|
KUMPULAN BERITA MUSIK INDONESIA PALING ANYAR
[Copy link]
|
|
AMI DANGDUT AWARDS
Penghargaan Khusus untuk Memotivasi Insan Dangdut
Selama bertahun-tahun, industri musik dangdut selalu dipandang sebelah mata. Dari sisi angka penjualan maupun produktivitas album, genre musik ini dinilai rendah kontribusinya ke dalam industri musik lokal. Mereka lebih banyak hidup dari panggung ke panggung, dengan frekuensi pentas yang sangat tinggi.
Tak heran jika Tantowi Yahya pun menilai, industri musik dangdut sangat besar. Anggota Persatuan Artis Musisi Melayu Indonesia (PAMMI) pun berjumlah dua juta orang. Namun, karena dinilai begitu memprihatinkan, Tantowi pun bergandengan tangan dengan PAMMI untuk membuat suatu ajang yang berfungsi memotivasi para insan dangdut. Namanya, Anugerah Musik Indonesia Dangdut Awards atau AMI Dangdut Awards yang akan digelar pada 2 September mendatang di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Ajang tersebut juga akan disiarkan secara langsung oleh TPI.
"AMI Dangdut Awards merupakan kelanjutan dari AMI Awards yang sudah berjalan selama sepuluh tahun. Ini merupakan manifestasi dari kepedulian kami atas besarnya industri musik dangdut. Kami berharap, ajang ini bisa menjadi lecutan agar musisi dangdut bisa lebih berkreasi," jelas Tantowi yang merupakan Ketua Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) kepada wartawan di Jakarta, Kamis (21/6).
Ia melanjutkan, AMI Dangdut Awards sengaja digelar karena Ami Awards dinilai terlalu kecil dalam memberikan porsi kepada musik dangdut. Baik dari segi penghargaan, musisi yang tampil dan sebagainya. Melihat besarnya industri musik dangdut, porsi tersebut sangat tidak seimbang. Apalagi, AMI Awards mencakup musik Indonesia secara global. Untuk mengokupasi industri musik dangdut, Tantowi pun berinisiatif menggelar AMI Dangdut Awards ini.
"Selain itu, dangdut bukanlah area kekuasaan kami. Musik ini adalah musik yang membutu*kan keahlian sendiri. Karena itu, kami pun merangkul PAMMI. Kami berharap kerjasama ini dalam AMI Dangdut Awards bisa memberikan hasil yang legitimate dan kredibel," jelasnya.
Untuk pemilihan pemenang, Tantowi kembali menerapkan sistem akademi yang juga digunakan dalam ajang AMI Awards. Sistem yang diadopsi dari penghargaan Oscar dan Grammy Awards itu dianggap relatif lebih dapat dipertanggungjawabkan, ketimbang penjurian yang melibatkan masalah suka dan tidak suka.
Dalam ajang AMI Awards, dari 1800 anggota akademi hanya ada 200 orang yang menjadi voting member atau anggota swara. Mereka berhak memilih siapa pemenang ajang AMI Awards karena memenuhi tiga kriteria yakni kompeten, komitmen dalam memajukan musik dan punya waktu.
Sistem serupa akan diimplementasikan pada AMI Dangdut Awards. Dari dua juta orang anggota PAMMI, akan diambil 200 orang untuk jadi anggota swara untuk memilih pemenang ajang tersebut.
"YAMI tidak akan ikut campur dalam pemilihan 200 orang anggota tersebut. Ini sepenuhnya hak PAMMI. 200 orang tersebut akan menilai nama-nama musisi dangdut atau entry yang sudah disiapkan. Anggota swara AMI Dangdut Awards yang pertama adalah Rhoma Irama," tuturnya.
Berbeda dengan AMI Awards yang menerapkan batasan angka penjualan sebuah album untuk bisa dinilai, AMI Dangdut Awards tidak melakukan itu. Maklum, angka penjualan album dinilai cukup memprihatinkan. Menurut Tantowi, untuk bisa ikut ajang ini, album dangdut tersebut harus sudah beredar sejak 1 Januari 2006 hingga 31 Mei 2007. Meski bekerjasama dengan PAMMI, Tantowi juga tidak menutup pintu bagi para musisi yang bukan anggota PAMMI untuk berpartisipasi.
"Namun meski bekerjasama dengan PAMMI, YAMI juga memiliki hak prerogatif. Kami tidak mengijinkan adanya kampanye, propaganda dan sebagainya yang tidak berhubungan dengan perkembangan dangdut di dalam acara ini," tegas Tantowi.
Terdapat lima kategori yang diperlombakan dalam AMI Dangdut Awards. Kategori Dangdut Konvensional, Dangdut Kontemporer, Dangdut Bahasa Daerah, Dangdut Melayu dan Penunjang Produksi.
"Selain itu akan ada anugerah seumur hidup dan piala Rhoma Irama. Piala tersebut akan diberikan kepada pemain musik dangdut terbaik," lanjutnya.
Ajang ini pun ditanggapi positif oleh Ketua PAMMI, Rhoma Irama. Ia mengaku salut kepada YAMI yang mau peduli dengan industri musik dangdut. Pentolan Soneta Group ini berha- rap kerjasama ini bisa meningkatkan eksistensi ser- ta memperkokoh kualitas dangdut itu sendiri. [D-10] |
|
|
|
|
|
|
|
"ASIAN IDOL" AKAN DIGELAR DI RCTI NOVEMBER 2007
Rencana digelarnya ajang Asian Idol sudah terdengar sejak lama. Saat Indonesian Idol pertama digelar pada 2004, rencana itu sudah menggema meski tanpa hasil nyata. Baru pada 2007 ini rencana tersebut bisa benar-benar terealisasikan.
Asian Idol akan digelar pada November oleh RCTI selaku stasiun televisi yang menyiarkan Indonesian Idol. Hal tersebut diungkapkan oleh Daniel Hartanto, Project Director Indonesian Idol dan Fotini Paraskakis, Production Director dari Freemantle Media, Jumat (22/6) di Jakarta.
Mereka mengaku sudah siap untuk menggelar kompetisi yang dijadwalkan dimulai sekitar dua pekan setelah hari raya Idul Fitri itu. "Rencananya, Asian Idol akan diikuti para kontestan dari tujuh negara, yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, India dan Kazakhstan. Acara akan digelar RCTI di Jakarta dan ditayangkan secara langsung di enam negara lainnya," tutur Daniel.
Siaran langsung tersebut akan diikuti oleh sms voting atau pengumpulan suara lewat pesan pendek secara global di tujuh negara di Asia. Dari situlah, kelak akan ditentukan, siapa yang berhak tampil minggu depan, dan siapa yang harus berhenti di episode minggu ini.
Menurut Fotini, Asian Idol ini akan menjadi ajang yang sangat unik. Pasalnya, tiap-tiap negara memiliki budaya dan musik yang berbeda. India tentu saja berbeda dengan Indonesia, misalnya. Apalagi jika dibandingkan dengan Vietnam atau Kazakhstan.
Untuk menyeimbangkan perbedaan-perbedaan yang diprediksi muncul, tiap negara akan mengirimkan juri masing-masing. Mereka akan bertindak seperti juri ajang Idol di seluruh dunia, yakni memberi komentar, namun tidak membuat keputusan.
Selain Indonesia, beberapa negara lain juga telah menggelar ajang Idol untuk kesekian kalinya. Seperti India, Malaysia atau Filipina. Namun, tetap saja, hanya akan ada satu orang kontestan dari yang akan mewakili tiap negara. Jadi total peserta Asian Idol adalah tujuh orang saja.
Untuk Indonesia sendiri, Daniel mengaku belum tahu, pihaknya akan mengirim siapa. Apakah para pemenang atau justru kontestan dari Indonesian Idol 1, 2, 3 atau 4 yang kini baru memasuki babak enam besar. Semua akan diputuskan setelah Indonesian Idol 4 selesai pada akhir Juli mendatang. Sementara untuk peta persaingan, Fortini menilai, Malaysia, India dan Filipina merupakan negara-negara yang memiliki kontestan dengan kualitas prima. Yang teratas terutama dari Filipina.
