|
EPS 109 : Khamis, 20-04-2006
:tq::tq:
sorry byk2 td pg ada keje skit....
------------------
EPS 109
Mana dia |
|
|
|
|
|
|
|
Van, kok kamu belum berangkat? Kamu khan sudah janji??
Kamu aja dech yang pergi menemui andy
Ya sudah terserah kamu aja dech
Dia卻aya tidak bisa bekerja sama dengan orang seperti Andy..orang yang begitu arogan ...saya akan melakukan penyelidikan sendiri, dengan cara saya ..dan bukan dengan caranya andy卨agipula andy juga mempunyai caranya sendiri dan sepertinya dia tidak setuju dengan tindakan saya..
Dy, maaf saya telat..
Tidak apa2 |
|
|
|
|
|
|
|
Kakak jadi pelatih basket...
Iya, kakak diterima..
Selamat yach kak..
Gita bilang juga apa, kakak pasti bisa menjadi pelatih yang baik
Makasih yach..
Eka |
|
|
|
|
|
|
|
Gita, kamu ikut papa yach?
Kemana pa?
Kekantor polisi sayang.....
Kamu ngapain ngajak gita kekantor polisi? Tanya nadia
Tante dia |
|
|
|
|
|
|
|
Duluan yach sus...
Marhsa dan ria yang melihat susi kaget...
Ngapain sich susi kesini?
Kenapa? Kaget ngelihat gua? Apa kangen?
Yeee....Gran banget sich elo jadi orang..!! merekapun cabut.
Loh? Kok Cuma kalian berdua...yang lain mana?tanya eka
Mereka melakukan aksi mogok...!
Aksi mogok??!!
Kok elo enggak latihan sich..kasihan tuh pelatih barunya...
Apa pantes dia melatih gua!
Masih dendam sama eka |
|
|
|
|
|
|
|
dah nak abis dah ke....uwaaaa.....decoder astro aku rosak lo...... |
|
|
|
|
|
|
|
Hai... Amirdaa...
I wonder mana ler u dapak scrip ceta DIA nie? cepat ler sambung... nak tau jugak terlaksana ker tak impian arwah si DWI tu ????
fyi, i mmg follower ceta nie from siri first lagi.. |
|
|
|
|
|
|
|
Originally posted by Lailalilyputih at 20-4-2006 03:54 PM
Hai... Amirdaa...
I wonder mana ler u dapak scrip ceta DIA nie? cepat ler sambung... nak tau jugak terlaksana ker tak impian arwah si DWI tu ????
fyi, i mmg follower ceta nie from siri first ...
dari Indosiar nyer forum.....
tinggal lagi 5 episode rasanya.. |
|
|
|
|
|
|
|
yaaa... episod 110 plak.... tak saber gue nungguknya... |
|
|
|
|
|
|
|
Dia Ep. 110 : Jumaat, 21-04-06
Dia Ep. 110 dah dtg nih...
-------------------------
P/s: Aku start dari perbincangan Dia n Ivan yach soalnya permulaan cerita ulang dari scene terakhir minggu lepas.
Dia dan Ivan berada diruang tamu, membincangkan soal Ivan dan Gita. Dia berusaha merayu Ivan untuk tinggal saja dirumahnya agar Eka bisa dekat dengan Gita. Ivan nggak begitu setuju soalnya Fifi tetap aja memburu dan menganggu kehidupan Dia sekiranya Ivan masih berhubungan dengan Dia. Kalau Ivan nggak ada lagi dalam hidup Dia, Fifi akan berhenti dari menganggu Dia. Ivan juga berkata, sudah sampai masanya untuk Dia memikirkan kehidupannya dan mencari lelaki lain untuk mendampingi kehidupannya. Dia agak terkejut mendengar kata-kata Ivan dan berkata yg dia tidak memikirkan soal itu. Dia hanya memikirkan untuk menjaga dan membesarkan Eka.
Diluar, Eka dan Gita lagi main basket. Kemudian Eka berkata kepada Gita untuk menjaga baik-baik bola basket pemberiannya. Kalau Gita kengen dengan Eka, Gita peluk aja bola itu (So sweet!) Kemudian Ivan dan Dia keluar. Gita terus berkata kepada Ivan yang dia nggak mau pindah dari rumahnya Dia. Ivan hanya tersenyum.
