|
[Tempatan]
Orang mengejar nikmat Ramadhan, mereka pula kejar nikmat nafsu!!!!
[Copy link]
|
|
Lejen posted on 12-8-2013 11:12 AM
Chorus hotel ni kira menghina Isle ka takdak sijil JAKIM? Kena bukak kertas siasatan la kalau maca ...
I sebenernya kesian dengan spesis ni Semoga depa sempat cirimin diri dan bertaubat.
|
|
|
|
|
|
|
|
andygila posted on 11-8-2013 11:01 PM
Sebulang, ramai kedaroh makanang, padahal Ramadhan suruh kite buak sederhana. Lepah bulang puasa b ...
Hahahahaha apa benda awak cakap ni? semua keluar. Patutla letak gila kat belakang nick tu hehehe. Saya baca gelak guling guling.
|
|
|
|
|
|
|
|
Irwan-Ahmad posted on 12-8-2013 05:32 PM
C4 la vodo
yg ko pi eja sifo tu watpe? terencat kaa?
|
|
|
|
|
|
|
|
jazaa posted on 4-8-2013 10:08 AM
Bekas penuntut ipta.....ckp kat mak pak belajor....rupanya kerja mcd...nauzubillah......kat klang pu ...
Kalo kije kat klang, mebi kne dok ngn mak ayah, tak dpatle nak bwk balik teman ke rumah utk berjimba...
|
|
|
|
|
|
|
|
truly posted on 12-8-2013 09:45 PM
Hahahahaha apa benda awak cakap ni? semua keluar. Patutla letak gila kat belakang nick tu he ...
Bukang mu saja, aku sediri pong gelak guling guling
|
|
|
|
|
|
|
|
Acong posted on 12-8-2013 11:17 PM
yg ko pi eja sifo tu watpe? terencat kaa?
wa ingat lu boleh teka ma, mana tau lu ini macam tak peka
|
|
|
|
|
|
|
|
Maideen. posted on 12-8-2013 05:44 PM
I sebenernya kesian dengan spesis ni Semoga depa sempat cirimin diri dan bertaubat.
Bila cerita pasal cermin ni teringat cerita Snow White..
Bila ada witch tanya sapa paling cantik di dunia ni.. cermin tu kata witch tu la..
kes yang serupa la sapa isle sebenar dlm dunia ni.. cermin tu kata hang la isle sebenar.
|
|
|
|
|
|
|
|
Maideen. posted on 10-8-2013 09:48 AM
Mereka percaya Allah suroh skodeng orang lain. Dengan cara mengintai apa orang lain buat dengan ag ...
tu cara mencegah maksiat...tak tahulah pulak kalau dalam agama korang maksiat ni tk perlu dicegah...yerla ada ker istilah maksiat dlm agama korang...bapak paderi pun homo...
|
|
|
|
|
|
|
|
UNTUK RENUNGAN BERSAMA:
Definisi Kafir
Kata Kafir dalam bahasa Arab berasal dari kata كافر kāfara ; plural كفّار kuffār secara harfiah berarti orang yang menutupi, menolak sesuatu dengan yang lain atau menyembunyikan, mengingkari suatu kebenaran.
Dalam istilah terminologi kultural kata ini digunakan dalam agama Islam merujuk kepada orang-orang yang mengingkari nikmat dari Allah (sebagai lawan dari kata syakir, yang berarti orang yang bersyukur).
Dalam bahasa Inggris ada kata cover yang diartikan ”the act of concealing the existence of something by obstructing the view of it”. Dalam terjemah bebasnya “tindakan menyembunyikan sesuatu dengan menghalangi pandangan.
Pada zaman sebelum Islam, istilah tersebut digunakan untuk para petani yang sedang menanam benih di ladang. Mereka menutup/menguburnya dengan tanah. Sehingga kalimat kafir bisa diimplikasikan menjadi "seseorang yang bersembunyi atau menutup diri".