"Karena kualitas para kontestan tinggi, kompetisi pun akan semakin berat," tuturnya. Kala ditanya, adakah rencana mendatangkan Simon Cowell, juri dan kreator American Idol, Fotini langsung tersenyum.
"Kami sebenarnya akan sangat senang jika bisa mengha- dirkan Simon sebagai juri tamu. Namun tampaknya hal itu su- lit dilakukan karena kesibukannya yang amat padat," jelasnya. [D-10] |
|
|
|
|
|
|
|
SERPONG MANTAPKAN DIRI JADI "KOTA KOMUNITAS MUSIK"
Pentas Jajan Jazz di taman jajan BSD City digelar setiap sebulan sekali. Musisi kawasan seperti Abadi Soesman, Ireng Maulana dan lainnya kerap tampil di pentas jazz yang digelar gratis. Penonton menyaksikan sambil lesehan di alam terbuka. Pentas jazz ini makin digemari menghapus image musik jazz untuk kalangan menengah ke atas karena yang menikmati musik jazz kini juga banyak anak-anak muda.
Perkembangan pesat kawasan Serpong, Tangerang sebagai pusat hunian sekaligus pusat niaga merubah kawasan ini sebagai kota baru yang menggairahkan. Aura kemeriahan itu juga didukung dengan banyaknya aktifitas seni dan hiburan di kawasan ini. Terlihat dengan maraknya sekolah-sekolah musik, sanggar-sanggar kesenian hingga pentas berbagai jenis musik.
Di antara pentas yang rutin dilakukan dan makin diminati adalah Jajan Jazz yang manggung sebulan sekali di Taman Jajan Sektor 1.3 BSD City dan Country Music Club Indonesia (CMCI) yang rutin tampil di BSD Junction.
Mereka yang tampil memang bukan hanya orang-orang terkenal tetapi juga warga BSD dan sekitarnya yang memang menjadikan pentas musik itu sebagai wahana kumpul-kumpul, temu kangen maupun hanya sekedar 'cari angin'.
Bahkan musik jazz yang dikemas dalam tampilan Jajan Jazz kini sudah bukan pentas mahal yang hanya dapat dinikmati kalangan atas saja. Anak muda, orang tua dari berbagai kalangan kini sudah terbiasa menikmatinya dengan gratis. Suasananyapun dibuat sesantai mungkin.
Menurut Yunus Arifin, pendiri komunitas Jajan Jazz, pentas jass bertujuan menggali potensi warga BSD yang suka jazz sekaligus menyalurkan bakat yan mereka miliki untuk bisa tampil dan menunjukkan kebolehannya. "Bakat-bakat itu kini sudah muncul dan makin meramaikan komunitas jazz disini," kata Yunus.
Jajan Jazz berhasil mengikat penikmat musik untuk bersama-sama larut dalam alunan musik jazz yang kerap menampilkan penyanyi terkenal.
Interaksi
Penikmat musik jazz juga bukan hanya mereka yang bisa memainkan atau menyanyi jazz. Karena acara semacam ini menjadi semacam kebutu*an dan sarana interaksi mereka yang suka musik.
Seperti yang terlihat pada pertunjukan ke 16 Kamis malam pekan lalu.
Dedengkot jazz, Abadi Soesman dan Ireng Maulana berbaur dengan penonton yang dengan santai duduk lesehan mendengarkan Vonny Sumlang menyuarakan vokalnya. "Jazz bukan hanya untuk orang kaya, semua bisa menimatinya," kata Abadi Soesman.
Lampu hias yang menjuntai di pohon dengan cahaya warna warni dan panggung terbuka yang elegan menambah suasana hangat. Penonton yang sebagian anak muda berasa seperti mengenal dekat dengan musik yang awalnya diperkenalkan kalangan bawah warga warga kulit hitam di Amerika itu.
Seorang remaja putri ketika diajak maju ke depan untuk bersama bergoyang, tanpa rasa minder mengaku dia tidak bisa nyanyi atau main musik tapi dia suka mendengarkannya. Penonton yang lain tersenyum dan mereka menikmati suasana itu. Tidak ada ejekan atau teriakan memalukan. Semua gembira dan senang.
Demikian pula halnya dengan penampilan musik country di BSD Junction setiap Kamis malam. Komunitas musik yang tergabung dalam CMCI ini kini mulai banyak. Mereka sudah pasti tidak pernah melewatkan jika ada pagelaran musik country. Dan Serpong menjadi tempat kumpul para pecinta musik yang berasal dari masyarakat koboi di Amerika ini.
Kegairahan musik di kawasan Serpong juga didukung dengan makin maraknya pendirian sekolah-sekolah musik mulai dari yang sudah terkenal maupun yang baru merintis. Cikal bakal yang diyakini menjadi tempat lahirnya musisi terkenal itu sangat diminati. Sebut saja sekolah musik Yamaha, Purwacaraka Music Studio, Petrop, Tritone dan sebagainya. Belum lagi les musik privat yang hanya mempromosikan diri melalui kenalan atau mulut ke mulut. Mereka menyerbu Serpong karena kawasan ini memang berpotensi.
Sebagian besar peserta sekolah musik adalah anak-anak dan remaja dari pra TK hingga pelajar SMA. Ada yang belajar karena dorongan orangtua tetapi ada juga yang memang hobbynya bermusik.
Kehidupan masyarakatnya yang sebagian berasal dari masyarakat kelas atas mendukung komunitas pencinta musik di kawasan terus meningkat. Mulai dari yang hanya menjadikannya sebagai hobby sampai yang memang bercita-cita menjadikan hobby sebagai masa depannya.
Dengan tersedianya sarana dan fasilitas, orang-orang yang cinta musik, pelaku musik dan penikmat musik, rasanya tak perlu lama untuk kita semua bisa menikmati kehadiran penyanyi atau pemusik terkenal yang lahir dari tanah Serpong. [132] |
|
|
|
|
|
|
|
PRESTASI & PRESTISE UNTUK SENIMAN DANGDUT: AMI DANGDUT AWARDS
Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) akan memberikan penghargaan buat musisi dangdut lewat ajang AMI Dangdut Awards pertama. Bagi sebagian besar seniman dangdut, acara yang akan disiarkan langsung oleh TPI dari Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, ini menjadi sebuah prestise dan prestasi terhadap perjalanan musik dangdut di Indonesia.
JAKARTA(SINDO) –enyelenggaraan AMI atas kerja sama YAMI dan Persatuan Artis Melayu Dangdut Indonesia (PAMI) yang diketuai Rhoma Irama. Menurut Ketua YAMI Tantowi Yahya, pelaksanaan acara ini merupakan bentuk wujud apresiasi terhadap perkembangan musik dangdut di TanahAir.
’’Barangkali benar, selama ini ajang AMI Awards terasa berdesakan untuk menampung entrymusik dangdutyangjumlahnya relatifluas. Untuk itu, ajang ini kami buat khusus musisi dangdut yang berprestasi. Mudah-mudahan,bisa memacu perkembangan musik ini,” papar Tantowi pada jumpa pers di Pisa Cafe, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Sementara itu, Rhoma Irama menyatakan, melalui ajang ini bisa mewujudkan berbagai harapan para seniman dangdut. ’’Obsesi kami adalah musik dangdut bisa berdiri sejajar dengan musik-musik genre lain. Jadi, musik ini pun bisa diputar di hotel-hotel bintang lima dan bisa dinikmati semua kalangan. Buktinya, dangdut sudah mulai diperdengarkan di Amerika,” tutur Rhoma.
Pada ajangAMI DangdutAwards yang akan diselenggarakan 2 September 2007 mendatang ini telah menetapkan 15 nominasi.Terbagi dalam 5 kategori penghargaan, 2 penghargaan spesial,piala Rhoma Irama, dan penghargaan Rhoma Irama,bagi insan musik dangdut se- TanahAir. Selain itu,ada penghargaan khusus untuk legenda dangdut dan pengabdian musisi dangdut.