"Ya udah. Kalau gitu, kamu masuk dan ganti pakaian. Sudah sampai masa untuk tidur'. Gita tersenyum senang dan mengucapkan terima kasih pada Ivan. Eka pun demikian juga. Dia hanya tersenyum melihat keolahan Eka dan Gita.
Dian dan Gita bersiap-siap untuk kepuncak. Sewaktu Dia hendak membuka pintu, Andi sudah berdiri diluar. Andi hairan melihat Dia dan Gita berpakaian cantik.
"Lho, kamu mau jalan-jalan yach"
"Iya Dy. Kami mau jalan-jalan"
"Iya Oom..kami mau kepuncak"
"Ke Puncak?" Kemudian ada Ivan dibelakang Dia dan Gita. Andi kelihatan begitu kurang senang sekali tapi cuba menutupinya. Andi berbasa basi dengan Ivan dan terus pamit.
"Nggak ada lelaki lain yg akan bisa mendapatkan kamu, Dia termasuk Ivan. Nggak akan ada"
---------bencinya haku kat andi ni...nyampah giler....!!!! |
|
|
|
|
|
|
|
Di sekolah, Susi lagi memikir2 akan tawaran Rendy, Ditangannya ada ganja dari Rendy untuk memerangkap Eka. Kemudian Eka masuk. Susi segera menyembunyikan ganja itu.
"Hi Sus"
'Hi" Susi menegur Eka yg kelihatan gembira pagi itu.
"Hari ini ada hari bahagia gwe, Sus. Nanti gwe mau traktir anak-anak kelas dia kantin. Kamu juga yach." Susi cuma menganggukkan kepalanya. Kemudian Eka meletakkan begnya dimeja sebelah Susi dan terus keluar kelas. Susi memandang beg sekolah Eka. Susi mula berpikiran jahat mau menjebak Eka. Susi memandang kiri dan kanan dan perlahan-lahan memasukkan ganja ke beg sekolah sesuai dengan rancangan Rendy (urghhh...jahat lagi ni cewek.....tapi ada imbalannya lhoo, Rendy minta pertolongan Susi, maka Susi juga minta pertolongan Rendy)
Diperusahaan Fifi, Fifi didatangi oleh pengacara Susi dan berkata yg perusahaan Susi menghadapi masalah dan keuntungan perusahaan sudah jatuh sejak Fifi jadi manager. Pengacara itu juga mengusulkan agar Fifi meletakkan jawatannya sebagai manager di perusahaan itu dan digantikan dengan yg lain. fifi terus marah dan berkata nggak mungkin perusahaan Susi itu mengalami kerugian kerana dia tahu apa yg dia buat. Fifi juga berkata yang dia punya Sarjana Ekonomi, jadinya dia tau apa yg dia buat. Pengaca itu tersenyum dan berkata mempunyai sarjana nggak semestinya menjamin segalanya. Pengacara itu kemudian memberikan fail yg berisi nama-nama calon manageruntuk menggantikan tempatnya. Kemudian pengacara pamit. Saking marahnya Fifi, dia melemparkan fail itu dan berkata itu adalah perusahan Susi, anakanya. Selayaknya hanya Fifi saja yang bisa menjalankan perusahaan trersebut. Bukan siapa-siapa.
Ivan, Dia dan Gita berada di Puncak dan lagi jalan-jalan di bendang bersama Pak Cecep (yg punya tanah). Pak cecep sempat berpikir yg Ivan nggak jadi untuk ke Puncak. Ivan bilang waktu itu lagi ada berhalangan jadinya rancangannya tertunda. Dia bertanya pada Pak Cecep berapa keluasan tanah kepunyaannya itu. Pak cecep berkata sekitar 5 hektar tapi Pak Cecep juga bilang agak susah mencari pembeli untuk membeli tanahnya. Pak Cecep bertanya apakah Dia berminat. dia pula berkata tergantung pada harganya. Kalau harganya berpatutan, kenapa nggak. Ivan terkejut mendengarnya tapi Dia cuma tersenyum senang. |
|
|
|
|
|
|
|
Eka sedang bermain basket bila dia mendengar ada spot cehck di sekolah mellalui teman dari kelas lain. Ada org melapor ke bu guru yang ada orang membawa narkoba ke sekolah. Eka cuma cuek aja dan terus bermain basket. Di kelas Eka, Bu guru dan guru lelaki sedang memeriksa beg anak-anak sekolah. Bu guru jadi cemberut kerana hal itu. Agak melelahkan bila harus memeriksa satu-satu kelas untuk mencari siapa yg membawa narkoba kesekolah. Guru lelaki itu bertanya siapa yg melaporkan. Bu guru berkata nggak tau kerana org itu nggak meninggalkan nama. Kemudian Bu guru beralih ke meja Eka dan memeriksanya. Bu guru terkejut bila melihat ada ganja dalam beg Eka. Dengan cepat, Bu Guru mencari buku dan terkejut lagi bila melihat nama Eka tertulis di buku itu.