Sifat-sifat orang kafir dalam surah Al-Baqarah
Di dalam Al Qur’an, kitab suci agama Islam, kata dan sifat-sifat orang kafir dan variasinya dituliskan dalam beberapa ayat dalam Surah Al-Baqarah, antara lain
1. Tidak mau menerima nasihat
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman." (Surah Al-Baqarah : 6 dan 7).
Ayat ini menyebutkan golongan orang kafir. Sekilas ayat di atas menunjukkan bahwa seolah tidak ada gunanya berdakwah terhadap orang-orang kafir. Toh, hasilnya tetap sama saja. Diberi dakwah atau tidak, diberi peringatan atau tidak, mereka tetap tidak beriman. Karena kekafiran yang begitu mendalamlah sehingga membuat mereka tidak sudi beriman. Di samping itu, Allah memang tidak memberikan hidayah kepadanya.
Tentang golongan kafir ini, Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manarmengklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama, orang yang mengetahui kebenaran namun ia dengan sengaja mengingkarinya. Jumlah orang kafir inilah yang paling sedikit.
Kedua, orang yang tidak mengetahui kebenaran, namun tidak ingin mengetahuinya dan tidak suka untuk mengetahuinya. Mereka bersikap masa bodoh dan tidak peduli dengan kebenaran.
Ketiga, orang yang telah sakit jiwa dan hatinya. Ia tidak merasakan nikmatnya kebenaran. Tak ada ketertarikan di dalam hati mereka untuk menemukan kebenaran. Hati dan jiwa mereka telah dipenuhi dengan keinginan-keinginan duniawi dan kenikmatan jasmaniah semata. Akal dan pikiran mereka dicurahkan untuk memperoleh keuntungan material saja. Ketiga macam orang kafir seperti itulah yang hasilnya sama saja. Diberi dakwah atau tidak, mereka tetap tak beriman.
Menurut Ibnu Abbas, orang-orang kafir yang telah tertutup hati, telinga, dan mata mereka itu adalah orang-orang Yahudi, seperti Ka’ab bin al-Asyraf, Huyay bin Akhthab, dan Juday bin Akhthab. Namun ada juga yang berpendapat, mereka adalah orang-orang musyrik Mekkah, seperti Utbah, Syaibah, dan al-Walid.
Dalam realitas di masyarakat, kita bisa menemukan orang yang telah tertutup mata hati, telinga, dan matanya. Apapun nasihat dan anjuran kebenaran yang diberikan kepadanya, tak juga mempan untuk membuatnya sadar dan kembali ke jalan yang benar. Hal itu terjadi saat seseorang melakukan keburukan dan kemaksiatan secara berulang-ulang dan terus-menerus. Karena begitu seringnya keburukan dan kemaksiatan ia lakukan, hati nuraninya jadi tertutup. Ia tak lagi merasa berdosa dan gundah saat melakukan kejahatan dan keburukan.
2. Berburuk sangka terhadap takdir Allah
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 26
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُواْ فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلاً يُضِلُّ بِهِ كَثِيراً وَيَهْدِي بِهِ كَثِيراً وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ
Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan nyamuk ‎atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka ‎mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi yang ‎kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk ‎perumpamaan?‎‏ ‏Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan ‎Allah dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberinya ‎petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang ‎fasik".
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahawa Dia tidak keberatan untuk membuat perumpaan dengan seekor nyamuk dan seumpamanya, atau yang lebih kecil lagi. Justru kehebatan sebenarnya terletak pada satu perkara yang unik dan sulit dilakukan penelitian. Yakni tiadalah yang dapat memahami hikmah di balik setiap perumpamaan ayat-ayat Al-Quran melainkan orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan. Pastinya setiap perumpamaan itu perlu direnungi untuk di ambil pelajaran dan sangat berguna buat kehidupan.