’’Yang berhak menjadi nominasi adalah musisi dangdut yang berkarya lewat album yang rilis mulai 1 Januari 2006 hingga periode 30 Mei 2007. Yang penting,mereka punya karya,”paparTantowi.
Pihak TPI menyambut baik penyelenggaraan AMI Dangdut Awards. ’’Kami support untuk penyiaran secara langsung.Sebab, sejak awal,TPI cukup fokus untuk memperluas dan mengembangkan ranah musik dangdut di Indonesia,” tandas Humas TPI Theresia Ellasari. |
|
|
|
|
|
|
|
Kerispatih dan Tantangan Album Bajakan
Susi Ivvaty
Hanya dalam kurun waktu sebulan, album kedua grup band Kerispatih, "Kenyataan Perasaan", sudah terjual 150.000 keping dan mendapat anugerah platinum. Itu bulan Februari lalu.
Kini, Kerispatih hampir meraih double platinum atau album bersangkutan terjual 300.000 keping. Sayang bersamaan dengan itu, makin merebak pula compact disc bajakan yang juga laris manis. Wah....
Lima awak Kerispatih: Doadibadai Hollo atau Badai (piano/keyboard), Arief Nurdiansyah Morada atau Arief (gitar), Hendra Samuel Simorangkir atau Sammy (vokal), RM Antonius Suryo Sularjo atau Anton (drum), dan Andika Putrasahadewa atau Andika (bas), beberapa waktu lalu menyambangi lapak-lapak yang menjual CD bajakan. Uniknya, bukan perasaan bersalah yang ditunjukkan para penjual CD bajakan itu. Mereka justru senang didatangi Kerispatih dan memutarkan lagu-lagunya. Maksudnya, menunjukkan di CD bajakan pun suara Sammy tetap bening.
"Bahkan sebelum kami meluncurkan album kedua itu pun bajakannya sudah di mana-mana. Itu terjadi setelah kami merilis single lagu Mengenangmu. Begitu album hendak kami luncurkan, eh... bajakannya sudah banyak sekali," kata Manajer Kerispatih, Ingga Jaya Purda.
Terselip rasa bangga juga. Katanya, makin banyak lagu dibajak makin tinggi nilai jual penyanyinya. "Kok, jadi kesannya positif ya?" tanya Ingga bingung.
Sebagai Senjata
Cikal bakal Kerispatih adalah kelompok Instrumental Etnik dengan awak Badai, Arief, Andika, dan Anton. Empat sekawan lulusan Akademi Musisi Indonesia itu mulanya gemar menggubah lagu etnik dengan aransemen baru. Saat berkumpul, keempatnya sepakat membuat grup band yang "serius", dalam arti produknya bisa dilempar ke pasar. Muncul nama Kerispatih. Senjata keris ini diartikan sebagai musik.
Kebetulan ada Sammy, rekan sekampus empat sekawan, yang pernah masuk dalam 30 besar "Indonesian Idol I". Dengan Sammy sebagai vokalis, formasi Kerispatih menjadi lengkap.
"Pertama kali menjual Kerispatih, bukan hal gampang. Hampir semua sponsor kami datangi," kata Ingga. Pada tahun 2004, Kerispatih diundang menyanyi di acara Pekan Raya Jakarta (PRJ) dan dibayar Rp 35.000-Rp 40.000 per orang. "Kami menyanyi 18 lagu, lho," kata Ingga.
Tahun 2005, Kerispatih mulai pentas di panggung besar. Tahun 2006-2007 menjadi waktu sibuk bagi kelompok ini. "Hampir setiap hari naik panggung," kata Ingga.
Jika tiga tahun lalu Kerispatih hanya dibayar puluhan ribu rupiah di PRJ, Minggu (24/6) ini mereka akan tampil kembali di panggung PRJ saat penutupan PRJ. Tentu bayaran yang mereka terima sudah berbeda dari saat mereka pentas di sana.
Lebih Sederhana
Dibandingkan dengan album pertama, Kejujuran Hati, album kedua, Kenyataan Perasaan, terkesan lebih sederhana. Patokannya mudah, lagu Mengenangmu di album kedua langsung bisa dinyanyikan para pengamen bus kota. "Kami memang melakukan sosialisasi kepada pengamen, kami ingin lagu kami bisa diterima semua kalangan," papar Ingga.
Kerispatih tetap tampil dengan musik pop-groovy. Mereka menyebut "musik pintar dalam pop" atau musik pop yang pintar. Pop, namun beda. Pop yang eksklusif dan megah, begitu Badai menyebut. Itulah mengapa ada banyak variasi musik dalam beberapa lagu, seperti tambahan paduan suara dari Effatha Choir dalam lagu Sebuah Pengabdian (Bunda). Variasi akordion dan perkusi terdengar dalam lagu Mengenangmu.
Coba simak lagu Sepanjang Usia. Sangat berlekuk-lekuk dan manis. Begitu pula dengan Akhir Penantian, yang meski liriknya cenderung bernuansa sedih, tetapi dibawakan dengan musik yang rancak.
Di album pertama, lagu-lagu groovy lebih banyak dieksplorasi dengan cerdas. Lagu Hanya Kamu Yang Bisa atau Cuma Manusia yang rancak. Lagu-lagu yang bisa menjadi teman baik kala terjebak macet di jalan.
Disukai masyarakat, itu harapan Kerispatih. Wajar jika kelompok ini mendapat penghargaan sebagai Pendatang Baru Terbaik pilihan pembaca majalah Hai 2005, Album Pendatang Baru Ngetop dalam SCTV Music Award 2006, dan Most Favorite New Artist dalam MTV Indonesia Music Award 2005. Dan, mengikuti pendahulunya, Kerispatih juga ingin melebarkan sayap ke Malaysia. "Di sana daya beli lebih tinggi," ujar Ingga. Dan pastinya tidak dibajak, kan?
[ Last edited by jf_pratama at 28-6-2007 01:15 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
SAMBASUNDA: Meramu Realitas Bunyi
Album: Seventh Sense
Artis: SambaSunda
Produksi: PT Gema Nada Pertiwi, 2007
SambaSunda menghadirkan musik dengan konsep eklektisisme (eclecticism). Musik mereka, dalam hal pilihan instrumen ataupun gaya, tidak berpijak pada satu latar kultural tertentu. SambaSunda justru membuka kemungkinan bergaulnya beragam rasa musik maupun instrumen sebagai sumber bunyi.
Dalam komposisi The Circle of Love misalnya, digunakan instrumen seruling sunda, kecapi, siter, gitar akustik, dan guzheng, yaitu alat petik asal China yang bunyinya mengingatkan pada koto, instrumen petik Jepang itu.
Dalam tataran impresi dengaran梱ang sifatnya tentu sangat personal梥uara guzheng menghadirkan suasana oriental. Pada saat yang sama hadir rasa sunda lewat seruling sunda. Inilah salah satu aspek menarik dari suguhan SambaSunda di album ini. Mereka menawarkan ruang imajinasi bagi penikmatnya lewat keragaman cita suara dan gaya.
SambaSunda memainkan lagu Mandeh Lah Ondeh dengan cengkok Minang yang kuat. Akan tetapi, mereka memasukkan bas gaya reggae, aneka perkusi termasuk jembe serta gitar akustik hingga keminangan komposisi itu terkesan lebih progresif. SambaSunda juga menyerap realitas musik masa kini, seperti pada Campur Sare di mana terasa hadir permainan suling tipikal dangdut.
Tak ada sekat genre dalam suguhan SambaSunda. Bunyi-bunyi itu menjadi indah ketika dilepaskan dari beban kulturalnya. (XAR)
[ Last edited by jf_pratama at 28-6-2007 01:10 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
MAIA AHMAD, Ratu Masih Diterima
Minggu, 24/06/2007
Di tengah kevakuman Ratu, Maia masih bisa unjuk gigi. Sambutan hangat penonton terhadap aksi panggungnya, memunculkan keyakinan bahwa band yang dulu digawangi Maia dan Mulan itu masih memiliki penggemar.