Eka dipanggil kepala sekolah. Eka nggak mengaku yang dia membawa ganja ke sekolah. Bu Guru telah pun memeriksa fail Eka dan mendapati Eka pernah dimasukkan ke rumah sakit kerana overdose. Eka mengaku tapi itu dulu dan dia tidak lagi melakukannya lagi. Kepala sekolah memutuskan untuk memanggil Dia ke sekolah bagi kasus Eka.
Di puncak, Dia dan Ivan lagi mau menikmati makan siang. Dia kemudiannya mengenang kembali waktu dia mengandungkan Dwi. Ketika itu mereka bertiga lagi bercuti di puncak. Dia dan Ivan tertawa bila mengenangkan Ivan panik pada waktu itu dan terus menghantar Dia ke rumah sakit di Bogor. Ivan tersenyum senang.
"siapa yang nggak panik coba? Jadinya, dari sejak itu kamu nggak lagi ke puncak?"
"Setelah kelahiran Dwi, aku sibuk menguruskan anak-anak. Jadi nggak punya waktu untuk itu sehingga timbulnya masalah"
"Nggak perlu lagi untuk diingatkan semua itu" Ivan memandang Gita yang lagi sedang menaburkan makanan ikan ke kolam. |
|
|
|
|
|
|
|
Susi pulang telat dari sekolah. Fifi mau marah sama Susi tapi terhenti bila melihat Susi dihantar pulang oleh Rendy. Fifi bertanyakan latar belakang Rendy ke Susi.
"Kayaknya mama seperti pernah melihat Rendy tapi dimana yach?"
"Rendy itu kan teman sekolah aku dulu, Ma.Rendy itu betul2 anak mama. Kemana2 harus ada ibunya dech. Makanya aku telat pulang. Aku harus menemanin Rendy menghantar mamanya pulang selepas dari dentist"
"Ooo....jadinya rendy itu dari sekolah lama kamu...dari Citra?"
"Iya dan kalau aku nggak salah, ayahnya punya bank"
"Oh yaaa..." Fifi tampangnya senang bila ternyata Rendy itu anak orang kaya.
"Jadinya, nggak apa-apa lho ma kalau aku keluar sama rendy?"
"Iya...nggaklah. Asal saja mama tau bibit sayap keluarganya, itu udah cukup bagus."
Susi tersenyum licik "Kalau aku terus keluar sama Rendy, mama akan percaya pada ku dan aku bisa mendapatkan kebebasan ku kembali"
"Ka Eka"
"Gita."
"Ka Eka, Gita ada ole-ole dari Puncak. Nih, ikannya. Ka Eka satu dan Gita satu" Eka cuma tersenyum hambar
"Kakak mau istirehat dulu yach" Eka terus berlalu ke kamarnya.
"Papa"
"Iya sayang" tapi Ivan masih konsentrasi ke dokumennya. Gita pun jadi geram dan mengambil dokumen itu dari Ivan.
"Kenapa Gita?"
"Papa, Kak Eka sepertinya sakit tuh"
"Sakit?"
"Iya. Tampangnya nampak lemes. Papa, pergi tengok Kak Eka dong"
"Mungkin Ka Eka kecapiean. Biarkan aja Ka Eka istirehat."
"Duh papa....tolong dong" Gita terus-terusan memaksa Ivan dan akhirnya Ivan mengalah. Dalam kamar, Eka lagi susah hati kerana ada surat dari kepala sekolah menghendakkan Dia hadir ke sekolah
"Eka"
"Oom"
"Gita bilang kamu sakit"
"Nggak tuh"
"Tapi tampang kamu kelihatan sedikit pucat. Ada apa?"
Eka kemudiannya menghulurkan surat dari kepala sekolah. Ivan mambacanya dan jadi kaget.
"Saya tidak melakukannya oom tapi mereka tetap mau mama ke sekolah."