Pada lafaz “tetapi mereka yang kafir mengatakan: Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”, yakni sikap orang-orang kafir yang memandang hina terhadap perumpamaan Allah berupa makhluk-makhluk kecil dan remeh. Mereka berburuk sangka serta mempersoalkannya, sambil berkata: Apakah yang Allah membuat kiasan kepada benda-benda yang remeh ini?. Mereka adalah orang-orang yang keliru dan akhirnya mereka menjadi semakin kufur dan rugi. Mereka tidak memahami rahasia dan hikmah di balik penciptaan itu.
Menurut para ilmuwan, nyamuk akan tetap hidup jika dalam keadaan lapar tetapi apabila kekenyangan maka ia akan mati. Demikian juga manusia, mereka akan sering mengingat Allah ketika dalam keadaan susah dan sempit. Namun jika dalam keadaan yang lapang, banyak harta, berkecukupan maka manusia sering melupakan Allah, zat yang memberinya segala kenikmatan itu. Dengan kata lain, apabila mereka merasa puas dengan harta dunia yang melimpah itu, dan melalaikan Sang Pemberi kenikmatan, maka saat itulah Allah mengazab mereka.
3. Menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti perasaan penerima
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 264 :
بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”
Di akhir ayat tersebut, Allah menyebut orang-orang kafir yang memiliki perilaku khusus seperti yang diterangkan pada kalimat sebelumnya. Walaupun ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman, namun mereka diingatkan untuk tidak memiliki sifat dan perilaku orang-orang kafir yang menyebut-nyebut pemberian serta menyakiti hati penerimanya.
Kesibukan dalam mencari kebutu*an hidup di dunia kadangkala membuat manusia menjadi lengah dan terlena. Kebutu*an ekonomi yang kian mendesak juga membuat mayoritas manusia memprioritaskan zakat, infak, dan sedekah sebagai prioritas terakhir setelah pemenuhan kebutu*an sehari-hari, bahkan mungkin saja malah bukanlah termasuk dalam prioritas pengeluaran.
Hal ini ironis rasanya jika dibandingkan dengan kandungan dalam surah Al Baqarah ayat 264, yaitu yang membahas tentang keutamaan menafkahkan harta di jalan Allah, baik dalam bentuk zakat, infak, ataupun sedekah. Ayat-ayat ini seharusnya dapat dijadikan bahan introspeksi bagi setiap insan manusia untuk lebih giat lagi dan menjadikan zakat, infak, dan sedekah sebagai prioritas utama di tiap anggaran pengeluarannya bukan malah yang terakhir.
Di samping itu, ayat-ayat ini juga menjelaskan tentang bagaimana agar zakat, infaq, shadaqah yang kita keluarkan tidak menjadi sia-sia, sebaliknya dapat memperoleh pahala keberkahan dari Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak contoh nyata tentang keengganan bagi mereka yang berpunya untuk menafkahkan hartanya di jalan Allah dalam hal ini baik dalam bentuk infak, sedekah, ataupun zakat. Mereka merasa sayang untuk mengeluarkan harta tersebut karena takut akan mengurangi jumlah harta yang mereka miliki.
Kalaupun mereka ingin bershadaqah, mereka ingin banyak orang tahu tentang perilaku sedekahnya itu. Bahkan ada yang ingin mengabadikan momen bersedekahnya itu baik dengan foto ataupun video. Bahkan ada yang lucu dan konyol, yaitu ada yang ingin bersedekah atau berinfak untuk pembangunan masjid misalnya, tetapi sedekahnya itu dalam rangka untuk mencari simpati masyarakat dalam kaitannya dengan pencalonan dirinya sebagai kepala atau wakil kepala daerah misalnya. Dan jika setelah masa pemilihan dia gagal, mereka mengambil kembali barang-barang yang telah diinfakkan tadi.
Hal itu terbukti bahwa tujuan atas infak yang dikeluarkannya tersebut bukanlah untuk Allah, namun hanya untuk kepentingan pribadinya.
