CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 4899|Reply: 18

Pramoedya Ananta Toer - Sastrawan Klas Dunia Indo yang Terabaikan

[Copy link]
Post time 17-2-2007 09:54 PM | Show all posts |Read mode
Artikel lama tahun 1999.

-------

PRAMOEDYA Ananta Toer, pengarang kelahiran Blora, Jawa Tengah, 6Februari 1925, hari Senin (5/4) ini terjadwal berangkat ke Amerika Serikatuntuk kunjungan ke berbagai tempat termasuk Kanada, selama sekitar dua bulan.Ada acara penting Pramoedya selama di AS, antara lain ia akan menerimapenghargaan dari Universitas Michigan bersama tiga penerima penghargaan lainyakni Kofi Annan (Sekjen PBB), Aharon Barak (Jaksa Agung Pengadilan TinggiIsrael), dan Shirley M Malcom (Direktur Pendidikan dan Sumber daya Manusia diAsosiasi Amerika untuk Pengembangan Ilmu). Pram juga akan memberikan ceramah diberbagai universitas, mengiringi terbitnya buku The Mute's Soliloquy(penerbit Hyperion East, New York), yang merupakan terjemahan bukunya, NyanyiSunyi Seorang Bisu.


"Saya tidak menyiapkan apa-apa, ya kalau ditanya menjawab.Seperti gong, kalau dipukul berbunyi," kata ayah dari delapan anak dankakek dari 15 cucu ini, ketika ditanya persiapannya ke AS.


Pengarang yang telah menghasilkan belasan buku baik kumpulancerpen maupun novel ini kenyang dengan berbagai pengalaman berupa perampasanhak dan kebebasan. Di zaman revolusi kemerdekaan ia dipenjara di Bukit DuriJakarta (1947-1949), dijebloskan lagi ke penjaradi zaman pemerintahan Soekarno karena buku Hoakiau di Indonesia, dandibuang ke Pulau Buru setelah peristiwa G30S. Pada peristiwa terakhir itu iakehilangan sebagian pendengarannya, karena kepalanya dihajar popor bedil. Iadilepas dari Pulau Buru tahun 1979, meski itu bukan berarti "bebas".Hak-hak sipilnya terus dibrangus, dan buku-bukunya banyak yang dilarang beredarterutama di era Soeharto.


Terakhir, ia bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Iamenganggap Ketua PRD, Budiman Sudjatmiko, sebagai figur paling pantas sebagaiPresiden RI. PRD pula yang pernah memberikan penghargaan kepada Pram di tahun1996-jadi semasa Soeharto berkuasa-di mana karena penghargaan itu lagi-lagiPram diperiksa yang berwenang. Penghargaan lain yang pernah diterimanya adalahPEN Freedom-to-Write Award, Wertheim Award dari Belanda, serta Ramon MagsaysayAward.
Perjalanan ke AS sekarang merupakan perjalanannya ke luar negeriyang pertama setelah 40 tahun. Waktu itu, tahun 1959, terakhir kali Pramberkeliling ke beberapa negara Eropa.

[ Last edited by  jf_pratama at 17-2-2007 10:12 PM ]

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 17-2-2007 10:00 PM | Show all posts
PERJALANAN Anda ke Amerika ini punya makna atau tidak?

MM MYa, ada. Sayamempunyai kesempatan lebih luas untuk melawan kekuasaan yang menindas sayasampai sekarang.


Sampai sekarang?


Sampai sekarang. Buku-buku saya 'kan belum dicabut larangannya.


Ketika di Belanda tahun 50-an, ada kesan Anda tidak suka,bahkan mungkin agak memberontak terhadap keadaan. Apa yang sebetulnya membuatAnda tidak betah di Eropa waktu itu?


Belanda itu sudah ratusan tahun, sudah established,sedangkan saya baru tiga tahun merdeka. Saya tidak bisa akomodasi.
Dan sekarang mau ke Amerika, kira-kira bagaimana ini?


Ini persoalan melawan kekuasaan. Lain lagi.
  file:///C:/DOCUME%7E1/Windows/LOCALS%7E1/Temp/msoclip1/01/clip_image001.jpg
  
  Kompas/arb
  
Akan tetapi Amerika 'kan pusatnya multinasional?


Yang itu adalah soal kedua. Yang satu adalah bahwa saya bisakalahkan semua, walaupun sendirian.
Tidak merasa aneh atau lucu bahwa Amerika yang sekarangjustru membantu Anda?
Bukan aneh. Itu keterbelakangan Indonesia di bidang hukum.Larangan-larangan itu, pemberitahuan kepada si pengarangnya saja tidak. Sayatahu dari koran. Padahal dari zaman kolonial saya kumpulkan peristiwa-peristiwadelik tulisan.


Mengapa Anda mengumpulkan tulisan-tulisan semacam itu?


Saya mempelajari sejarah. Saya memang bukan ahli sejarah, tetapisuka pada sejarah. Itu saja soalnya. Mulai mengumpulkannya tahun 1960-an.Setelah saya keluar dari penjara karena soal Hoakiau itu, Profesor TjanTjun Sin datang kemari minta saya mengajar di Universitas Res Publica. Sayabilang, bagaimana mungkin saya mengajar di perguruan tinggi, SMP saja sayatidak tamat. Cara mengajar pun saya tidak tahu, karena belum punya pengalaman.Karena tidak mengerti tentang perguruan tinggi, ya, saya punya cara sendiri.Setiap mahasiswa saya wajibkan mempelajari satu tahun koran, sejak awal abadini. Dari situ, dari naskah-naskah kerja mereka, saya mendapat petunjuk kesana, ke sana, dan ke sana. Setiap tahun ada sekitar 28 mahasiswa yang sayakasih tugas itu, sehingga Perpustakaan Nasional itu penuh dengan mahasiswasaya, ha... ha....


