu ialah Mega; seorang sahabat sekaligus teman Dela yang paling memahami keadaannya. Tanpa menunggu hujan turun, Dela segera menunggang tempat duduk belakang motor Mega dan mereka pun segera pergi meninggalkan kampus.
************************************
Kejawen - sebuah kepercayaan pegangan masyarakat Jawa yang mengadungi falsafah-falsafah hidup menurut budaya Jawa. Kejawen juga sering dikaitkan dengan kebatinan seseorang. Di Indonesia, stereotype mereka yang masih berpegang kepada kepercayaan ini kononnya sering dikaitkan dengan hal-hal mistis dan supranatural padahal Kejawen tidaklah merangkumi hal itu saja. Terdapat banyak nilai-nilai positif yang boleh diambil daripada kepercayaan ini.
Jawa Timur - konon wilayah Jawa Timur masih kental dengan budaya mistik dan hal supranatural. Sewaktu pengusiran bangsa halus di Tanah Jawa oleh seorang ulama, dikatakan bahawa saki-baki bangsa halus di Tanah Jawa lari ke arah Timur dan menempati beberapa tempat termasuklah yang ada hutan-hutan tebal. Sebagai contoh, Alas Purwo atau Hutan Purwo yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Sebab itu, Jawa Timur masih kuat dikaitkan dengan hal-hal supranatural di Tanah Jawa.
Nggak - tak/tidak
Yuk - jom/mari
Gue - slang Jakarta remaja di Indonesia yang bermaksud "aku"
Lu - slang Jakarta remaja di Indoneisia yang bermaksud "kau" (Dela dan Mega tinggal di Banyuwangi, yang lebih menggunakan bahasa jawa di seharian mereka. Gue dan Lu cuma slang dalam kalangan remaja)
|
|
|
|
|
|
|
|
Edited by cutestars at 1-3-2023 07:06 PM
Sepanjang perjalanan, fokus Dela bertebaran merata. Dia memikirkan seseorang yang membuatnya akhir-akhir ini berasa tidak nyaman.
Dela memanggil orang itu dengan panggilan Mbah Wira.
Mbah Wira adalah satu-satunya nenek Dela yang masih hidup. Mbah Wira merupakan ibu kepada ayahnya yang saat ini menetap bersama-sama keluarga mereka. Beberapa bulan ini, Dela merasa aneh dan pelik dengan kelakuan neneknya yang selama ini rapat dengan dirinya.
Seolah-olah, itu bukan neneknya.
Dela bimbang…
“Lagi mikir apa?” pertanyaan Mega menyedarkan Dela dari lamunan.
“Gak ada apa,” jawab Dela.
Tapi Mega lebih tahu yang Dela berbohong. Namun, Mega tahu dirinya tidak berhak untuk memaksa Dela bercerita lebih lanjut.
Kurang beberapa kilometer dari rumah Dela, gerimis mulai menyapa disertai dengan kilatan petir yang menyambar. Mega tetap melanjutkan perjalanan.
“Terabas aja ya, biar cepat sampai,” ujar Mega.
“NGIHHHH,” teriak Dela.
Motor Mega kini berhenti di sebuah rumah dengan halaman yang luas, rumah milik keluarga Dela.
“Gak mau mampir?” tanya Dela sambil turun dari motor.
“Gak apa-apa, Del. Titip salam buat Ibu, Ayah sama Mbah Wira,” jawab Mega tersengih.
“Okay. Hati-hati,” Mega segera meninggalkan Dela di halaman depan rumahnya.
Begitu motor Mega laju merempuh hujan yang kian lebat, Dela baru tersedar. Jam sudahpun menunjukkan 6 petang namun rumah mereka kelihatan sangat gelap. Tidak ada satu lampu pun menyala, padahal kiri kanan jirannya sudahpun menyalakan lampu untuk mengusir kegelapan di sekitar rumah.