Kadangkala apa yang kita keluarkan dengan tujuan infak akan menjadi sia-sia belaka karena perilaku kita sendiri. Padahal jika kita benar-benar memahami dan menerapkan apa yang telah diterangkan Allah dalam ayatnya tersebut, maka kesia-siaan tersebut dapat dihindari dan kita termasuk orang-orang yang beruntung. Namun di tengah kompetisi dalam memenuhi kebutu*an hidup yang semakin sulit, manusia terkadang lupa akan hakikat dari infak yang seharusnya dikeluarkannya.
Ada yang mungkin terpaksa karena sistem yang telah mengikat mereka, misalnya jika mereka seorang pegawai baik swasta atupun negeri. Maka secara otomatis gaji di tiap bulannya akan dipotong untuk dana zakat, infaq, shadaqah, ada yang menganggap bahwa jika dia sudah keluarkan pajak, maka tidak wajib baginya untuk infak.
Jika kita benar-benar memahami dan menyadari ayat tersebut, maka sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berinfak. Dan pastinya dengan tidak melakukan perbuatan yang dapat merusak pahala keberkahan dari infak kita tersebut.
Namun terkadang karena kesibukan yang luar biasa dalam mencari dunianya, manusia sudah jarang yang peduli untuk memahami kandungan Al-Quran yang merupakan petunjuk hidup manusia yang sebenar-benarnya. Jangankan untuk memahami isi kandungannya, untuk membaca Al-Quran saja bisa dihitung kuantitasnya. Mungkin saja mereka memiliki Al-Quran, namun hanya untuk pajangan di lemari saja.
Wallahu a'lam. (T/P04/R1). |
|
|
|
|
|
|
|
Allah berfirman dalam surat Albaqoroh ayat yang ke 7
Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka , dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi (QS. Al-Baqoroh:7)
Allah memberikan sifat hati orang kafir dengan sepuluh sifat :
1. Inshirof (dipalingkan), sebagaimana firman Allah:
Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): “Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?” sesudah itu merekapun pergi. Allah Telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
Ayat di atas berkenaa dengan orang-orang munafik, ketika dibacakan ayat-ayat Allah yang mengungkap kebusukan hati mereka, mereka kaget dan heran, tapi anahnya mereka justru berpaling dan pergi. Padahal seharusnya mereka beriman kepada ayat-ayat Allah yang menujukan kebenaran apa yang dibawa Rosulullah tersebut, oleh karenanya Allah memalingkan hati mereka dari kebenaran.
Dari ayat di atas, sebagian ulama melarang seseorang mengucapkan “Inshorifu” (pergilah) kepada saudaranya, ketika menyuruhnya pergi tetapi disunahkan baginya mengucapkakn “Ingqolibuu” (kembalilah), ini bersdasarkan firman Allah:
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
2. Dhoyiq dan Haroj (sesak lagi sempit), sebagaimana firman Allah:
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
Pada suatu ketika Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rosulullah tentang tanda hati yang lapang, lalu Rosululllah bersabda:
“berhati-hati terhadap dunia yang menipu in, mendekatkan diri kepada hari yang keka,serta mempersiapkan diri sebelum datangnya kematian”
Sedangkan hati oran g kafir terasa sempit dan sesak ketika menerima ajaran-ajaran Islam, oleh karena mereka juga merasakan sempit sesak di dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Sebagaimana firman Allah:
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Al-Haraj artinya tempat yang dikelilingi pohon-pohon yang membelit dan melingkar. Hati orang kafir sangat sempit, sehingga hidayah dan petunjuk tidak bisa masuk kedalamnya, sebagaimana para penggembala yang tidak bisa memasuki tempat yang di penuhi dengan pepohonan yang membelit dan melingkar.