SUMBER-sumber sejarah yang banyak dipakai dalam buku-bukuAnda, katakanlah seperti Arus Balik, kebanyakan menggunakan apa?


Itu dari bacaan waktu anak-anak.


Bukan dari Negarakertagama atau Pararaton?


Kalau di Arus Balik ini praktis tidak dipakai. Kalau dalammanuskrip (tentang) Ken Arok, sumbernya memang dari Pararaton.

Apakah dalam Pararaton atau Negarakertagama dataantropologisnya lengkap?

Nggak. Sejarah untuk orang Jawa 'kan hanya tumpukan mitos. Kitabelum belajar sejarah secara rasional, baru setelah kemerdekaan kita mulaiberpikir ke arah itu. Kita berpikir rasional itu baru saja.

Jadi hasil-hasil karya Anda mencoba merasionalisir"dongeng-dongeng" seperti yang ada dalam Pararaton atau Negarakertagama?

Iya. Saya mencoba, berhasil atau tidak, itu soal lain. Saya menulisdan berhasil atau tidak, terserah pembaca. Saya kalau menulis tidak saya bacalagi. Kalau sudah selesai serahkan ke penerbit, mau nggakmenerbitkannya. Nggak pernah saya lihat lagi. Kalau sudah dicetak pun nggaksaya baca lagi.

Dalam manuskrip Ken Arok dan Ken Dedes, dari mana datamengenai setting sosial dan sekte-sekte agama pada saat itu?

Dari logika saja. Boleh 'kan? Belum dilarang 'kan? Di ArusBalik juga begitu.

Kalau itu hanya dari logika, sebagaimana dalam karya-karyaAnda, apakah Anda melihat pertempuran ideologi antara Syiwa dan Islam sangatdominan dalam sejarah Nusantara ini?

Syiwa itu 'kan Dewa Perusak. Penghancur. Syiwaisme itu berpengaruhterus dalam kebudayaan politik di Jawa. Nggak boleh ada dua raja, salahsatu harus dibinasakan. Lain dengan pengaruh Buddhis di Jawa Barat, raja-rajabanyak, tetapi ber-"uni". Maluku juga ber-"uni"raja-rajanya, walaupun tidak terpengaruh ideologi Buddhisme. Akan tetapi diwilayah pengaruh Syiwaisme tidak bisa, hanya ada satu orang, dan itu wakil yangdi atas di bumi ini. Bebas dari kesalahan.

Sampai sekarang?

Sampai sekarang.

Dan itu masih dominan?

Ha... ha... ha... Iya, Jawa. Kalau sudah nggak jadi Jawalagi seperti saya, ya lain.

Masalahnya, mengapa Syiwa yang dominan?

Itu yang menjawab sejarah. Kenyataannya memang Syiwaisme yangdominan.

Atau memang karena paham Syiwaisme itu yang cocok dengankebudayaan Jawa?

Saya tidak bisa menjawab soal itu. Hanya dari kenyataan historissaja yang saya pakai.

Dalam karya-karya Anda, humor hampir tidak pernah muncul.Begitu pula soal seks. Mengapa?

Hidup saya dalam penindasan terus, bagaimana mau ketawa?Paling-paling yang bisa saya lakukan mengejek. Kalau soal seks banyak, cumatidak mendetail. Lha itu, di Bumi Manusia banyak seksnya, seksitu banyak. Dulu saya inferior complex, dan hilangnya karena seks.

Lho, bagaimana bisa?

Itu, sama orang Eropa yang menjajah saya. Setelah itu, hilangperasaan (inferior).
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 17-2-2007 10:05 PM | Show all posts
Di dalam buku Nyanyi Sunyi Seorang Bisu ini tidakdiceritakan?

Nggak tahu saya kalau itu dibuang oleh penerbitnya. Saya tadi'kan bilang, habis nulis nggak baca lagi.

Mengapa Anda justru tidak menciptakan novel yang berlatarbelakang G30S?

Ini proses sedang menjadi, belum selesai. G30S itu bukan hanyaperistiwa 1 Oktober saja, tetapi seluruh Orde Baru itu adalah G30S. Prosesnyabelum selesai, kalau ditulis menjadi jurnalisme. Sori, saya bukanmelecehkan jurnalisme. Fungsinya lain. Sebagai proses G30S itu belum selesai.Habibie 'kan kelanjutan Orba saja. Orbaba (Orde Baru yang Baru). Selesainyabagaimana? Harus out semua, ganti angkatan muda. Itu menurut saya.

Termasuk seluruh pegawai negeri sipil yang ada sekarang?

Iya, out. Semua terlibat, paling tidak (mereka)menganggukkan kepala terhadap pembantaian, perampasan hak-hak.

Proses itu belum selesai karena peristiwanya, atau prosesdalam diri Anda?

Proses nasional yang belum selesai.

Berarti Anda masih melakukan pencatatan terus?

Bukan hanya pencatatan, tetapi kliping.

Lalu suatu saat akan ditulis dalam bentuk novel?

Iya, tetapi masih menghendaki adanya suatu pengendapan.Persoalannya bagi saya, saya harus tinggal di desa yang tenang.

Tidak takut berkejaran dengan waktu?

Nggak soal. Kalau nggak bisa, ya nggak soal. Kalausoal mati, setiap saat saya sedia mati. Nggak soal.

Kalau persoalan G30S prosesnya dianggap belum selesaisehingga belum bisa menuliskannya, mengapa waktu tahun 1945, ketika prosesrevolusi, Anda bisa menulis banyak novel, padahal waktu itu prosesnya jugabelum selesai?

Karena hari depannya itu sudah dijanjikan, yaitu Indonesia yang merdeka,demokratis, modern. Bahwa ternyata begini, isinya kekecewaan saja, itu soallain.