"Apa listriknya mati ya?” batin Dela meneka. Tiba-tiba perasaan bimbang itu datang lagi. Sejak akhir-akhir ini, semua seperti mimpi, seperti seakan-akan sesuatu yang asing sedang menempati rumahnya, yang membuat Dela tidak nyaman dan tidak ingin pulang ke rumah.
Namun, sialnya dia tidak tahu apakah yang menyebabkan dia merasa sebegitu.
Dela membuka pintu dan mengucapkan salam seperti biasanya. “Assalamualaikum,” kata Dela. Namun, dirinya disambut dengan kegelapan dan keheningan seisi rumah.
Dela meraba dinding mencari suis lampu dan menekannya. Sialnya, listrik tidak juga menyala. Di dalam kegelapan yang menguasai rumah itu, mata Dela tertuju kepada sesorang yang sedang duduk. Dalam suasana yang begitu gelap, Dela berjalan mendekatinya. Rupanya, ada seseorang di dalam rumah ini selain dirinya, tapi kenapa seseorang itu tidak menjawab salamnya?
Selain keluarganya, Mbak Ningsih juga menetap di rumah ini sebagai asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama 3 tahun.
Namun, jam 5 sore adalah Batasan waktu kerja bagi Mbak Ningsih karena beliau seharusnya sudah pulang. Jadi, siapa yang sekarang sedang duduk membelakanginya?
“Mbak?” panggil Dela seraya mendekat. Sosok itu hanya diam, namun semakin Dela mendekat, terdengar suara lirih seperti seseorang sedang menangis. Tangisan itu sangat lirih sehingga Dela tidak dapat memastikan apakah sosok yang sedang menangis?
Kini, Dela sudah berada tepat di belakang sosok itu. Ketika dia ingin menyentuh bahu sosok itu dengan maksud untuk melihat siapa di hadapannya, sosok itu berpaling menatapnya.
“TOLONG, NDUK. TOLONG.” Kaget, karena apa yang Dela lihat adalah Mbah Wira yang tengah menangis melihatnya.
Sebelum akhirnya, Dela terbangun begitu saja dari mimpinya.
Sudah lebih 5 kali, Dela dihantui mimpi yang sama, berulang-ulang. Seolah mimpi itu mengandungi pesan.
Kenapa dengan si Mbah? Kenapa Dela selalu melihat si Mbah menangis? Padahal, Mbah Wira saat ini baik-baik saja dan tinggal bersamanya. Kecuali, Dela teringat ada yang janggal.
Semua dimulai dengan hari itu.
Hari di mana Mbah Wira mengatakan, “Mbah ketemu cah ayu, Del, cah ayu sing ngancani si Mbah nang kene."
"Mbah ketemu dengan wanita cantik, Del, wanita cantik itu lagi menemai Mbah sekarang."
Setelah hari itu, Mbah Wira jadi berubah.
*************************
Gak - shortform dari nggak.
Sore - petang
Mbah - panggilan untuk nenek/atuk
Nduk - panggilan manja dalam bahasa jawa yang bermaksud Nak (Anak).
Mbak - kakak atau cik. Panggilan untuk sesama perempuan atau lebih tua.
Nggih - ya/okay dalam bahasa jawa.
Mampir - singgah
|
|
|
|
|
|
|
|
Baru baca dh rasa seram2
|
|
|
|
|
|
|
|
saka jawa ni.. intro pun dah seram.. best, sila sambung lagi.. |
|
|
|
|
|
|
|
followw |
|
|
|
|
|
|
|
nak baca....tapi seram pulak tengok dp TT
kena baca sesiang hari
|
|
|
|
|
|
|
|
Suatu sore (petang), Bu Ida yang merupakan ibu kepada Dela memanggil anaknya itu. “Del, kamu gak lihat ayam di kulkas, kok gak ada?”
“Del, kamu ada nampak ayam di peti ais? Kenapa tak ada?”
“Dela gak lihat, buk,” jawab Dela.