Sesaknya hati orang kafir juga Allah misalkan dengan seseorang yang sedang mendaki langit atau tempat yang tinggi. Semakin tinggi ia mendaki, maka akn semakin sesak karena oksigen mulai berkurang, ayat ini termasuk salah satu mukjizat Al-Quran yang menerangkan perubahan oksigen di udara, yang insya Allah akan diterangkan lebih luas ketika sampai pada tafsir QS. Al-An’am
Ada satu hadits yang maknnya serupa dengan ayat di atas, yaitu Rosulullah bersabda:
“Barang sipa yang dikehendaki Allah kebaikan maka Allah akan memahamkan dia dalam uurusan agama” (HR. Muslim)
Hadits di atas menjelaskan kepada kita bahwa salah satu tanda kebaikan yang ada dalam diri seseorang adalah Allah melapangkakn dadanya, memberikannya semangat serta memudahkannya dalam mencari ilmu dan memudahkanya dalam memahaminya. Makna ilmu dalalm hadits di atas adalah ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Sebaliknya orang yang tidak dikehedaki kebaikan olah Allah maka akan disempitkan dadanya dan dipalingkan dari menuntut ilmu.3. Mayit “ Mati “ sebagaimana firman Allah  :
Dan apakah orang yang sudah mati Kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang Telah mereka kerjakan.(QS. Al-An’am: 122)
Maksud orang yang mati dalam ayat itu adalah orang yang hatinya mati. Hati yang mati adalah hati yang tidak bisa memahami ayat-ayat Allah karena bodoh dan tidak punya ilmu. Maka Allah menghidupkannya dengan memberikan ilmu dan keimanan kepadanya, dan keduanya merupakan yang terang dengannya dia bisa berjalan ditengah-tengah manusia.
Ayat diatas menunjukan keutamaan ilmu, karena dengan ilmu manusia bisa hidup, tanpanya manusia ibarat seorang yang mati. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorangpenyair:
وفي الجهل قبل الموت موت لأهل ميت فأجسامهم قبل القبور قبور
وإن امرأ لم يحي بالعلم ميت فليس له حتى النشور نشور
Seseorang yang berada didalam kebodohan, sebelum datangnya kematian sudah dianggap mati.
Badan mereka bagaikan kuburan sebelum dimasukan ke liang kubur,
Sesungguhnya seseorang yang hidup tanpa ilmu, telah mati.
Dia tidak mempunyai kebangkitan sedikitpun, sampai datangnya hari kebangkitan”
Menurut ayat di atas, orang yang tidak mempunyai ilmu, dia akan tenggelam dalam kegelapan, baik yang berbentuk kekafiran, maupun yang berbentuuk bid’ah, dan dia tidak akan bisa keluar darinya selama-lamanya. Di dalam kekafiran dan kebid’ahan tersebut mereka akan menganggap baik apa yang mereka kerjakan. Sebagaimana yang telah disinyalir oleh Allah:
Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS. Al-Kahfi:103-104)
Dengan ilmu manusia akakn hidup dan akan mampu menghidupkan serta memakmurkan dunia ini, tanpanya manusia tak akan mampu berbuat apa-apa, kecuali ia akan terombang ambing dalam kegelapan dan kebodohan.
Lihatlah bangsa-bansa besar dan maju, mereka mampu membangunnya dengan ilmu dan pendidikan. Tiada suatu bangsa yang memperhaatikan pendidikan dan ilmu melainkan bangsa tersebut akan maju dan kuat, sebaliknya bangsa yang meremehkan pendidikan dan ilmu pasti akan lemah dan hancur.
4. Thob’u (terkunci mati) sebagaimana firman Allah:
Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan)[377], disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan Karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: “Hati kami tertutup.” Bahkan, Sebenarnya Allah Telah mengunci mati hati mereka Karena kekafirannya, Karena itu mereka tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka.(QS. An-Nisa:155)
Ayat diatas turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi
Yang melakukan kejahatan di dunia ini, seperti melanggar perjanjian, mengingkari ayat-ayat Allah, dan membunuh para nabi. Dengan perbuatan mereka itu, akhirnya Allah mengunci mati hati mereka.