MAIA mulai kembali memperlihatkan eksistensinya di dunia tarik suara. Setelah sukses mengisi acara di Australia,beberapa waktu lalu, Jumat (22/6) malam kemarin, pentolan Ratu itu ikut menyemarakkan panggung spektakuler Indonesian Idol. Ini membuktikan bahwa Ratu belum mati.
”Aku senang manggung di Idol karena aku juga suka nonton Idol,” kata Maia, usai tampil di panggung. Meski mikrofon yang dipakainya sempat mati, sebagai musisi profesional, Maia mampu mengatasi kendala itu. Ditambah, finalis Indonesian Idol 2007; Rini, Sarah, Gaby, Fandy, Dimas, dan Wilson, yang mendampingi Maia malam itu tampil prima. Alhasil,musisi berusia 30 tahun ini pun bisa menikmati lagu Teman Tapi Mesra yang mereka lantunkan.
Maia mengaku saat ini sedang memfokuskan diri untuk kembali ke dunia musik bersama Ratu. Ratu memang tinggal memiliki satu personel sekarang. Namun, itu bukan masalah buat Maia. Kevakuman yang terjadi akibat Mulan mundur dari band fenomenal itu bakal segera diakhiri. Meski terlihat pincang, Ratu ternyata masih diterima oleh masyarakat. Tidak hanya di Indonesia, juga di Australia. Pengalaman manggung di negeri kanguru memberi kesan mendalam buat Maia.
”Di Australia Ratu sukses berat. Soalnya, masyarakat Indonesia di sana masih menerima Ratu,walaupun dengan formasi yang sangat pincang,” kata Maia. Untuk menutupi kekurangan itu, Maia mengajak Bunga Citra Lestari dan Shanty. Dua penyanyi muda tersebut didaulat menggantikan posisi Mulan sebagai vokalis, sebelum Maia menemukan partnernya yang baru.
”Di sana Ratu membawakan lima lagu,” ujar Maia lagi. Meski masih dielu-elukan penggemar, Maia tak ingin berangan-angan soal masa depan Ratu. Ibu tiga anak ini hanya berusaha menjalani kesempatan yang datang sebaik mungkin. Maia juga tak bisa memberi kepastian sampai kapan Ratu akan eksis. Walaupun beberapa waktu terakhir ini sejumlah nama sempat disebutsebut sebagai vokalis baru Ratu, si empunya band ini tidak sanggup memprediksi kelanggengan kelompok musik yang melejit lewat tembang Teman Tapi Mesra dan Lelaki Buaya Darat ini.
”Ratu (berdiri) itu sampai se-moodmood- nya aku saja,” seloroh Maia. Ratu didirikan sekitar lima tahun lalu oleh Maia dan suaminya, Ahmad Dhani. Formasi awal grup ini adalah Maia dan Pinkan Mambo. Pinkan hengkang dari Ratu pada 2004 akibat ketidakcocokan dengan Maia. Posisinya digantikan oleh Mulan sekitar pertengahan 2005. Namun, sama seperti Pinkan, Mulan pun harus mundur dari Ratu karena tak puas pada kinerja manajemennya. (tedy achmad) |
|
|
|
|
|
|
|
Lirik Lagu Kunci Meraih Sukses
LIRIK sebuah lagu di era sekarang merupakan sebuah kunci utama. Contohnya saja Samsons lewat Naluri Lelaki atau Ratu yang punya syair sedikit nakal dalam lagunya Teman Tapi Mesra mampu membius penikmat musik Tanah Air.
Meski tidak dimungkiri sentuhan musik tidak kalah pentingnya untuk menghidupkan lagu tersebut secara keseluruhan. Lirik merupakan sebuah energi yang mampu mengungkapkan banyak hal. Hampir sebagian besar lirik lagu-lagu Indonesia memuat berbagai peristiwa atau perasaan emosi yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh si pencipta lagu. Ada yang menyuarakan perasaan cinta yang mengharu biru. Ada pula yang menuangkan protes dan kontrol sosial.
Sejumlah penulis lagu mampu menulis lirik dengan bagus dalam berbagai situasi. Bimbim Slank misalnya, sering kali mendapatkan ide membuat lagu ketika sedang berada di pantai. Pernah suatu kali dalam upaya membuat sebuah album, para personel Slank melakukan aksi karantina di sebuah pantai, agar bisa menciptakan lagu.
Ada pula yang mengaku tidak perlu kondisi khusus dalam menciptakan lagu. Ahmad Dhani, frontman grup Dewa, mengaku menciptakan lagu dari hasil ngobrol dengan orang. Pilihan kata-kata yang tertuang dalam lirik lagu ciptaannya banyak didapat dari menyimak pembicaraan orang terdekat.
''Saya mencatat dan menyimpannya. Ketika membuat lagu dokumen itu saya buka lagi. Kadang saya tertegun kok bisa menyatukan kata-kata itu,'' kata Dhani.
Beda lagi dengan Bambang Is, seorang penyanyi dan pencipta lagu berbahasa Jawa. Bambang menciptakan lagu setelah menyaksikan tayangan televisi atau membaca berita di berbagai media massa. ''Apa yang saya lihat dan dengar di media massa, saya endapkan kemudian saya tuangkan menjadi lirik lagu.''
Bersama Kuntet Mangkulangit, Bambang yang dikenal sebagai seniman Bulungan ini banyak menciptakan lagu-lagu dangdut. Salah satu lagunya berjudul Klambi Biru terpilih ditayangkan di Garuda TV selama tiga tahun.
Di tengah maraknya persaingan musik di Tanah Air, Bambang tetap prihatin dengan perkembangan lagu-lagu berbahasa Jawa. Apalagi kecenderungan saat ini banyak lirik lagu berbahasa Jawa yang jorok, agar laku di pasaran.
Oleh karena itu, Bambang bermaksud membawa pesan moral dalam lagu-lagu dangdut etnik. ''Musikku berlatar modern, namun aku kuatkan akar budaya. Ini bisa dikatakan kerja intelektual untuk publik,'' ujar Bambang.
Di sisi lain lagu-lagu bertema cinta tetap menjadi primadona masyarakat pecinta musik. Apa pun jenis musiknya, lirik lagu cinta tetap dominan dari waktu ke waktu. Para pencipta lagu pun lebih memprioritaskan lagu-lagu bertema cinta.
Para pencipta lagu pun berpendapat bahwa tema cinta adalah universal.
Bisa diterima siapa saja. Tidak heran, apabila banyak grup musik atau penyanyi yang memakai konsep pembuatan lirik semacam itu.
Sejumlah grup musik antara lain Dewa, Peterpan, Sheila on 7, Padi, Radja, Ungu, dan sebagainya. Demikian juga dengan penyanyi solo macam Glenn Fredly, Katon, dan lainnya.
Pun tidak dimungkiri belakangan banyak pendatang baru yang mengeluarkan album langsung meroket ke permukaan. Rata-rata mereka menggunakan tema cinta untuk karya-karya lagunya. Salah satu grup pendatang baru yang turut mendulang sukses adalah Nidji.
Album terbarunya berjudul Breakthru mengusung lagu-lagu hits seperti Sudahlah, Kau dan Aku, atau Heaven. ''Persoalan cinta paling banyak dialami remaja, seperti kami. Makanya lagu-lagu kami kebanyakan bertema cinta,'' kata Giring, salah seorang personel Nidji.
Menariknya, Nidji dalam membuat lirik menggunakan bahasa Inggris. Album produksi Musica Stodios ini memang akan disebarkan ke berbagai negara antara lain Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Korea, dan Jepang.
''Sebab kita juga menjual album ini lewat i tunes, sebuah jasa internet yang memungkinkan orang membeli album melalui dunia maya,'' ujar Ariel, gitaris grup Nidji.
Dalam menyanyikan lirik berbahasa Inggris harus disesuaikan dengan lafal yang benar. Beruntunglah Giring sebagai vokalis nyaris sempurna menyanyikan lagu-lagu berbahasa Inggris.