Bukankah Habibie juga sekarang sering menjanjikan Indonesiayang demokratis?

Habibie belum pernah teruji oleh sejarah. Saya nggak perludengarkan itu. Wawasan kenegaraan juga tidak punya, apalagi wawasanke-Indonesiaan.

Wawasan ke-Indonesiaan yang Anda maksudkan itu bagaimanakonkretnya?

Mengerti tentang Indonesia. Misalnya, waktu Belanda berhasilmendirikan imperium maritim nomor satu di dunia, ibu kotanya dipilih Batavia.Ini menyebabkan terjadinya Java sentrisme, dan itu tidak dikoreksi sampaisekarang. VOC datang ke sini untuk menundukkan daerah di luar Jawa, laludiekspor pembunuh dari Jawa. Apa ini tidak diteruskan sampai sekarang? Darisejak VOC? Ini tak pernah dikoreksi. Terus, ibu kota Batavia, semua laluberkiblat ke Batavia. Hasilnya apa? Orang-orang luar Jawa pada lari ke Jawa.Itu sebabnya Soekarno mau memindahkan ibu kota ke Palangkaraya, ditengah-tengah Indonesia, supaya pembagian penduduk merata. Akan tetapi initidak terwujud karena keburu Harto tampil.

Konsekuensi dari pikiran itu adalah negara federal?

Saya tidak setuju pada federalisme. Karena apa? Soekarno sudahmemperingatkan bahwa abad ini adalah abad intervensi asing. Jadi kalau adafederalisme, akan lebih mudah asing melakukan intervensi.

Bukan sebaliknya, karena dengan federalisme masing-masingdaerah bisa memperkuat diri?

Tidak mungkin itu. Sekarang saja Riau mau bergabung denganMalaysia.

Jadi, yang penting apa supaya tidak Jawa sentris?

Pendidikan ke-Indonesiaan belum pernah ada. Seperti nama Indonesiaitu 'kan keliru, karena berarti kepulauan India, tetapi kok tidakdikoreksi sampai sekarang? Kelemahan kita, kalau sudah pegang kekuasaan tidakberani koreksi diri. Ini baru soal nama.

Kalau bukan federalisme, apa otonomi?

Ya, otonomi luas, jangan federalisme. Federalisme itu adalahkehendak Belanda dulu, dan itu dihancurkan oleh Soekarno dalam satu hari, dalamparlemen di tahun 1950. Namun juga ada akibatnya, yakni Indonesia lalu dianggapbangsa. Indonesia itu bukan bangsa. Indonesia itu nation, terdiri daribangsa-bangsa. Jawa itu bangsa, Batak bangsa, Aceh bangsa. Ini disusutkan jadisuku bangsa. Ini artinya tidak menghargai sistem nilai masing-masing. BangsaIndonesia itu tidak ada, yang ada nation Indonesia. Itu saja tidakpernah dikoreksi sampai sekarang. Padahal akibatnya (terjadi) pelecehanterhadap sistem nilai setempat.

Namun konsekuensi yang paling logis dari pemikiran ituadalah negara federal?

Tidak bisa. Persoalannya begini. Kita itu negara maritim, tetapikenapa diduduki Angkatan Darat. Dia yang berkuasa. Ini saja menyebabkan segalamacam kekacauan.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 17-2-2007 10:08 PM | Show all posts
Kalau begitu soalnya menjadi lebih sederhana, Angkatan Daratharus kembali ke barak?

Betul, dari dulu saya berseru-seru begitu.

Kalau tak setuju negara federal, tetapi setuju otonomi luas,lalu isi otonomi itu apa?

Negara kita ini kaya. Sekarang sedang dibicarakan soal pembagianrezeki antara daerah dan pusat. Itu betul. Kayak Aceh, gasnya sudahhampir habis, jalan yang mulus saja tidak ada. Itu 'kan keterlaluan. Jadi kalausemua sudah dilingkupi kekuasaan laut, nggak ada persoalan federalisme.Sekarang setiap kapal bisa nyolong di laut Indonesia. Jadi Angkatan Lautyang diperkuat, bukan Angkatan Darat.

"Arus Balik" dong?

Ha... ha... Zaman Belanda yang berkuasa di pertahanan AD. Ketikadiserbu AL Inggris tahun 1812, hanya dua hari, angkat tangan. Tahun 1942diserbu AL Jepang, dua hari Belanda angkat tangan. Padahal AD Hindia Belandaitu menghasilkan sekian banyak jenderal, seperti sekarang. Ini bukti historis, lho,sebab pertahanan laut Hindia Belanda tidak punya.

Jadi militerisme AD itu bukan hanya Orde Baru, tetapi sudahada sejak Orde Mataram?

Mataram punya AL, cuma kalah. Lain dengan Banten yang mementingkanAL, bahkan sempat mendatangkan instruktur dari Batavia. Ketika itu siapa yangmenguasai laut menguasai dunia.

Kalau begitu secara prinsip mitos itu sudah betul?

Bukan, mitosnya itu karena dia kalah. Waktu menyerang Batavia,walaupun kalah, Mataram sempat menggunakan pasukan laut. Seluruh pesisir utaradikerahkan. Namun karena nggak pernah ada latihan, bagaimana bisa menangmelawan kompeni? Laut Jawa, laut internasional jatuh ke tangan Belanda, laluMataram bilang: gua juga masih punya laut, punya Nyai Roro Kidul.

MENURUT Anda, periode sejarah terpenting di Nusantara padarentang waktu mana?

Tahun 1945. Itu luar biasa. Satu orang bisa mempertautkan satubangsa secara politis, Indonesia. Orang itu adalah Soekarno. Namun tidak pernahada penghargaan terhadap Soekarno, malah ia dicaci-maki, dituding diktatorsegala macam. Kalau soal multinasional bangsa kita sudah kalah. Negeri-negerikomunis pun sudah mengakomodasi kapitalisme.