Dari sini kita dapat mengetahuibahwa Allah tidaklah menzalimi mereka akan tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri dengan kejahatan-kejahatan tersebut.
5. Ingkar, sebagaimana firman Allah:
Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.(QS. An-Nahl:22)
Dalam surat An-Nahl di atas dijelaskan bagaimana Allah telah memberikan berbagai kemudahan dan kenikmatan yang begitu luas kepada manusuia ini, agar kenikmatan tersebut disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada Allah saja. Akan tetapi hati orang-orang kafir mengingkari kenikmatan tersebutdan tidak mau beribadah kepada Allah. Masalah ini mmempunyai kaitan yang sangat erat dengan kufur nikmat, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, sehingga dikatakan bahwa orang yang mengingkari kebaikan yang diberikan kepadanya dikategorikan kufur nikmat. Kalau dalam ayat ini disebut munkirot, yaitu mengaingkari kenikmatan yang membawanya kepada ingkar kepada Allah.
Bisa juga diartikan mengingkari keesaan Allah dan tidak mau menerima kebenaran dan nasihat. Sebaliknya hati mereka menerima kekafiran dan kemaksiatan.
Artinya bahwa ciri-ciri hati orang kafir itu senang dengan kemaksiatan dan kesesatan, cenderung kepada orang yang jahat, gembira dengan kerusakan. Sebaliknya hati mereka benci dengan kebaikan dan keimanan, menjauhi orang-orang yang baik, serta benci jika kebaikan dan kemaslahatan terwujud.
Berapa banyak dari umat Islam sekarang yang hatinya seperti hati orang-orang kafir tersebut, mereka mengangkat pemimpin-pemimpin jahat, menjadikan para pengkhianat sebagai teman dekat, gembira jika umat Islam terkena musibah, senang jika orang-orang kafir menang. Senang dengan tersebarnya kejahatan dan kemaksiatan di kalangan orang-orang beriman.
Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui.(QS. An-Nur:19)
Ayat di atas menunjukan bahwa “Al-Hubb” (memrasa senang) dengan tersebarnya kerusakan atau musibah yang menimpa kaum muslimin, merupakan sifat hati yang mendapat ancaman adzab yang pedih dari Allah. Amalan hati inilah yang akakkn dimintai pertanggung jawaban oleh Allah, walaupun belum diaplikasikan di dalam anggota badan.
Oleh karenanya, Allah tidak akan mengzab orang yang berbuat kejahatan dengan anggota badan tetapi hatinya mengingkarinya, seperti orang yang dipaksa, atau berbuata tanpa kesadarannya, atau karena ketidak sengajaan. Ini semua menunjukan pentingnya gerakkan dan amalan hati.
Contoh lain dari hati yang Ingkar adalah apa yang tersebut di dalam firman Allah:
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? mereka percaya kepada jibt dan thaghut , dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman”.(QS.An-Nisa:51)
Hati yang ingkar selalu cenderung kepada orang-orang kafir dan mengutamakan mereka atas orang-orang beriman. Mereka menganggap bahwa orang orang kafir jauh lebih baik agama dan ibadahnya daripada orang yang beriman.
6. Hamiyyah (Fanatik).
Sebagaimana firaman Allah:
Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan Jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS.Al-Fath:26)
Orang-orang kafir, ketika mereka diajak untuk mengikuti kebenaran timbul dalam hatinya sifat hamiyah jahiliyah, yaitu fanatikan jahiliyah dan kefanatikan kepada berhala mereka, sehingga mereka menolak kebenaran tersebut.
Sebagian umat Islam, kadang terjangkit penyakit hamiyah ini, mereka fanatik dengan otak dan nalar yang mereka miliki, sehingga menutupi mereka dari mengikuti kebenaran. Fanatik dengan otak dan nalar termasuk dalam kategori hamiyah jahiliyah.
