Edited by Genkidesuka at 27-1-2017 08:58 AM
Assalammu'alaikum Manak.
(Aku copy paste yg berikut bg jelas.)
Walaupun hadits ini dha’if, namun maknanya shahih. Syaikh Al-Arnaa’uuth dalam ta’liqnya berkata : ولكنه مع إرساله يحتج به عند الأئمة الثلاثة، أبي حنيفة، ومالك، وأحمد، إذا لم يكن في الباب ما يخالفه. انتهى كلام الشيخ “Akan tetapi bersamaan dengan keterputusan sanadnya, hadits ini dijadikan hujjah di sisi para imam yang tiga, Abu Haniifah, Maalik dan Ahmad, jika dalam bab ini tidak ada hadits yang menyelisihinya.” Selesai perkataan Syaikh. Syaikh Muhammad bin Shaalih Al-‘Utsaimin berkata : يروى عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : ( أبغض الحلال إلى الله الطلاق ) وهذا الحديث ليس بصحيح ، لكنَّ معناه صحيح ، أن الله تعالى يكره الطلاق ، ولكنه لم يحرمه على عباده للتوسعة لهم ، فإذا كان هناك سبب شرعي أو عادي للطلاق صار ذلك جائزاً ، وعلى حسب ما يؤدي إليه إبقاء المرأة ، إن كان إبقاء المرأة يؤدي إلى محظور شرعي لا يتمكن رفعه إلا بطلاقها فإنه يطلقها ، كما لو كانت المرأة ناقصة الدين ، أو ناقصة العفة ، وعجز عن إصلاحها ، فهنا نقول : الأفضل أن تطلق ، أما بدون سبب شرعي ، أو سبب عادي ، فإن الأفضل ألا يطلق ، بل إن الطلاق حينئذٍ مكروه ” انتهى Diriwayatkan dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda, “Perkara halal yang dibenci Allah adalah perceraian,” dan hadits ini tidaklah shahih akan tetapi maknanya shahih, karena Allah Ta’ala membenci perceraian namun Dia tidaklah mengharamkan perceraian atas para hambaNya untuk mempermudah mereka. Jika disana terdapat sebab yang syar’i atau alasan yang umum dan jelas untuk bercerai, maka dibolehkan, dan semua tergantung pada sebab-sebab yang membuat ia menahan istrinya. Namun jika menahan sang istri membuatnya menghampiri perkara-perkara yang terlarang secara syar’i, tidaklah mungkin baginya untuk mengatasi perkara-perkara tersebut kecuali dengan menceraikannya, maka ia (boleh) menceraikannya, sebagaimana jika sang istri ternyata kurang berkomitmen terhadap agamanya atau kurang akhlaknya dan sulit untuk meluruskannya, maka disini kami katakan, “Yang afdhal adalah kau menceraikan.” Adapun jika tanpa ada sebab yang dibenarkan syar’i, atau alasan yang umum, maka yang afdhal adalah tidak bercerai, bahkan jika bercerai dalam kondisi seperti ini hukumnya makruh.” Selesai.
[Liqaa’aat Al-Baab Al-Maftuuh no. 55, soal no. 3]
|