Timbre dan cengkoknya mirip penyanyi bule. ''Kami memang terpengaruh band-band Inggris. Salah satunya adalah Coldplay. Tetapi kami tidak berusaha meniru mereka, apalagi menjadi mereka. Kami tetap Nidji,'' tegas Giring.
Boleh jadi Noey, salah satu personel Java Jive yang kini menjadi produser album Nidji, tahu benar lirik-lirik cinta buatan anak-anak muda itu. Apalagi ditingkahi dengan musik yang tidak terlalu rumit.
Tren seperti itu yang kini laku di pasaran. Istilahnya easy listening.
Noey juga dikenal sebagai orang yang menyukseskan Peterpan dan Letto. ''Setiap grup memiliki ciri khas sendiri. Nidji punya ciri khas musiknya British pop. Meskipun kita tidak mengelak bahwa kesuksesan mereka pada kekuatan lirik lagu yang gampang diingat,'' kata Noey.
Lirik lagu bisa dikatakan sebagai kunci sukses dari sebuah keberhasilan sebuah grup. Bersumber dari lirik lagu ini, sebuah kelompok musik atau penyanyi meraih simpati dari pendengarnya. Untuk itu para pencipta lagu dituntut kreativitasnya dalam menciptakan lirik-lirik berkualitas. (Eri Anugerah/H-5).
[ Last edited by jf_pratama at 28-6-2007 01:10 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
SamSonS, 'Hot Artist Channel V Asia' Edisi Juli
Kapanlagi.com - Popularitas grup band SamSons benar-benar sedang melambung. Bersamaan dengan peluncuran album kedua mereka, Penantian Hidup, dengan hit single kedua LULUH, di La Piaza Kelapa Gading, Rabu (27/6), Bams Samsons dkk dinobatkan sebagai 'Hot Artist Channel V Asia' di bulan Juli.
Pengakuan atas Samsons, sebagai salah satu band populer, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi media Malaysia dan Singapura pun angkat jempol.
Usai acara 'Penjualan CD Perdana' di Balai Sarbini 25 Mei lalu, Samsonsmenggelar 'Konser Perdana Ekslusif Album Penantian Hidup' pada tanggal 30 Juni, di Pantai Karnaval Ancol Jakarta, yang akan disiarkan langsungoleh RCTI dan TV3 Malaysia.
Tak hanya itu, menurut Daniel Tumiwa - Marketing & Sales Director Universal Music Indonesia, lagu-lagu Samsonssecara digital telah diedarkan di Hongkong, Singapura, Malaysia, Bruneidan Taiwan. "Untuk negara-negara Asia Utara kita masih melakukanpenjajakan," imbuh Daniel.
Salah satu daya tarik musik Samsons adalah sangat compact dengan sentuhan orkestra. Sebuah loncatan tentunya, walau secara rendah hati Bams dkk mengaku hanya merasa diri mereka kini telah lebih dewasa.
"Kalau dikatakan melompat jauh, tidak lah, kita masih dalam step yang wajar," ujar Bams."Sebenarnya album ini merupakan satu bentuk tanggungjawab kita dalamberkarya, untuk ikut mewarnai musik Indonesia dan album ini memangsudah saatnya kita keluarkan sebagai satu kebutu*an yang pasti," imbuh Irfan, salah seorang personel Samsons.
Selain itu, untuk menjawab kerinduan para penggemar Samsonsdi luar Jakarta, mereka akan melakukan 'Roadshow Album Penantian Hidup'di Jogja 6 sampai 8 Juli, Bandung 13 sampai 15 Juli dan Surabaya 20sampai 22 Juli.
"Album ini kami persembahkan kepada seluruhpecinta musik Indonesia. Masa depan musik Indonesia berada di tanganangkatan sekarang, termasuk Samsonsdan melalui album ini standar musik Indonesia untuk 'go Internasional'sudah diciptakan. Jadi selamat menikmati," pungkas Daniel. (kl/wwn)
[ Last edited by jf_pratama at 28-6-2007 01:07 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Lengkapi Trilogi, Jikustik Akan Rilis 'Malam'
Kapanlagi.com - Jikustik akan merilis album ketiga dari album trilogi-nya: Pagi, Siang, dan Malam, akhir tahun 2007 ini. Hal itu disampaikan oleh salah seorang personel Jikustik, saat ditemui di sela-sela acara Let's Dance Global TV di Merdeka Walk Medan, Sabtu (23/6) lalu.
"Album Malam ini merupakan album ketiga dari album trilogi kami, setelah album Pagi dan Siang. Insya Allah, kami akan merilisnya akhir tahun 2007 ini," jelas Dadi, sang gitaris.
Menurut Dadi,materi untuk album ini telah siap. "Tapi, belum direkam. Kami masihsedang memilih arah musiknya ke mana. 'Malam' itu bisa jadi sepi danbisa jadi hingar-bingar," ujarnya lagi.
Pongky menambahkan, "Materinya udah ada dari album Pagi dan Siang, tapi penerapannya belum." Namun, saat diminta bocoran tentang lagu-lagu dalam album Malam tersebut, Pongky mengelak untuk memberitahukannya.
"Rahasia nih!" ujarnya pendek. "Yang pasti, judul albumnya 90% Malam."
Menurut Carlo pula, lagu-lagu dalam album Malam yang masih akan diproduksi oleh Warner Music Indonesia tersebut, sebagian besarnya masih dtulis oleh Pongky
.
"Sebagian lagi ditulis Icha. Kalau aransemen musiknya kita semua," jelas Carlo, yang berposisi sebagai drummer dalam grup band yang pernah mengeluarkan album 'indie' berjudul BULAN DI DJOGDJA ini.
Ketika ditanya alasan membuat album trilogi, Pongky mengatakan, "Dasarnya kita pengen dalam satu rapat, kita dapat konsep untuk beberapa album. Lebih praktis."
Sedangkan kenapa memilih nama Pagi, Siang, dan Malam, suami presenter Sophie Navita ini menjelaskan bahwa hal itu merupakan suatu siklus yang terus berputar.
"Kamiingin seperti itu, terus berputar. Terus eksis," ujar cowok yangkatanya akan menimang anak keduanya setelah Rangga Namora, bulan depan.
Mengenai lokasi syuting untuk video klip album baru ini nantinya, Carlo mengatakan bahwa mereka belum tahu akan mengambil lokasi di mana.
"Kemaren kami juga baru syuting video klip LANJUTKAN HIDUP dari album Siang di Jakarta," ujar cowok kelahiran Madiun, 28 Januari, 30 tahun yang lalu ini.
Tambahnya kemudian, video klip ini merupakan yang kedua dari album Siang, yang dirilis pada bulan November 2006 yang lalu, setelah lagu PUISI.
Untuk tur promo album, menurut Dadi, hal ini masih sedang dalam proses manajemen. "Insya Allah, tahun depan promo album Malam," ujar cowok yang mengidolakn Jacky Chan ini.
Kemudian, berbicara tentang penjualan album Siang yang merupakan album keenam Jikustik ini, Pongki mengatakan bahwa setiap album mereka, dari album pertama, Seribu Tahun yang dirilis tahun 2000 yang lalu, hingga album yang kelima, penjualannya tidak kurang dari 100.000 ribu kopi.
"Sekarang album Siang lagi jalan ke sana," jelas Pongky, yang merupakan vokalis grup band asal Yogyakarta ini.
Sedangkan Icha,yang pada kesempatan itu sempat ditanya mengenai album solonya,mengatakan bahwa rencana untuk membuat album solo lagi masih ada. "Tapibelum tau kapan," ujar cowok yang bernama lengkap Aji Mohammad Mirza Ferdinand Hakim ini sambil tersenyum. (adela)
[ Last edited by jf_pratama at 28-6-2007 01:08 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Festival Gamelan Yogyakarta: Forum Ekspresi Kaum Muda
Yogyakarta, Kompas - Event internasional tahunan 12 th Yogyakarta Gamelan Festival atau Festival Gamelan Yogyakarta XII kembali digelar pada 7-11 Juli 2007 di Yogyakarta. Selain menghadirkan belasan seniman musik gamelan (musik tradisional) dari berbagi wilayah di Tanah Air dan mancanegara, YGF secara khusus juga memberi forum untuk kreasi anak muda dan pelajar "Gamelan Gaul".