"Udah jangan khuatir. Biar Oom mengurus." |
|
|
|
|
|
|
|
Fifi lagi di talian bersama salah seorang karyawannya. Fifi menyalahkan karyawannya diatas kerugian yang dialami oleh perusahaan susi. Kebetulan pula, ketika itu Susi mau kesekolah dan mendengar semuanya. Susi juga baru tau yang perusahannya mau bangkrut. Fifi pula sudah menyediakan surat perletakan jawatan karyawannya itu. Kemudian Fifi menelefon Pak Daud dan mengarahkan Pak Daud untuk mengambil Ivan sebagai manager di perusahaan Susi. Susi begitu nggak senang bila Fifi mengusulkan agar Ivan jadi Manager diperusahaannya.
"Aku ada meeting"
"Oh ya. Sama siapa?'
"Sama teman. Kamu nggak kenal. Aku pamit dulu yach"
"Kok mau meeting buru-buru gitu?" Dia bertanya pada diri sendiri.
"Gitaaaa....Gitaaa...Gita sayang. Temanin tante makan yuk"
Ivan sampai ke sekolah dan terus ke kantor kepala sekolah
"Selamat siang pak"
"Selamat siang"
"Saya kemari untuk hal Eka"
"Bu Nadianya mana?"
"Bu Nadia lagi berhalangan. Jadinya nggak bisa kemari."
"Kalau saya bisa tau, anda siapa yach?"
"saya..ermm..saya ayahnya Eka" (yippieeeeeeeeeeeee)
"Eka"
"Oom"
"shhh...jangan panggil Oom. Nanti ketauan. Soalnya Oom kasi tau sama kepala sekolah omm ayahnya kamu"
"Apa?"
"Iya. Sekarang sudah nggak apa-apa kok. Kamu nggak akan digantukng sekolah"
"Bener? Makasih Oo...ermm..Pa" Kebetulan ketika itu Kepala sekolah keluar dari kantornya dan Eka terus memeluk Ivan.
Ivan pulang dari sekolah Eka dan mengenang kembali sewaktu Eka masih kecil dan bagaimana dia menjaga Eka. Kemudian, Gita datang dan meminta tolong sama Ivan membetulkan tangan patung Barbienya.
"Tante Dia kemana?"
"Tante Dia nggak ada tuh pa"
"Emangnya dia kemana?"
"Nggak tau" |
|
|
|
|
|
|
|
Andi terkejut bila Dia meluahkan hasratnya untuk menarik diri dari restoran itu. Andi berusaha memujuk Dia agar membiarkan restorannya itu tetap beroperasi seperti biasa. Dia tetap dengan keputusannya. Andi nggak punya pilihan selain dari mengalah. Andi juga mengingatkan yg Eka adalah salah satu pemilik restoran itu, belum tentu Eka akan setuju dengan keputusan Dia. Dia yakin yang Eka setuju dengan keputusannya
"Tangan patung Barbie kepunyaan Gita patah? Nggak apa, esuk saya akan belikan yang baru. Erm Min, tolong gitau sama Gita yach." Fifi tersenyum sinis
"Zaman ini uang adalah segalanya. Uang bisa membeli apa pun yang kita inginkan termasuk kesetiaan seorang pembantu dengan majikannya"
"Susi" Andi terkejut bila melihat Susi berdiri disisi mobilnya
"Oom harus nolong aku Oom. Aku nggak mau Ivan kerja di perusahaanku. Itu perusahaannya aku!"
"Oom kan bukan lagi pengacara hukum kamu, Sus."
"Oom harus nolong aku Oom. Oom kan tau mama gimana. Aku nggak berani. Aku nggak berani lagi Oom."
"Jadi kamu mau tips hukum percuma dari Oom? Kalau ikut hukum, memang selayaknya mama kamu mengambil alih perusahaan kamu kerana dia adalah waris kamu yang terdekat sehingga kamu cukup umur....paling 25tahun. Cuma ada satu cara saja untuk dia harus undur dari perusahaan kamu."
"apa Oom?"
"Kamu harus menikah. Kalau kamu menikah dan suami kamu cukup umur, mama kamu terpaksa undur diri"
"Apa?! Mana mungkin, Oom. Aku kan belum cukup umur. Lagi pula aku nggak mau menikah"
"Lho, Min..kamu dari mana?"
"Ermm..ermm"
"Kan saya nyuruh kamu jaga non gita semasa saya tiada dirumah. Non Gita tinggal sendirian?"
"Ermm..nggak tu, Bu. Pak Ivan udah pulang. Makanya saya keluar sebentar ke awarung membeli ini."