“Dela tak nampak, bu.”
“Ya sudah, mungkin ada yang ambil. Ibuk belanja dulu,” Bu Ida pergi. Dela kemudian kembali ke kamarnya, namun, ketika dia melewati kamar Mbah Wira, dia terdengar suara mengkecap, seperti seseorang tengah mengunyah dan menimbulkan suara yang menganggu. Tidak hanya itu, Dela juga mencium bau amis, namun bukan amis dari ikan air tawar.
Penasaran, Dela mengintip dari celah pintu, kaget (terkejut) dan takur bercampur aduk ketika Dela melihat apa yang terjadi.
Mbah Wira tengah mengunyah ayam utuh namun dalam kondisi (keadaan) mentah. Saat itu juga Dela lari ke kamarnya, berharap apa yang dia lihat itu salah, namun pikiran ini segera menjadi rasa curiga yang besar, Mbah Wirawati yg dia kenal bukanlah Mbah Wira nenek yang dulu dekat (rapat) dengannya.
Semakin hari Dela semakin curiga. Tidak hanya tingkah laku Mbah Wira yang semakin di luar nalar, setiap malam, bahkan ketika adzhan (azan) maghrib dan isya, Mbah Wira sangat suka mengeraskan suara radio yang tengah memutar tembang jawa (sejenis lagu/syair/gurindam jawa yang lama). Bu Ida dan Pak Imron, tidak dapat berbuat banyak karena setiap kali ditegur, Mbah Wira akan melotot (membulatkan matanya) dan mengatai bahwa mereka anak durhaka.
Lagu-lagu tembang jawa yg didengar Mbah Wira juga asing di telinga Dela, meski dia tau beberapa kosakata jawa kromo inggil (bahasa Jawa halus krama, bahasa Jawa krama yang lebih sopan dan formal, digunakan oleh orang dulu-dulu dan juga apabila berinteraksi dengan orang lebih tua berbanding bahasa Jawa moden seharian yang digunakan pada hari ini) namun beberapa kalimatnya ada yang asing, seolah itu tembang lama.
Terkadang Dela mencatat setiap sairnya (syairnya), beberapa selalu menceritakan tentang ritual (upacara) dan hal-hal berbau mistis (mistik). Namun dari semua itu, Dela pernah tanpa sengaja melihat Mbah Wira tengah tertawa, dia duduk di kursi tua di dalam kamarnya, tampak seperti sedang berbicara entah dengan siapa.karena ketika Dela mencoba mengintip dari celah pintu, Mbah Wira seolaholah tau, Dela sedang mengamatinya.
Puncaknya, ketika Mega datang ke rumah Dela untuk mengerjakan tugas kampus, baru saja Mega masuk dia langsung tau ada yang tidak beres (tak kena) di rumah ini.
“Kenapa Meg?”
“Kamu cium bau amis gak sih?” kata Mega sembari menutup hidungnya.
“Kau cium bau hamis tak?”
“Gue gak cium apa-apa,” balas Dela.
“Aku tak cium apa-apa”
“Bau bangkai ini!” kata Mega.
Mega tiba-tiba menunjuk ke salah satu kamar, yang rupanya adalah kamar Mbah Wira.
“Kenapa Meg?” tanya Dela.
“Baunya dari sini, Del,” jawab Mega.
Ragu diselimuti rasa takut. Dela hanya tidak tahu, kenapa dari sekian banyak kamar, Mega justru menunjuk kamar Mbah Wira.
“Gue penasaran, bau apaan sih ini. Busuk sekali baunya,” kata Mega lagi.
“Aku penasaran/nak tahu, bahu apa ni? Busuk betul baunya,”
Tanpa tahu apa yang terjadi. Mega sudah melesat (menempuh) masuk, mencari dimana sumber berbauan (aroma/bau) itu, sampai matanya tertuju pada ranjang Mbah Wira. “Disini, Del baunya,” tuntas Mega.