Kalau begitu paham kapitalisme betul?

Kapitalisme primitif waktu itu.

Pandangan Anda pribadi terhadap kapitalisme bagaimana?

Kalau saya pribadi nggak setuju, karena kapitalisme itusudah merupakan politik, bukan sekadar dagang. Itu sebabnya Soekarno tidaksetuju masuknya modal asing. Untuk Soekarno, cukup utang, lalu kita bangunsendiri. Sebab kalau modal asing sudah masuk dia akan berpengaruh padakekuasaan, malah bisa kerja sama. Buktinya sekarang, kalau ada perselisihanantara perusahaan dengan buruh, kekuasaan berpihak kepada modal, bukan kepadaburuh.

Kalau begitu sistem kapitalisme atau mekanisme pasar harusberhenti pada dataran ekonomi saja?

Mestinya begitu, jangan sampai ikut menguasai. Akan tetapi, apamampu? Persoalannya 'kan sampai seberapa jauh moralitas yang berkuasa? Bentengmoralnya sampai seberapa?

Akan tetapi di negara mana pun, belajar dari pengalamanBarat, membangun sebuah masyarakat hanya berdasarkan moralitas adalah mimpi?

Atau sebaliknya, tanpa moral jadi bandit semua.

Bukankah ini berarti perlu ada sistem yang harus mencurigai,bahwa moral manusia itu cenderung tidak keruan?

Tidak juga. Orang yang moralnya kuat karena apa? Karenapengalaman. Ia belajar dari pengalaman. Zaman Orde Baru satu setengah jutaorang dirampas hak-haknya. Bahkan tenaganya dirampas untuk kerja paksa. DanGolkar, PPP, PDI mengangguk saja. Ini moral apa? Belum lagi yang dibantai.

Di situ persoalannya. Orde Baru membentengi diri dengananggapan bahwa moral semua pejabat baik. Soal menteri boleh berkampanye apatidak misalnya, mereka bilang boleh, karena moral menteri baik, tidak akanmenggunakan fasilitas negara?

Saya juga bisa bikin rumus: kalau Orba "x" itu artinya"minus x", ha... ha... Saya lawan dengan rumus itu. Setiap apa yangmereka katakan sebetulnya artinya sebaliknya. Akan tetapi kalau orang nggakmau menggunakan rumus saya itu, bukan salah saya.

Pewawancara: Kenedi Nurhan, JB Kristanto, Bre Redana

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 19-2-2007 12:26 AM | Show all posts

Reply #4 jf_pratama's post

Saya memang minat dengan karya Pak Pram. Hampir semua bukunya maseh saya simpan saperti 'Buru Quartet, Nyayiian Bisu dll. Saya cuma baca terjemahan sahaja kerana tuliisan asal dalam bahasa Indonesia agak sukar di fahami. Prem dari segi ideoloji menjurus kapada faham sosiolisme. Sila silak kembali tajuk ini dalam topik-topic yang terdahulu.
Reply

Use magic Report

Post time 19-2-2007 12:11 PM | Show all posts
Sunting dari http://www.kirjasto.sci.fi/pram.htm  tentang riwayat awal kehidupan Pak Pram




Indonesian novelist, short-story writer, essayist, and critic. The Japanese occupation (1942-1944) and Indonesia's struggle for independence has provided the basic material for Pramoedya's writing. His best-known work is the Buru Quartet (1980-88), banned by the Suharto regime. The story is set at the turn of the 19th century and depicts the emergence of anticolonial Indonesian nationalism. Pramoedya's books have been translated into at least 28 languages.

"That eternally harassing, tantalizing future. Mystery! We will all eventually arrive there - willing or unwilling, with all our soul and body. And too often it proves to be a great despot. And so, in the end, I arrived too. Whether the future is a kind or a cruel god is, of course, its own affair. Humanity too often claps with just one hand." (from This Earth of Mankind, vol. 1 of Buru Quartet, 1980)


Pramoedya Anata Toer was born in the village of Blora, in East Java. His father was an activist and headmaster of the nationalist school, a figure of some social prominence, but who ruined the family by obsessive gambling. Pramoedya completed elementary school course in 1939. He moved to Surabaya and graduated from the Radiovakschool (Radio Vocational School) at the end of 1941. During the Japanese Occupation, he worked as a stenographer and settled in Jakarta, where he continued his studies and worked for the Japanese news agency "Domei." In 1945 he attended lectures at the Islamic University. Later in Perburuan (1950, The Fugitive) Pramoedya returned to the last days of the Japanese occupation.
When the revolution broke out, Pramoedya joined the Indonesian armed forces in East Jakarta. He then moved back to Jakarta, where he edited the journal Sadar. As a novelist Pramoedya made his debut with Kranji-Bekasi Jatuh in 1947.