"Oh...ya udah"
Rendy janjian dengan Susi di restoran. Rendy bertanyakan surat kepada Susi. Susi kata nggak ada kerana dia bolos sekolah. Rendy jadi marah2 sama Susi dan berkata surat itu penting kerana Rendy mau Eka nggak lagi jadi pelatih basket mulai bulan depan. Susi nggak ambil pusing soal itu dulu kerana dia ada masalah lebih besar dari itu. Rendy mau pamit latihan basket bila Susi mahu mengikutinya pergi ke latihan basket. |
|
|
|
|
|
|
|
Malamnya, Ivan dan Dia berbincang mengenai hal di Puncak. Ivan agak merasa keberatan bila Dia bener2 mau membeli tanah dipuncak itu. Dia berkata yang dia merasa lebih aman kalau tinggal dipuncak. Eka pasti suka kerana dia bisa dekat dengan Gita dan nggak lagi berpisah. (Ketika ini Dia memandang Ivan sepertinya mahu memberitahu yg sebenarnya Dia nggak mau jauh sama Ivan). Gita dan eka lagi berbicara di ruang tamu. Eka menanyakan adakah Gita dan Ivan jadi pindah ke puncak. Gita bilang blom tentu tapi esok mereka semua akan ke Puncak. Nah, ketika ini, pembantu Dia yg traitor itu stepped in and terdengar dan mula merancang untuk memberitahu Fifi. Dia juga sempat membayangkan upah yg bakal diterima dari Fifi. (urghhh....dasar mata duitan)
Susi marah2 sama Rendy kerana lambat menghantarnya pulang. Rendy menyuruh Susi pulang sendiri saja kerana kakinya terselio selepas latihan. Susi malah makin marah dan nyuruh dikompress saja bila sampai dirumah agar Rendy bisa ngantar dia pulang (padahal dia takut kalo2 mamanya marah)
"Oom"
"Iya. Ada apa Eka?" Eka menghulurkan report pelajarannya kepada Ivan untuk ditandatangani. Ivan hanya tersenyum dan berkata seperti kayak seorang ayah bila Eka memperlakukan dia begitu. eka cuma tersenyum. Ivan menandatangani report itu dan menasihatkan Eka untuk selalu maintain scorenya.
"Iya Oom..eh...pa" eka tersenyum lagi dan berlalu. Ivan memandang Eka. "Bukan hanya kamu aja yg nggak mau berpisah, Dia (it's either Dia or Eka or Gita. Gwe nggak ingat). Saya juga nggak mau berpisah dengan kamu. Eka memerlukan figur seorang ayah"
Dibilik Eka, Eka bercakap sendirian dan memandang keatas seolah-olah Dwi ada ditempatnya. Eka berkat ayang hasrat Dwi nggak lama lagi akan tercapai. Eka mengeluarkan gambar Dwi dari laci dan memandangnya. Sampai dirumah, Rendy masuk sebentar mau ngobati kakinya. Susi menunggu diluar. Tiba-tiba ada org membaling batu padanya. Susi terkejut dan terus mencari siapa yg melontar batu. Orang itu bersembunyi dan dibaling batu lagi tepat mengenai kepala Susi. Susi marah dan terus mencari org yg melempar batu itu. Susi sempat menangkapnya dan memukul2 badan org itu. Rendy datang dan menarik Susi dari memukul2 org itu. Susi nggak begitu puas hati dan bertanya siapa dia. Dengan berat hati, rendy memberitahu yg itu adalah abangnya, Benny. umurnya udah 25 tahun tapi akalnya seperti budak berumur 7 tahun. Susi terus tersenyum licik. Fifi mau marah bila melihat Susi masuk kerumah tapi terhenti bila melihat rendy bersama susi. rendy mohon maaf pada Fifi kerana telat menghantar Susi pulang kerana dia harus balik kerumah dulu merawat kakinya.
"Kenapa kaki kamu?"
"Tadi terluka semasa latihan basket tapi sekarang udah baikan kok. Saya permisi dulu."
"rendy itu baik yach"
"Iya tapi kami udah putus."
"Lho kenapa putus?"
"Kerana aku sekarang ini udah suka sama abangnya, Benny"
"Benny?"
Eka masuk kebilik Dia dan bertanyakan soal restoran itu dan hasrat Dia untuk kepuncak. Eka setuju dengan keputusan Dia untuk menjual restoran itu tapi Dia harus mengikut syarat Eka. Dia hairan dan memandang Eka
"Syarat apa?"