Termasuk di dalam kategori penyakit hamiyah jahiliyah adalah fanatik golongan, fanatik suku dan fanatik kenegaraan atau disebut paham nasionalisme. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang fanatik kebangsaan ini, bisa ditelaah buku “Nasionalisme Dan Kerugian Yang Diderita Umat Islam” sebaliknya orang-orang beriman ketika dihadapkan pada masalah yang pelik dan rumit serat sensitif, mereka tetap tenang dan berfikir jernih. Menggunakan nalar dan akar sehat serta tetap konsisten dengan ajaran-ajaran Islam, tidak emosional dan tidak mudah terprovokasi pihak-pihak lain. Karena Allah lah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati mereka dan mengajarkan kepada mereka kalimat tauhid.
Sejarah telah mencatat sikap arif dan bijak yang diambil kaum muslimin ketika dihadapkan pada masalah yang pelik. Ketika kaum muslimin di Mina pada musim haji, sebagian kaum Anshor yang sudah berbai’at kepada Rasulullah dan sudah masuk Islam, ingin segera berperang, akan tetapi Rasulullah melarang mereka berbuat gegabah, karena umat Islam masih lemah, belum saatnya untuk mengadakan konfrontasi senjata dengan musuh. Begitu juga, pada peristiwa Hudaibiyah, kaum muslimin merasa terdzolimi karena dilarang masuk Mekah ditambah dengan isi perjanjian yang tidak adil dan sangat memojokkan mereka saat itu, sebagian sahabat ingin segera menyerukan jihad melawan kaum musyrikin Mekah namun Allah menurunkan sakinah ke dalam hati mereka, sehingga mereka mau mendengar dan taat serta kembali bersama Rasulullah ke Madinah.
Umat Islam hari ini hendaknya menjadikan ayat di atas sebagai barometer dalam bergerak. Hendaklah tetap tenang dan berfikir jernih, tidak terprovokasi oleh pihak-pihak luar yang ingin menghancurkan Islam. Konsisten dengan ajaran islam adalah satu-satunya jalan keluar dari berbagai masalah, tidak main kasar dan gegabah tetapi tetap memegang teguh kalimat tauhid serta tetap terus beramal sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.
7. Qosiyah (membatu) sebabgaimana firman Allah:
Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.(QS. Az-Zumar:22)
Orang-orang kafir jika dibacakan ayat-ayat Allah, hati mereka membatu dan keras, tidak bisa lunak dan khusyu’ serata tidak bisa memahaminya. Sedang hati orang-orang beriman jika dibacakan ayat-ayat Allah hati mereka akan menjadi lunak dan luluh, kadang mereka menangis karena tersentuh dengan ayat-ayat Allah. Disebabkan mereka paham dengan ayat-ayat Allah. Sehingga mereka tunduk.
Ayat diatas memberikan pesan kepada orang-orang beriman agar selalu memperbaharui keamanan mereka, untuk selalu membiasakan diri mereka dengan hal-hal yang bisa menyentuh hati dari kelengahan. Diantaranya dengan banyak menggingat kematian, mengingat adzab kubur dan hari kebangkitan, mengingat panasnya api neraka.
Hati yang keras ini bisa luluh dan lunak, supaya bergetar ketika mendengar nama Allah disebut. mata yang kering ini supaya bisa menangis kertika mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, menangis kletika menengar nasihat-nasihat. Dalam hal ini para ulama khususnya para ahli Hadits telah menyusun hadits-hadits dan mengklasifikasikan hadits-hadits yang mengingatkan kepada remehnya kehidupan dunia ini serta pentingnya mengingat kematian dan akherat dengan judul ”Bab Raqiq” artinya bab yang bisa melunakan dan melembutkan hati serta menghindari dari Qoswatul Qolbu (membatunya hati).