Di bagian awal YGF, 7-8 Juli, "Gamelan Gaul" akan menampilkan puluhan grup pelajar dan mahasiswa, tidak cuma dalam konser tapi juga modern dance, talkshow, serta games bernuansa gamelan.
"Tahun ini kami coba memberi porsi bagi para remaja dan kaum muda. Tak bisa tidak, mereka mesti kenal dan dikenalkan dengan gamelan agar mencintai dan melestarikan gamelan," ujar Sapto Raharjo, yang baru saja pulang sebagai dosen gamelan di sejumlah universitas di California, Amerika Serikat, Rabu (27/6).
Sapto mengakui, gamelan di tangan anak muda harus diberi jiwa bebas, dalam menafsirkan, dan dalam cara berekspresi. "Jangan harap mereka meniru yang tua-tua. Biar saja apa mau mereka. Lama-lama, kan, ketemu spiritnya gamelan," kata Sapto.
Di situlah letak dinamisasi sekaligus bukti apakah gamelan bisa direspons anak muda atau tidak, di tengah pluralitas zaman.
Selain memberi tempat bagi kaum muda, YGF 2007 tetap menghadirkan musisi gamelan asing Alex Dea (Amerika Serikat), Motohide Tahuci (Jepang), dan Jack Body (Selandia Baru). Jack akan berduet dengan penyanyi keroncong Waljinah.
Selain mereka, ada juga sejumlah musisi asal Kanada, Australia, Perancis, dan Malaysia. Namun, musisi-musisi dalam negeri seperti dari Bandung, Solo, Pekanbaru, Madura, Jakarta, Malang, dan Yogyakarta tentu tidak ketinggalan. Sapto sendiri akan ber-jam session.
YGF yang akan digelar di halaman Taman Budaya Yogyakarta, diselenggarakan Komunitas Gayam 16, bekerja sama dengan Taman Budaya Yogyakarta, Blass Group, Geronimo FM, Lembaga Indonesia Perancis, dan Jogja TV. (PRA)
|
|
|
|
|
|
|
|
Vakum 2 Tahun, Netral Rilis Album 9th
Setelah dua tahun tidak merilis album, Netral kembali menggebrak blantika musik Indonesia.
Dalam album terbarunya yang bertajuk "9th", grup band yang diawaki Bagus, Choky dan Enno itu menjagokan tembang "Persembahan Hati" sebagai hits andalan. Ada yang menarik dibalik pemilihan lagu tersebut. Menurut Bagus, sang vokalis, tembang Pertempuran Hati dipilih berdasarkan polling yang disebarkan kepada 12 orang masyarakat awam.
"Ini album ke-9, dengan lagu andalan Pertempuran Hati. Bercerita tentang manusia yang selalu dicoba dan digoda di sepanjang hidupnya. Waktu milih lagu ini, kita bingung. Karena lagu yang kita (Netral-red) mau, yakni Air, dengan lagu yang ingin dijagokan (Pertempuran Hati-red), hasilnya berimbangnya. Akhirnya, kita bikin polling dan nanyain kepada orang awam yang gak ngerti musik, untuk ngendenngerin 2 lagu itu (Air dan Pertempuran Hati-red). Kata mereka, lagu ini (Pertempuran Hati-red) enak, melodinya lebih easy listening," ujar Bagus yang diamini Choky dan Enno, saat ditemui di sela-sela pembuatan video klip lagu "Pertempuran Hati", di studio Spektra, kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (20/6).
Lebih lanjut, Bagus menambahkan, album ini hanya digarap selama 3bulan. Mulai dari rekaman di studio hingga proses pembuatan video klip. Sementara materi lagu, sudah ada sejak lama. Saat disinggung mengenai rentang jarak waktu 2 tahun dengan album sebelumnya, Choky mengatakan lebih dikarenakan jadwal manggung Netral yang padat. "Album ini mundru 2 tahun, karena kita kelamaan manggung. Karena, tanpa mengesampingkan arti rekaman album, manggung itu lebih enak dan asyik. Karena bisa merasakan langsung atmosfir para Netralizer (penggemar Netral-red)," ungkap Enno yang diamini oleh Bagus dan Choky.
Dalam album terbarunya itu, Netral juga mengajak kolaborasi penyanyi asal Bali, Saras Dewi, dalam lagu Cinta Gila. Mengenai pemilihan Saras Dewi, Bagus menjelaskan. "Tadinya banyak kandidat, tapi karena kesibukan pada gak bisa. Akhirnya, dipilihlah Saras Dewi. Pertimbangannya, suaranya cewek banget dan sesuai dengan kebutu*an lagu tersebut," terangnya. Album terbaru Netral ini, sudah rilis sejak 18 Juni lalu.
|
|
|
|
|
|
|
|
Sssttt...!!!: ENDANK SOEKAMTI Makin Percaya Diri |
|
|
|
|
|
|
|
Krishna New Spectrum, Identitas Baru Usai Hengkang Dari ADA Band?
GARA-GARA PROYEK inikah, seorang Krishna Balagita --konon-- mundur dari ADA Band? Kabar keluarnya kibordis ADA Band ini memang santer terdengar belakangan. Kabarnya memang ada perbedaan visi yang makin menajam soal musikalitas. "Harus ada yang mengalah," kata Krishna kepada TEMBANG.com beberapa waktu lalu. Sayangnya, Khrisn tak merinci, mengalah soal apa.
Ternyata kemudian,Krishna Balagita menggarap sebuah album solo. Kali ini pria pendiam ini memilih menjadi produser untuk proyek solo pertamanya. Mengusung nama Krishna New Spectrum, album yang bertajuk “Light From Heaven” ini digarap secara total. Alih-alih keluar dari mainstream popnya, Krishna malah menguatkan idiom pop di album ini.
Buat Krishna, album in isemacam pertaruhan apakah bisa sukses atau mentok. Secara musikalitas, tak usah dipertanyakan lagi karena dialah salah satu think-thank di ADA Band selama ini. Nama-nama yang direkrut untuk mengisi suara di album ini pun, vokalis-vokalis yang sudah punya ciri dan jam terbang yang cukup mapan. Kecuali ada beberapa pendatang baru yang coba juga diorbitkannya.
Sebutlah Ian Kasela [radja], Dudi [NUno], Zacky [Kapten], Phewe [Tahta], Aji [Dygta], Anda [Supernova], Reza [Mahha], Happy Salma. Sementara wajah barunya adalah Andrea Lee, Aji dan Angga. Kerjasama yang apik dalam Krishna New Spectrum dengan para vokalis tersebut telah memberikan warna tersendiri untuk lagu-lagu torehan Krishna yang sebelumnya telah dipopulerkan bersama ADA Band. Krishna sendiri terlibat penuh dalam penggarapan album ini, tidak hanya dalam sisi musikal dan penciptaan lagu-lagu baru, namun juga dalam design cover albumnya sendiri.
Menjagokan singe “Seharusnya” [dinyakikan Ian Kasela – Radja), album “Light From Heaven” dari Krishna New Spectrum ini berisikan 5 lagu lama dengan 6 lagu baru-lagu baru seperti “Kau Buatku Menangis”, “Rahasia Indah”, "Melayang", “Layaknya Sang Ratu ”, “Ingin Rasanya” dan “Adinda”. Akankah Krishna mendulang sukses dengan proyek barunya ini?
[ Last edited by jf_pratama at 30-6-2007 01:08 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
THE TOMATOS:燵/b]Ethno-Techno-Rock
SEBENARNYA, band ini bukan band baru mentas yang coba-coba untuk rekaman. Mereka adalah musisi-musisi yang mengawali karirnya tidak di Indonesia tapi di Australia. Awalnya adalah cowok bernama Ace bareng dua kawannya, Rezman dan Niel yang sama-sama tinggal di Australia. Mereka dalam rentang waktu 2002-2004 "bergerilya' membangun komunitas musik di BEP'S Studio Marrickville di Sydney Australia.