Selected works:
Krandji-Bekasi Djatuh, 1947
Perburuan, 1950 - The Fugitive (trans. by Willem Samuels)
Keluarga Gerilya, 1950
Subuh: Tjerita-Tjerita Pendek Revolusi, 1950
Percikan Revolusi, 1950
Mereka Jang Dilumpuhkan, 1951
Bukan Pasar malam, 1951 - translated in A Heap of Ashes
Di Tepi Kali Bekasi, 1951
Dia Yang Menyerah, 1951
Cerita dari Blora, 1952
Gulat di Djakarta, 1953
Midah - Si Manis Bergigi Emas, 1954
Korupsi, 1954
Cerita dari Djakarta, 1957
Cerita Tjalon Arang, 1957
Suatu Peristiwa di Banten Selatan, 1958
Sekali Peristawa di Bengen Selatan, 1958
Hoa Kiau di Indonesia, 1960
Panggil Aku Kartini Saja I & II, 1962
Realisme Sosialis & Sastra Indonesia, 1963
Tjerita Dari Djakarta, 1957
Bumi Manusia, 1980 - This Earth of Mankind (Buru Quartet , vol. 1)
Anak Semua Bangsa, 1980 - Child of All Nations (Buru Quartet , vol. 2)
Sikap dan Peran Kaum Intelektual di Dunia Ketiga, 1982
Tempo Doeloe, (ed.) 1982
Gadis Pantai, 1982 - The Girl from the Coast (trans. by Willem Samuels)
Jejak Langkah, 1985 - Footsteps (Buru Quartet , vol. 3)
Sang Pemula dan karya-karya non-fiksi (jurnalistik)-fiksi (cerpen/novel) R.M. Tirto Adhi Soerjo, 1985
Rumah Kaca, 1988 - House of Glass (Buru Quartet , vol. 4)
Hikayat Siti Mariah, (ed.), 1987
Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.), 1995
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I, 1995
Arus Balik, 1995
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II, 1997
Tales from Djakarta: Caricatures of Circumstances and their Human Beings, 1999 (introduction by Benedict R. O'G. Anderson Toer)
The Mute's Soliloquy: A Memoir, 2000 (trans. by Willem Samuels)
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 19-2-2007 12:40 PM | Show all posts

Di Cornell University

Berkarya di kantornya

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 19-2-2007 12:46 PM | Show all posts
Munkinkah ujudnya seorang lagi Pramoedya Anata Toer dalam sejarah Nusantara seribu tahun lagi?
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


akmala This user has been deleted
Post time 19-2-2007 06:44 PM | Show all posts
Ma kasih Bro. Nice info
Reply

Use magic Report

Post time 19-2-2007 07:10 PM | Show all posts
Alhamdullilah.,...dah lama saya carik info pasal penulis nie...

salah seorang penulis yg buat saya jatuh hati dengan tulisannya...

thanks
Reply

Use magic Report

Post time 19-2-2007 08:32 PM | Show all posts

Reply #10 Akak_Siti's post

Bumi Manusia- This Earth of Mankind( Penguin Book-1983)



Bumi Manusia adalah buku pertama dari Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980.

Buku ini ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih mendekam di Pulau Buru. Sebelum ditulis pada tahun 1975, sejak tahun 1973 terlebih dahulu telah diceritakan ulang kepada teman-temannya.

Setelah diterbitkan, Bumi Manusia kemudian dilarang beredar setahun kemudian atas perintah Jaksa Agung. Sebelum dilarang, buku ini sukses dengan 10 kali cetak ulang dalam setahun pada 1980-1981. Sampai tahun 2005, buku ini telah diterbitkan dalam 33 bahasa. Pada September 2005, buku ini diterbitkan kembali di Indonesia oleh Lentera Dipantara.

Buku ini melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah masa munculnya pemikiran politik etis dan masa awal periode Kebangkitan Nasional. Masa ini juga menjadi awal masuknya pemikiran rasional ke Hindia Belanda, masa awal pertumbuhan organisasi-organisasi modern yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Perancis.

Sinopsis

Buku ini bercerita tentang perjalanan seorang tokoh bernama Minke. Minke adalah salah satu anak pribumi yang sekolah di HBS. Pada masa itu, yang dapat masuk ke sekolah HBS adalah orang-orang keturunan Eropa. Minke adalah seorang pribumi yang pandai, ia sangat pandai menulis. Tulisannya bisa membuat orang sampai terkagum-kagum dan dimuat di berbagai Koran Belanda pada saat itu. Sebagai seorang pribumi, ia kurang disukai oleh siswa-siswi Eropa lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner di buku ini. Ia berani melawan ketidakadilan yang terjadi pada bangsanya. Ia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu dibawah.

Selain tokoh Minke, buku ini juga menggambarkan seorang "Nyai" yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan karena statusnya sebagai istri simpanan. Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, karena ia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepantasnya. Tetapi, yang menariknya adalah Nyai Ontosoroh sadar akan kondisi tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar. Mingke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Anneliesse, anak dari Nyai Ontosoroh dan tuan Millema.

Melalui buku ini, Pram menggambarkan bagaimana keadaan pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu secara hidup. Pram, menunjukan betapa pentingnya belajar. Dengan belajar, dapat mengubah nasib. Seperti didalam buku ini, Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat bagi siswa HBS, Minke. Bahkan pengetahuan si nyai itu, yang didapat dari pengalaman, dari buku-buku, dan dari kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas dari guru-guru sekolah HBS.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 20-2-2007 02:10 PM | Show all posts
buku tersebut ada tak dalam bahasa melayu atau bahasa indonesia?

harap ada sesiapa boleh letak list buku2 yg ditulis olehnya....

termasuk buku yg dilarang utk dijual(jika ada)

saya boleh jugak membaca buku2 dalam bahasa indonesia...

barangkali kerana sering menonton filem indo dan membaca artikel2 indo...

jika di malaysia,di kedai buku mana yg mudah didapati hasil karyanya?

buat thamrong..thanks utk info itu...
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-2-2007 04:12 PM | Show all posts
Tinggalkan Bumi Manusia

Suara Merdeka; 1 Mei 2006


INNA lillahi wa inna ilaihi rajiun.Pramoedya Ananta Toer tak pernah menyerah di bawah kepongahan dan kebebalan(kekuasaan) manusia. Namun kini, mau tak mau, dia harus menyerah di bawah kuasailahi.


Ya,Minggu (30/4) kemarin pukul 08.30, dia mengembuskan napas terakhir dalamrengkuhan keluarga tercinta. Kini Pram telah pergi, meninggalkan bumi manusia.