8. Ar-Rain (tertupup)
Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.(QS. Al-Muthofifin:14)
Ayat di atas menjelaskkan bahwa hati yang tertutup atau ditutup Allah sehingga tidak bisa menerima kebenaran adalah akibat atau dampak dari perbuatan yang dikerjakan oleh manusia, dan sekali-kali Allah tidak akan menzalimi seseorang, akakn tetapi orang itu sendiri yang menzalimi dirinya sendiri, dengan mengerjakan hal-hal yang membawa mudharat bagi dirinya dan bagi umat manusia.
Ayat di atas juga menjelaskan bahwa perbuatan anggota tubuh akan mempengaruhi keadaan hati seseeorang, dalam suatu hadits disebutkan:
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rosulullah bersabda: “
“sesungguhnya seorang mukmin jika mengerjakan dosa, maka akan membekaskan titik hitam di hatinya, jika ia bertaubat dan berhenti dari berbuat dosa maka akan kekmbali bening dan bersih, sebaliknya jika ia terus mengerjakan dosa tersebut maka akan bertambah titik hitamnya hingga memenuhi seluruh hatinya, itulah Al-Raan yang dimaksud dalam firman Allah QS. Al-Muthofifin:14. (HR. Ibnu Majah no: 4244)
Sebagian ulama’ mengatakan bahwa Ar-Raan lebih ringan dari At-Thob’dan At-Thob’ lebih ringan dari Al-Aqfal.
9. Maridh (sakit), sebagaimana firman Allah
Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka ?(QS. Muhammad:29)
Hati yang sakit, sebagaimana anggota badan yang sakit, salah satu tandanya adalah perutnya yang malas menerima makkanan yang merupakan gizi dan kekuatan badanya, dia juga tidak semangat untuk beramal. Begitu juga hati yang sakit juga malas untuk menerima nasihat dan peringatan serta ilmu, yang semuanya merupakan gizi untuk ruh dan jiwa.
Sebagaimana badan membutu*kan gizi yang berupa makanan maka ruh dan jiwa juga membutu*kan gizi yang berupa ilmu, naihat dn peringatan. Kalau hati ini tidak pernah disuntik dengan gizi-gizi itu maka lambat laun hati ini akan lemas, sakit dan kemudian mati. Hati orang-orang kafir adalah hati yang sakit. Dan tidak ada obatayang dapat menyembuhkan kecuali ilmu dan Iman
10. Khotm (terkunci mati). Sebagaimana firman Allah:
Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka , dan penglihatan mereka ditutup . dan bagi mereka siksaan yang besar. (QS.Al-Baqoroh:7)
Referensi
1. Al-Quran al Karim
2. Tafsir As-Sa’dy
3. Lihat Al-Mustadhrok ‘Ala Shohihaini lil Hakim juz. 18 hal. 233
4. Lihat Shohih Muslim Juz 1 hal. 39 Last edited by Modngengade on 13-8-2013 10:08 AM
|
|
|
|
|
|
|
|
Lejen posted on 13-8-2013 09:51 AM
Bila cerita pasal cermin ni teringat cerita Snow White..
Bila ada witch tanya sapa paling canti ...
Suatu parallel yang baik.
|
|
|
|
|
|
|
|
adoii...peguatkuase pon kasi la orang tu pakai baju dulu, nak menambah dose je hahaha....jiran yang prihatin ni namenyer |
|
|
|
|
|
|
|
Tahun ini Pegawai Tukang Kutip Kondom Grade A (tetap dan perpencen) Pejabat Agama Isle yang dibayar gaji dengan wang rakyat untuk skodeng dan tangkap orang tak kerja overtime lagi ka? |
|
|
|
|
|
|
|
thread lama weiii.. ye ye je aku baca |
|
|
|
|
|
|
|
Nash^Roy replied at 5-8-2013 01:23 PM
kalau masa umpil ka apa ka.. sekali mati sesak napas cam anak gengster jd penyamun tempohari.. nak s ...
berani laaa diorang ni umpil, serbu, pecah rumah aku time aku tido
aku nak potong tangan deme ni.. |
|
|
|
|
|
|
| |
|