Kemudian tiga sekawan ini sepakat membuat band bernama UBROS. Band ini termasuk cepat dikenal di Australia karena berhasil mengkombinasikan beberapa genre musik seperti Hip Hop, Elektronica, Rock dan musik tradisional Indonesia. Mereka menyebutnya sebut “Ethno-Techno-Rock”,yang masih termasuk jenis musik baru dan unik di blantika musik internasional.
Dalam proses bermusiknya, UBROS kemudian merilis album EP yang diberi judul 'FLY HIGH'. Album independent ini berhasil terjual 2500 kopi dalam waktu tiga minggu. Menariknya, dalam penggarpaan album ini UBROS bekerjasam dengan beberapa vokalis dan rapper,serta menggunakan beberapa bahasa di dalam lirik-lirik lagunya,antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab [Palestina].
Tahun 2005 mereka kembali ke Indonesia, mencari vokalis dan lebel yang mau merekam lagu-lagu mereka. Mereka bertemu dengan Log Zhelebour yang tertarik dengan karya mereka. Dengan banyak pertimbangan, mereka akhirnya mengganti nama UBROS dengan THE TOMATO. Untuk urusan vokalis, mereka mendapat rekomendasi dari Tamam Hoesein. Taman menyorongkan nama vokalis cewek bernama Fe. Dirasa cocok, mereka ngebut menggarap album perdananya. Lahirlah album 'THE REAL FRESH TASTE'. Album ini menjagokan dua single 'Tetap Abadi' dan 'Ditolak'. Dua-duanya sudah dibuat video klipnya.
Dalam banyak event yang digelar Log Zhelebour, THE TOMATO juga sudah banyak dilibatkan. Sebagai satu band yang baru dikenal di Indonesia, penampilan mereka cukup menjanjikan. Asal dikelola dengan manajemen yang benar dan baik, THE TOMATO punya kans untuk berkibar. Percaya nggak? [joko/foto: istimewa]
[ Last edited by jf_pratama at 30-6-2007 01:17 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
CINEMA STORY: Mari Termehek-Mehek [Lagi] Bareng ADA Band
|
|
|
|
|
|
|
|
'Penantian Hidup' SAMSONS, Bakal Meluluhlantakkan Hati Penggemarnya
SUKSES di album pertama, 'Naluri Lelaki' membuat banyak orang berekspektasi tinggi mennggu album kedua SAMSONS. Maklumlah, konon band yang satu ini dianggap membawa sedikit "pencerahan" dalam kancah musik Indonesia yang awalnya nyaris seragam.
Untuk mengobati kerinduan para Samsonia [ini fans berat Samsons], band yang berawak Bams [vokal], Irfan [gitar], Konde [drum], Erik [gitar], Aldri [bass] kembali mengebrak dunia musik tanah air dengan meluncurkan album keduanya yang bertajuk 'Penantian Hidup' di La Piazza, Rabu [27/7/2007] kemarin.
Album yang digarap selama hanya dua bulan saja ini, memuat 11 buah lagu. Singel pertama berjudul 'Kisah Tak Sempurna' yang telah dilepas ke pasaran sejak 25 Mei lalu, malah sudah duluan mencetak hits di berbagai radio dan juga televisi.牋Peluncuran album kedua sekaligus meluncurkan video klip kedua yang diambil dari singel kedua mereka yang berjudul 'Luluh'. Lagu dari klip yang disutradarai oleh Abimael Gandy itu, masih bersedih-sedih.
Ketika ditanya mengapa lagunya banyak bertema kesedihan, Bams menjawab, "Sebenarnya sih kalau didengerin lagu lain di album ini, gak semuanya tentang kesedihan, tapi kebetulan aja dua singel pertama emang sedih-sedih." Sebenarnya apa sih arti kesedihan buat Samsons, "Kesedihan itu adalah saat kita ga bisa mendapatkan sesuatu yang kita inginkan," tukas Irfan sang gitaris yang banyak mencipta lagu [sedih] di album ini.
Secara garis besar, album Penantian Hidup ini masih mempunyai benang merah dengan album sebelumnya, hanya saja secara musikal terdengar lebih rock dan lebih penuh. Belum lagi ditambah iringan orkestra yang dikomandani oleh Erwin Gutawa, semakin menambah kaya musik Samsons.
"Album ini kami persembahkan kepada seluruh pecinta musik Indonesia. Masa depan musik Indonesia ada di tangan angkatan sekarang termasuk Samsons dan melalui album ini, standar musik Indonesia untuk go internasional sudah diciptakan. Album baru Samsons, lebih enak di dengarkan aslinya dan dari CD. Selamat menikmati!" tukas Daniel Tumiwa, Marketing & Sales Director Universal Music Indonesia.
Jangan lewatkan konser perdana ekslusif album Penantian Hidup, yang akan digelar pada tanggal 30 Juni 2007 di pantai Karnaval, Ancol. Konser perdana ini akan disiarkan langsung oleh RCTI dan stasiun televisi Malaysia, TV3.
Disiarkannya konser Samsons di TV3, menambah daftar panjang perjalanan go internasional grup band yang digawangi Bams, Irfan, Erik, Aldri dan Chandra, setelah berhasil menyabet gelar Artis Indonesia Favorit dalam Anugerah Musik Malaysia, Best Album dari Anugrah Planet Muzika, dan juga terpilih menjadi Hot Artist-nya Channel V Asia. [meli/E-2/foto: istimewa]
[ Last edited by jf_pratama at 30-6-2007 01:26 AM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Jubing, "Menyulap" Gitar Tunggal Jadi Orkestra
PEPIH NUGRAHA
Bintang Soedibjo yang lebih dikenal sebagai Ibu Sud, pencipta lagu anak-anak, tentu tidak mengira kalau lagu Hai Becak ciptaannya bisa menjadi satu komposisi musik orkestra. Jubing Kristanto menyulap lagu sederhana dan akrab di telinga anak-anak sampai orang dewasa itu menjadi sebuah orkestra hanya dengan satu alat musik: gitar!
Jubing dan gitar benar-benar menyatu, ibarat dua sisi dalam satu keping uang. Saat kami menunggu Jubing untuk wawancara di Wisma Relasi, Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pekan lalu, dia datang dengan menenteng gitar yang dibungkus dalam sebuah koper. Gitar tidak monoton. Di tangan Jubing, alat musik bersenar itu bisa menghasilkan "seribu satu" suara, mulai perkusi sampai gamelan dan tetabuhan rebana.
Mengapa lagu anak-anak Hai Becak yang kemudian menjadi judul album Becak Fantasy dalam bentuk compact disc (CD), dan baru beredar itu menjadi perbincangan? Pada lagu itulah terdapat sejumlah teknik permainan gitar yang tidak biasa dijumpai dalam komposisi gitar klasik pada umumnya. Tidak salah kalau dia menjuluki gitar sebagai one man band instrument.
Nada tanpa kata-kata yang dihasilkan pun penuh filosofi. Simak, misalnya, efek gamelan Jawa yang biasa disebut kepyak bergemerincing sebelum lagu itu tiba-tiba nyelonong ke nada minor, nada melankolis syarat kesedihan yang bukan "khitah" dari lagu Hai Becak yang dominan mayor.
Nada minor itu lalu masuk ke irama padang pasir, nada gambus yang meliuk-liuk dan terseret-seret pun terdengar. Pindah lagi ke suara mandolin, dan tidak lama kemudian secara mengejutkan Jubing menyisipkan irama dangdut dengan teknik kontrapung, saling bersahutan antara bas, melodi, sekaligus akor.