Sebelumnya,pada saat kritis Pram sempat menceletuk bahwa kaum muda harus melahirkanpemimpin. Dia memang senantiasa menumpukan harapan akan perubahan ke arahkehidupan (berbangsa dan bernegara) yang jauh lebih baik pada kaum muda. Diasudah kehilangan kepercayaan kepada generasi tua, termasuk generasiseangkatannya.


Menurutpenilaian dia, mereka tak mampu mengelola negara ini menjadi lebih beradab danbermartabat. Cuma kaum mudalah, ujar dia pada berbagai kesempatan, yang harusambil peranan: merebut kesempatan dan menjadi pemimpin di segenap sektorkehidupan.


PramoedyaAnanta Toer dilahirkan di Jetis, Blora, 6 Februari 1925. Dia anak sulung sulungM Toer, aktivis politik dan sosial terkemuka di kota kecil itu. Sang ayahpernah menjadi Kepala Sekolah Institoet Boedi Oetomo, menggantikan dokterSoetomo yang pindah ke Surabaya.


Pramoedyatelah menelurkan ratusan tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi, baik karya aslimaupun terjemahan. Karya paling monumental adalah tetralogi Buru, BumiManusia, Jejak Langkah, Anak Semua Bangsa, dan Rumah Kaca. Itulahsebagian karya yang dia tulis di pengasingan, di Pulau Buru, berbelas tahunpada masa pemerintahan Soeharto.


Diadikenal sebagai sosok kontroversial, baik sebagai pengarang maupun aktiviskebudayaan. Dia senantiasa memperjuangkan kebebasan (kreatif). Namun justrukarena itulah dia kerap tertelikung di balik jeruji penjara. Pada masakolonial, dia dipenjara karena keberpihakannya pada kemerdekaan bangsa ini.Tahun 1961, pemerintahan Soekarno memenjara dia akibat menulis buku Hoakiaudi Indonesia - wujud keberpihakan pada kebenaran sejarah dan keadilan bagikelompok minoritas.


Sebagaipemuncak, pada masa Orde Baru, Pram harus "menikmati" belasan tahunhidup di berbagai penjara karena peranannya sebagai eksponen Lembaga KebudayaanRakyat (Lekra) yang dianggap onderbouw Partai Komunis Indonesia (PKI).Pada 13 Oktober 1965-Juli 1969 dia mendekam di Penjara Salemba, Jakarta.Kemudian dipindah ke Nusakambangan (sampai 16 Agustus 1969), Pulau Buru (sampai12 November 1979), serta Penjara Magelang dan Banyumanik, Semarang (sampaiDesember 1979).


Pulangdari pengasingan bukan berarti Pram bebas dari penistaan. Rumahnya terampasserta koleksi buku dan naskahnya dibakar. Dia juga mengalami pembunuhankarakter. Stigma sebagai eksponen komunis, yang tak pernah dibuktikan lewatpengadilan yang adil, jujur, dan terbuka, terus-menerus membayangi kehidupanPram dan seluruh keluarganya.


Diaada dan terus berkarya. Namun terus-menerus ditiadakan. Buku-bukunya dilarangberedar. Bahkan para pemuda, antara lain Bonar Tigor Naipospos dan Isti Nugrohodi Yogyakarta, yang sekadar membaca dan mendiskusikan karyanya pada paro kedua1980-an harus meringkuk di penjara. Berkali ulang penulis novel Koroepsi(1954) itu diunggulkan untuk menerima hadiah Nobel kesusastraan. Namun kononkarena lobi pemerintahan Soeharto, suami Maemunah Thamrin, kemenakan pahlawannasional Mohamad Husni Thamrin, itu tak pernah memperoleh anugerah tersebut.


Akantetapi berbagai hadiah dan penghargaan lain telah lebih dari cukup mengukuhkanperan pria perokok berat yang dinobatkan sebagai orang paling berpengaruh olehmajalah Time itu. Dia menerima antara lain anugerah Freedom to WriteAward dari PEN American Center (1988), The Fund for Free Expression, AS (1989),Wertheim Award, Belanda (1995), Ramon Magsaysay Award, Filipina (1995), PartaiDemokratik Rakyat Award (1996), Unesco Madanjeet Singh Prize (1996), doctorof humane letters dari University of Michigan, Madison, AS (1999),Chanceller's Distinguished Honor Award dari University of California, Berkeley,AS (1999), Chevalier de l'Ordre des Art et des Letters dari KementerianPendidikan dan Kebudayaan Prancis (1999), New York Foundation for the ArtAward, AS (2000), Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang (2000), dan CentenarioPablo Neruda, Cile (2004).
PengumumanYayasan Magsaysay, 19 Juli 1995, yang hendak memberikan penghargaan bidangsastra dan jurnalistik kepada Pramoedya memunculkan kehebohan. Pada 29 Juli1995, 26 orang antara lain Mochtar Lubis, Rendra, dan Taufiq Ismail mempertanyakanpemberian hadiah itu. Mereka berpendapat Pram tak layak memperoleh penghargaankarena bertanggung jawab atas pengekangan kebebasan kreatif dan berpendapatpada masa paling gelap dalam sejarah kreativitas di negeri ini (1959-1965).


MochtarLubis bahkan bersikap lebih keras. Dia mengembalikan uang hadiah uang darilembaga itu dengan mencicil - hadiah sama yang dia peroleh jauh sebelum Pram.Pemerintah juga menghambat kepergian Pram ke Filipina untuk menerimapenghargaan. Akhirnya Maemunah Thamrin-lah yang datang ke negeri yang lebihbisa menghargai prestasi dan sumbangan Pram terhadap kemanusiaan itu ketimbangdi negeri sendiri.