Dela yang sedari tadi hanya termangu (terdiam/speechless), melangkah masuk dengan bimbang, ketakutan menyelimuti fikirannya.
Hari ini, Pak Imron dan Bu Ida membawa Mbah Wira ke rumah saudara. Meski begitu kamar ini seolah memberi sentuhan magis dan langsung menolak kehadiran Dela. Dua kakinya gemetar tanpa sebab.
“Bantu angkat nih kasur (katil),” kata Mega mencengkram ujung kasur (katil), Dela segera membantu.
Ketika Kasur (katil) sudah terangkat, betapa kagetnya (terkejutnya) Mega dan Dela, melihat banyak sekali bangkai tikus, kucing, burung mati, mereka tergeletak begitu saja di bawah kasur (katil). Baunya menimbulkan rasa mual yang menyentak hingga Dela tidak sanggup berlama-lama untuk melihatnya.
“Apaan ini Del!?” Mega mulai pucat.
“Ini apa, Del!?”
“Meg, pergi saja ya dari sini, gue (aku) takut. Takut banget (sangat),” jawab Dela terketar-ketar.
“Takut apa?” Mega semakin penasaran (curiga).
“Mbah Wira, Meg. Akhir-akhir ini beliau bertingkah aneh, gue (aku) takut, takut aja setiap lihat dia,” sambung Dela.
“Ini kok bisa kaya gini? Ada ayam mentah juga,” Mega menunjuk sudut bayang (tempat kasur/katil). Dela langsung tau, itu adalah ayam tempoh hari, apa yang sebenarnya terjadi?
Akhirnya, setelah membereskan (mengemas) kasur (katil), Dela dan Mega kembali ke kamarnya, namun sebelum meninggalkan tempat itu, Dela tau dirinya seperti sedang di awasi entah oleh siapa.
*****************************
|
|
|
|
|
|
|
|
Best...Terima kasih laa TT. Bila baca ni boleh refresh balik bahasa jawa Mokcu. Maklum keturunan yg hilang... |
|
|
|
|
|
|
|
Edited by cutestars at 2-3-2023 06:35 PM
Suara deru mobil (kereta) baru saja terdengar. Delatahu mereka sudah pulang, Mega sedari tadi hanya melihat buku di tanganya, iabelum terbayang apapun bahkan setelah kejadian tadi. Namun firasatnya mengatakan ada hal ganjil dan berbeda (berbeza) selama Mega datang ke rumah ini.Rupanya benar, Pak Imron dan Bu Ida telah pulang. Di belakang mereka, Mbah Wira juga ada, berdiri menyambut tamu (tetamu) yang tak di undang.
Hanya butuh (perlu) sekali lihat, Mega tahu dihadapanya, bukan sosok hangat (sosok hangat – orang yang sangat penyayang) Mbah Wira yang selama ini dia kenal, melainkan sesuatu yang hitam tengah menatapnya.
“Onok opo to nduk, kok ndelok’e koyok ngunu (ada apata nak, kenapa melihatnya seperti itu),” tanya Mbah Wira menyeringai.
Dela melihat gelagat (tingkah lagu) yang aneh pada Mega. Belum pernah wajahnya berekspresi tercekat (terkejut) seperti ini, seolahdia baru saja dicekik oleh kekuatan yang tidak terlihat.
Merasa semua ini bukan hal baik, Dela mengajak Mega masuk ke kamar. Di sana, dia masih bisa melihat Mega mencuri pandang ke Mbah Wira.
“Ada apa Meg, kok lu (kenapa kau) jadi aneh (pelik) gini (begini)?”tanya Dela.
“Gak papa (Tak ada apa), Del,” kata Mega. Beberapa saat kemudian, rumah itu menjadi sesak bagi Mega, dia sadar (sedar) dia dalam bahaya.