"Mama harus nikah sama Oom Ivan" Dia terkejut dan...... |
|
|
|
|
|
|
|
Malamnya, Ivan dan Dia berbincang mengenai hal di Puncak. Ivan agak merasa keberatan bila Dia bener2 mau membeli tanah dipuncak itu. Dia berkata yang dia merasa lebih aman kalau tinggal dipuncak. Eka pasti suka kerana dia bisa dekat dengan Gita dan nggak lagi berpisah. (Ketika ini Dia memandang Ivan sepertinya mahu memberitahu yg sebenarnya Dia nggak mau jauh sama Ivan). Gita dan eka lagi berbicara di ruang tamu. Eka menanyakan adakah Gita dan Ivan jadi pindah ke puncak. Gita bilang blom tentu tapi esok mereka semua akan ke Puncak. Nah, ketika ini, pembantu Dia yg traitor itu stepped in and terdengar dan mula merancang untuk memberitahu Fifi. Dia juga sempat membayangkan upah yg bakal diterima dari Fifi. (urghhh....dasar mata duitan)
Susi marah2 sama Rendy kerana lambat menghantarnya pulang. Rendy menyuruh Susi pulang sendiri saja kerana kakinya terselio selepas latihan. Susi malah makin marah dan nyuruh dikompress saja bila sampai dirumah agar Rendy bisa ngantar dia pulang (padahal dia takut kalo2 mamanya marah)
"Oom"
"Iya. Ada apa Eka?" Eka menghulurkan report pelajarannya kepada Ivan untuk ditandatangani. Ivan hanya tersenyum dan berkata seperti kayak seorang ayah bila Eka memperlakukan dia begitu. eka cuma tersenyum. Ivan menandatangani report itu dan menasihatkan Eka untuk selalu maintain scorenya.
"Iya Oom..eh...pa" eka tersenyum lagi dan berlalu. Ivan memandang Eka. "Bukan hanya kamu aja yg nggak mau berpisah, Dia (it's either Dia or Eka or Gita. Gwe nggak ingat). Saya juga nggak mau berpisah dengan kamu. Eka memerlukan figur seorang ayah"
Dibilik Eka, Eka bercakap sendirian dan memandang keatas seolah-olah Dwi ada ditempatnya. Eka berkat ayang hasrat Dwi nggak lama lagi akan tercapai. Eka mengeluarkan gambar Dwi dari laci dan memandangnya. Sampai dirumah, Rendy masuk sebentar mau ngobati kakinya. Susi menunggu diluar. Tiba-tiba ada org membaling batu padanya. Susi terkejut dan terus mencari siapa yg melontar batu. Orang itu bersembunyi dan dibaling batu lagi tepat mengenai kepala Susi. Susi marah dan terus mencari org yg melempar batu itu. Susi sempat menangkapnya dan memukul2 badan org itu. Rendy datang dan menarik Susi dari memukul2 org itu. Susi nggak begitu puas hati dan bertanya siapa dia. Dengan berat hati, rendy memberitahu yg itu adalah abangnya, Benny. umurnya udah 25 tahun tapi akalnya seperti budak berumur 7 tahun. Susi terus tersenyum licik. Fifi mau marah bila melihat Susi masuk kerumah tapi terhenti bila melihat rendy bersama susi. rendy mohon maaf pada Fifi kerana telat menghantar Susi pulang kerana dia harus balik kerumah dulu merawat kakinya.
"Kenapa kaki kamu?"
"Tadi terluka semasa latihan basket tapi sekarang udah baikan kok. Saya permisi dulu."
"rendy itu baik yach"
"Iya tapi kami udah putus."
"Lho kenapa putus?"
"Kerana aku sekarang ini udah suka sama abangnya, Benny"
"Benny?"
Eka masuk kebilik Dia dan bertanyakan soal restoran itu dan hasrat Dia untuk kepuncak. Eka setuju dengan keputusan Dia untuk menjual restoran itu tapi Dia harus mengikut syarat Eka. Dia hairan dan memandang Eka
"Syarat apa?"
"Mama harus nikah sama Oom Ivan" Dia terkejut dan...... |
|
|
|
|
|
|
|
Dah nak abis cerita DIA ni.... tp last ending semalam, touching la...tersedu-sedu kita..:cry: |
|
|
|
|
|
|
| |
|