SikapMochtar Lubis dan kawan-kawan direspons kaum muda, antara lain Ariel Heryanto,Sitok Srengenge, Sutanto (Mendut), Sosiawan Leak, dan Tan Lioe Ie, denganmengumumkan "Pernyataan Kaum Muda untuk Kebudayaan". Dalam pernyataansikap yang ditandatangani 26 pemuda dari berbagai kota di Indonesia itu, merekamenilai sikap Mochtar Lubis dan kawan-kawan merupakan pewarisan dendam masalalu dan pengobaran kembali prasangka politik. Bagi mereka, langkah itu jelasmenghambat demokratisasi yang bertumpu pada kejujuran, keadilan, sikap kritis,serta kedewasaan sikap dan nurani.


Kontroversisosok penerjemah Mother karya masterpiece Maxim Gorki menjadi Ibunda(1958) itu tampak pula, misalnya, dari kesediaan dia memenuhi permintaan GusDur datang ke Istana Negara pada hari-hari awal sang kiai itu menjadi presiden.Saat itu Gus Dur bertanya soal visi kemaritiman karena tahu betapa mendalam danvisioner pandangan Pram mengenai perkara itu. Banyak orang heran, namun takmenyadari bahwa visi itu telah tertuang secara menarik dan dramatis dalam novelArus Balik (1995).


Namun,beberapa waktu kemudian, dia memboyakkan Gus Dur yang meminta maaf, baiksebagai pemimpin NU maupun pemimpin bangsa ini, atas keterlibatan jamaah NUdalam pembunuhan massal pasca-G30S 1965. Bagi Pram, rekonsiliasi bangsa inihanya mungkin jika seluruh komponen mau mengakui secara jujur apa yang telahterjadi. Dan, kemudian mengubah keadaan menjadi lebih baik melalui pembangunansistem hukum yang berkeadilan. Itu, menurut pendapat dia, tidak mungkintercapai cuma lewat omongan. Namun harus diwujudkan dalam tindakan nyata.


Lihatlahpula, betapapun dicegah beredar di negeri sendiri, karya-karya Pram takterhalangi untuk diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa di dunia.Karya-karya itu bakal tetap hidup, meski Pram sendiri telah pergi, sekali lagi,meninggalkan bumi manusia menuju ke keabadian.


Ya,dia meninggalkan bumi manusia, tempat selama ini dia nyaris senantiasadisalahpahami. Namun dia juga meninggalkan Bumi Manusia, karya yang akansenantiasa dibaca dan dibaca lagi oleh orang-orang di berbagai belahan bumiini. Itulah karya kemanusiaan yang abadi. Karya-karya, yang menurut penilaianThe Washington Post Book Review, muncul dari seorang master, seseorang yangberkecerdasan brilian dalam menata jejaring motivasi, karakter, dan emosi.Selamat, Pram, selamat jalan! (Gunawan Budi Susanto-53)
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-2-2007 04:39 PM | Show all posts
Obituari (Kompas; 1 Mei 2006)
Pramoedya Telah Pergi, Berangkatlah Polemik!


Riuh kiriman pesan lewat layanan pesan singkat atau SMS sejak Sabtu (29/4) terus berlanjut hingga Minggu petang.


SMS gelombang pertama kaget bertanya, benarkah pengarang besar itu sudah meninggal dunia? Gelombang kedua bergeser, mengapa koran dan sejumlah tokoh menganggapnya pahlawan, padahal dia dulu anti-"Manikebu" dan lagi ia dulu berhaluan kiri?


Kalau Anda hadir melayat di kediaman pengarang yang pernah mendekam di bui selama 10 tahun dalam pembuangan di Pulau Buru, dengan nomor tahanan politik (tapol) 007, "perdebatan", dan sebenarnya "pembelaan" oleh sejumlah anak muda dan pendukungnya, juga terjadi menjelang jenazah diberangkatkan dan dimasukkan ke liang lahat, Minggu (30/4) siang.


Setelah dimandikan, jenazah Pramoedya dishalatkan pukul 12.00 di tengah ruangan. Saat keranda diangkat menuju ambulans sekitar pukul 13.00, tidak dinyana berkumandanglah lagu Internationale dan Darah Juang di tengah ratusan pelayat yang berdempetan di gang sempit Jalan Multikarya II/26, Utan Kayu, Jakarta Timur. Lagu yang pertama adalah sajak seorang buruh anggota Komune Paris (1871), Eugene Pottier, yang selanjutnya menjadi lagu mars kaum proletariat dan kekuasaan diktatur proletariat yang berkuasa selama 72 hari pada masanya. Internationale yang dinyanyikan adalah versi terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Ki Hadjar Dewantara. Yang kedua adalah lagu perjuangan mahasiswa Indonesia yang lahir di zaman reformasi menjelang jatuhnya Orde Baru, 1997-1998. Ini lagu karangan aktivis John Sonny Tobing, mahasiswa Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta. Sebagai catatan, bersama lagu ini lahir juga Sumpah Mahasiswa, ciptaan Afnan Malay, juga aktivis dari Fakultas Hukum UGM. Meski sekilas, syair kedua lagu itu jelas, pembelaan pada rakyat kecil, pada buruh: Bangunlah kaum yang terhina/Bangunlah kaum yang lapar ("Internationale").


Keluarga besar Pramoedya Ananta Toer yang terdiri dari 8 anak, 16 cucu, dan 2 cicit semuanya berkumpul. Istrinya, Ny Maemunah, ada di sana. Minggu pukul 09.15, Pramoedya Ananta Toer meninggal dunia setelah sebelumnya jatuh di rumah Bojong Gede dan sesak napas.


Hadir di sana antara lain Goenawan Mohammad, Sitor Situmorang, Ratna Sarumpaet, Budiman Sujatmiko, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, puluhan aktivis, sastrawan, dan cendekiawan. Sejumlah karangan bunga tanda duka, antara lain dari Kontras, artis Happy salma, pengurus DPD PDI Perjuangan, dan Dewan Kesenian Jakarta, mengantar kepergiannya.