“Del, gue (aku) mau pamit (mintak diri) ya, gue (aku)ada urusan lain” sontak (langsung/spontan) Mega meminta ijin (izin) untuk segera meninggalkan rumah itu. Hawa (suasana) mulai tidak nyaman baginya. Dia harus segera pergi.
Dela yang mendengar itu tahu, ada yang di sembunyikan oleh Mega namun dia tidak punya kewenangan (keupayaan) dalam menghentikan temannya itu.
“Soal tugasnya (assignment), tadi aku naruh (letak) kertas di halaman 112. Buka aja (saja) nanti,” kata Mega terburu-buru menyerahkan buku.
“Gak pamit (tak mintak diri) sama (dengan) bapak, ibuk?”tanya Dela.
“Boleh,” jawab Mega.
Sesaat, Mega terhenti di depan kamar Mbah Wira. Terdengar nada sair (syair/tembang) jawa yang familiar (biasa) di telinganya.
Sairnya (syairnya) menunjuk pada: “Kemalangan dan nasib buruk bagi mereka yang tidak tauunggah-ungguh (sopan-santun)”.
Suara motor Mega perlahan menghilang. Penasaran (rasaingin tahu) dengan ucapan Mega, Dela membuka isi buku Mega. Disana, tertulis sebuah kalimat (kalimah):
“MBAH WIRA BUKAN NENEKMU!!”
Saat itu juga, handphone berdering. Seseorang menelepon(menelefon/menghubungi) Dela, ketika melihat nama kontak (nama contact) pemanggil, Dela pucat pasi melihat. Mega memanggil (menelefon).
Di angkatnya telepon itu, rupanya, itu bukan Mega. Suaranya adalah suara seorang lelaki, dengan nafas terburu-buru. “Mohon maaf, di kontakdarurat ada nomer (nombor) ini. Pemilik telepon ini baru saja kecelakaan (kemalangan),menerabas pohon (melanggar pokok) dan saat ini tengah kritis (kritikal),” kata lelaki di hujung talian.
Dela hanya tercekat (tercegat) beberapa detik, menelepon orang tua Mega lalu bergegas keluar. tepat setelah membuka pintu, Dela terdiam menatap Mbah Wira tengah bersenandung tembang (syair/laghu/gurindam) jawa:
“Ing iling, waspodo lan ati-ati karo sesunggohone yenra eroh opo-opo” (Ingat-ingat/sedarlah, waspada dan hati-hati padasesuatu yang bilamana kamu tidak tau apa-apa).
Mbah Wira tersenyum memandangnya.
Dela berlari melewatinya. Dia semakin yakin, Mbah Wira bukanlah neneknya.
|
|
|
|
|
|
|
|
jom ikutttttt thank you singgah |
|
|
|
|
|
|
|
Seram ke? Hehehehehe cerita dia lebih kepada ngeri lah. Ada cerita lagi mindblowing dari ni.
|
|
|
|
|
|
|
|
More like pendamping kot? Entahlah. Kat sini benda-benda mcm ni normal. Dipanggil ingon. Maksudnya peliharaan.
|
|
|
|
|
|
|
|
hehehe takut ya tgk muka suzanna hahahaha
|
|
|
|
|
|
|
|
Hahaha keturunan jawa ke? Belah mana? Tahu tak?
|
|
|
|
|
|
|
|
https://www.youtube.com/watch?v=nFYXaM6yIm0
Contoh tembang jawa.
Kalau rasa mual bila baca cerita ni, stop dan minum air putih dulu. Tarik nafas. Lepas tu teruskan. Jangan paksa.
TT yang menerjemah ni pun pening-pening je translate. Energi cerita ni memang kuat.
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari sebelah mak - Yayi (datuk) dari Bogor, dari sebelah bapak - Yayi juga tapi tak sempat jumpa sebab seblum Mokcu lahir dia dah meninggal.
|
|
|
|
|
|
|
|
TT, sambung la balik cerita kkn tu.... movie mesti x detail macam buku dia
|
|
|
|
|
|
|
| |
|