Menjelang jenazah dimasukkan ke liang lahat di Makam Karet Bivak, Jakarta Pusat, kembali lagu Internationale dan Darah Juang dinyanyikan. Anak-anak muda yang datang sebagian dari Partai Rakyat Demokratik (PRD) dan elemennya.


Sastrawan penerima penghargaan dari dalam dan luar negeri, yang terakhir Presidential Medals of Honor for Pablo Neruda Centennial dari pemerintah Cile (2004), itu oleh pendiri PRD, Budiman Sujatmiko, dianggap sebagai gurunya. Pikiran dan buku-buku Pram adalah inspirasi sebuah perlawanan oleh anak muda, katanya. Tetralogi Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, dan Jejak Langkah adalah potret anak muda di tengah perubahan dari masa feodalisme ke kapitalisme. Mingke, adalah tokoh simboliknya. "Aku hidup di zaman Orba, pakai jalan juga jalan raya Orba, tapi bukan berarti kita berutang kepada Orba, justru fasilitas-fasilitas itu kita manfaatkan untuk melawan," kata Budiman. Penyair Yogyakarta, Joko Pinurbo, malah mengirim SMS puisi berjudul Selamat Jalan Pram: selamat jalan buku/selamat sampai di ibukata/ibunya rindu....


Generasi sezaman, sahabat eratnya, wartawan senior Amarzan Lubis (aktivis Lembaga Kebudayaan Rakyat/Lekra dan mantan Redaktur Harian Rakjat) dan Oei Hai Djun (77) (mantan anggota DPR dari Partai Komunis), melihat Pram sebagai sosok independen dan manusia kuat. Kualitas utama Pram adalah tidak pernah dapat dipatahkan oleh penderitaan. "Pram juga tidak pernah tunduk berargumen. Pikirannya mandiri," kata Oei.


Dramawan Putu Wijaya mengaku pengagum karya Pram, tetapi tidak pada kegiatan politiknya. Sejak SD, Putu mengagumi karya Pram, seperti Perburuan, Si Midah Bergigi Emas, atau Mereka yang Dilumpuhkan. "Tetapi, setelah periode itu, karya Pram berciri realisme sosial. Soal politik itu urusan beliau dan saya tidak bisa gabungkan menilainya," ujar Putu.


Sastrawan Eka Budianta melihat peran Pram pada dorongan untuk mencintai dan mengenali Tanah Air kita sedalam-dalamnya. Pram disebutnya pembina bahasa Indonesia lewat karyanya. "Pram minta adakan kongres pemuda supaya pemuda sendiri melahirkan tokoh-tokohnya," kata Eka tentang Pram yang katanya masih menyimpan sejumlah manuskrip yang belum terbit, Soekarno di Mata Dunia dan Dunia di Mata Soekarno.


Sebagaimana pernah diungkapkan Goenawan Mohammad, "kreativitas Pramoedya adalah krativitas polemik", agaknya inilah kehadiran Pram, karyanya dan pribadinya. Tetralogi di atas, lalu Mangir, Arok Dedes, Arus Balik, dan Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, bahkan Gadis Pantai, jelas merupakan sebuah "dekonstruksi" dan pada akhirnya perlawanan terhadap feodalisme, kekuasaan, mitos, atau kedengkian yang melahirkan penindasan.


Polemik akan mekar lagi sejak sekarang: adakah kata senapas dengan perbuatan? Bagi siapa pun di muka bumi ini....(VIN/DHF/EDN/HRD)
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 20-2-2007 04:55 PM | Show all posts
Originally posted by Akak_Siti at 20-2-2007 02:10 PM
buku tersebut ada tak dalam bahasa melayu atau bahasa indonesia?

harap ada sesiapa boleh letak list buku2 yg ditulis olehnya....

termasuk buku yg dilarang utk dijual(jika ada)

saya bo ...


Bisa dipesan secara online disiini:

http://www.anelinda-store.com/pramudya.php

Tapi, semuanya dalam Bhs Indonesia.

Sedangkan untuk versi Inggrisnya, coba dicek di www. amazon.com (mungkin ada, tetapi nggak pasti)
Reply

Use magic Report

Post time 20-2-2007 08:30 PM | Show all posts

Reply #12 Akak_Siti's post

Kak Siti! Buku Bumi manusia pernah di cetak di Malaysia oleh Pustaka Antara. Title saperti Nyanyi Sunyi Seorang Bisu,  Cerita dari Blora, Bumi Manusia dan Gadis Pantai munkin ada lagi si Kinokunya KLCC Malay section. Softcover dan kertas newsprint harga kurang dari RM15 senaskah.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 21-2-2007 08:49 PM | Show all posts
Keluarga Gerilya.. I love this novel!
Reply

Use magic Report

Post time 22-2-2007 09:00 PM | Show all posts
Some of his works translated in English.......


Sorry blurrr ....l
Reply

Use magic Report

Post time 10-3-2007 01:12 PM | Show all posts
Salute pada Pramoedya Ananta Toer...
Karya2 beliau amat mahal nilainya...

Banyak diantara pengarah2 filem barat yg punya nama besar mahu mengadaptasikan karyanya menjadi filem bakal dipertandingkan ...

Namun Beliau tidak sesekali terpana dgn kilauan emas habuan tukaran.

Beliau teguh mempertahankan karya beliau, agar tidak diperlakukan sebagai karya picisan.

Ada satu karya beliau telah diadaptasikan kepada sebuah filem Indonesia... kalau tak salah Christine Hakim herionenya....
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT


Forum Hot Topic

 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

15-5-2024 07:47 PM GMT+8 , Processed in 0.083414 second(s), 52 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list