"Saya sengaja menyelipkan nada minor sebab saya merasa hidup tukang becak kadang-kadang melankolis. Tetapi, pada akhir lagu saya hidupkan lagi kepedihan itu menjadi suasana riang gembira, kembali ke nada mayor untuk membangkitkan lagi semangat hidup. Sedih tidak boleh berlarut-larut," papar Jubing setelah menunjukkan kebolehannya memainkan Hai Becak, komposisi yang ditulisnya selama tiga bulan pada tahun 1986.
Dari tangannya, lagu-lagu Tanah Air seperti Ayam den Lapeh dan Beungong Jeumpa, juga lagu anak-anak seperti Hai Becak tadi, Naik Delman, Burung Kakatua, dan Hujan, menjadi sebuah komposisi musik yang indah. Komposisi itu tidak hanya dimainkan Jubing sendiri, tetapi gitaris seluruh dunia juga bisa mengunduh (download) notasi musik gratis tersebut dari situs miliknya.
Misi menghibur
Beralih profesi dari jurnalis ke gitaris, itu pilihan hidup yang biasa. Tetapi, ketika puncak prestasi jurnalis tengah berada di genggaman lalu dilepas "hanya" untuk bermain gitar dengan penghasilan tidak menentu, Jubinglah yang melakukan.
Ia ingin mengisi hidupnya hanya dengan bermain gitar. Terungkaplah bahwa selama ini apa yang dijalaninya hanya ingin memuaskan keinginan orangtua. Mereka ingin anak pertama dari enam bersaudara ini hidup "normal" seperti anak-anak pada umumnya. Belajar dari sekolah dasar sampai kuliah, lalu bekerja mencari nafkah. "Padahal, sejak SD saya maunya main gitar terus," ceritanya.
Saat kuliah pada jurusan Kriminologi FISIP Universitas Indonesia pun, Jubing sekadar ikut arus orang banyak. Pun saat dia diterima bekerja di sebuah tabloid wanita tahun 1990, dua tahun sebelum ia lulus kuliah.
Saking kuatnya hasrat bermain gitar, Jubing sampai berucap, "Kalau boleh saya tidak sekolah, saya lebih memilih tidak sekolah dan hanya bermain gitar."
Tekad yang berbumbu nekat itu tiba pada 2003. Setelah 13 tahun bekerja sebagai jurnalis sampai berpuncak menjadi redaktur pelaksana sebuah tabloid wanita, dia mengajukan diri berhenti. Sebagai pengajar gitar saat itu, gajinya Rp 500.000, jauh lebih kecil dibanding penghasilannya sebagai redaktur pelaksana yang berbilang jutaan rupiah.
"Saat menjadi redaktur, saya stres dan pikiran menjadi berat. Kalau begini terus, saya bisa sakit. Lalu saya kembali kepada gitar, sebab saya yakin dengan kemampuan sendiri," kata suami Renny Yaniar, penulis cerita anak-anak ini.
Jubing mengenal gitar sejak usia sekolah dasar. Ayahnya, Wibowo, dan ibunya, Swanny, keduanya penyuka musik dan mengajari anak-anaknya bermusik. Pada usia 12 tahun, ia sudah tampil mengiringi teman-teman sekolahnya dengan gitar.
Tentang pilihannya mengaransemen lagu anak-anak, Jubing yang kini pengajar gitar itu berujar, "Saya sering melihat penonton musik klasik berwajah serius tanpa senyum. Saat saya mainkan lagu anak-anak di panggung, penonton langsung gembira dan bertepuk tangan, sebab mereka sudah mengenal lagu itu. Inilah tujuan saya bermain gitar, agar orang lain senang dan bisa ikut menikmati."
Dengan dana Rp 8 juta, awal tahun 2006 Jubing menyelesaikan master (rekaman induk) berisi 12 komposisi ciptaannya. Ia coba tawarkan kepada dua produser untuk diperbanyak. Hasilnya? "Keduanya memuji, tetapi keduanya menolak dengan alasan terlalu segmented," ucapnya.
Beruntung, seorang rekannya di Semarang mau memperbanyak master itu dalam bentuk CD. Tidak banyak, hanya 1.000 keping. Jubing dijanjikan baru bisa mendapat royalti jika penjualan cakram digitalnya sudah di atas 3.000 keping. Tetapi, dengan lahirnya CD ini pun ia mengaku senang, sebab inilah cita-citanya sejak dia mengenal gitar.
Setidaknya kini Jubing bisa menghibur orang tanpa harus tampil di panggung. Orang cukup mendengarkan orkestra gitar tunggalnya yang ramai. Kadang sulit dipercaya orkestra itu dia mainkan sendirian.
[ Last edited by jf_pratama at 30-6-2007 10:12 PM ] |
|
|
|
|
|
|
|
Piano fest inspires musicality in young pianists
Camelia Pasandaran, Contributor, Cimanggis, Depok
Prof. Tomislav Dimov of Pennsylvania's Saint Vincent College tutors a violin and a piano student in chamber music. The course was held as part of the Indonesia Piano Festival that opened June 22 and will run through July 7.
----
Two white-washed buildings stand surrounded by coconut trees and a grassy field where kids ride their bicycles. Inside, wooden doors line a hallway about 1.5 meters wide. But there is something different on the second floor.
Floating down the passageway is music played on a piano somewhere behind closed doors -- understandable if they led to classrooms in a conservatory, but they are not. They are guest rooms of a remote inn south of Jakarta, Wisma Kinasih in Cimanggis, Depok.
Inside one of the rooms was a young man playing a violin with a teenager who played the piano. They were also accompanied by an instructor who gave them direction on tempo, dynamics and other comprehensive information on the duet.
In the adjacent auditorium, several children and teens sat on chairs near by the two grand pianos on stage while a woman gave instructions to one of their peers on how to play a Haydn composition.
"Haydn likes to discuss, so his music is like a question and answer," she said.
The woman instructor is Prof. Snezana Panovska from Macedonia, who has spent most of her teaching career in Malaysia. She followed with a pithy background on Haydn: his home country, how he composed, the musical era of which he was a leading figure, and up to the techniques used to deliver an accurate musical interpretation in accordance with the composer's intention.
This was no ordinary music class, but a master class of the Indonesia Piano Festival 2007, which opened on June 22 and runs until July 7.
The festival committee had converted the guest rooms and auditorium at Wisma Kinasih into facilities for a music camp, providing 10 practice rooms and five studios with one to two pianos. Compared to more common events like competitions and concerts, a music camp like this is a rarity here in Indonesia.
Prior to the master classes, the festival's artistic director, renowned Indonesian pianist Iswargia R. Sudarno, auditioned young musicians aged 9 to 24 on their competence and skill in playing classical works from the Baroque to the early modern era. They were also judged on their interpretations of the music.
According to festival founder Nina Raharjo, 28 final participants were selected from 178 candidates throughout the country. She added that, this number had dropped from last year's inaugural festival, which saw 41 participants -- not because of fewer applicants, but because the festival upgraded its standards to attract more advanced pianists.
The result of this tight selection process was already evident in the practice rooms, auditorium and almost every corner of Wisma Kinasih, which was made to sound like a conservatory with the playing of these young musicians.
"I think they are very impressive young pianists with good artistic and natural talent," Panovska commented on the students, adding that she hardly encountered any problems in teaching the participants.
She mentioned it was not surprising that Indonesian pianists had been awarded several gold medals in world-class piano competitions, such as at the latest Chopin competition held in Malaysia. Panovska said Indonesian pianists were considered serious competitors, because they were known as talented musicians who were highly dedicated to improving their playing skills.
Then what was the point of holding these master classes?
"The development of piano education tends to go in the wrong direction," said Nina, citing that while piano competitions were increasing in Surabaya, East Java, they did not generate skillful young pianists. On the contrary, the competitions only bred pianists who could play a limited repertoire of difficult pieces and possessed an overall low quality as a musician.
According to Nina, this was because such pianists were drilled only to perform in competitions and of course, to win them. Thus, the enjoyment of playing music had been turned into an obligation for the young musician to win numerous competitions to achieve fame.
The Indonesia Piano Festival was established upon Nina's deep concern for this situation and her ideals to cultivate quality pianists by providing a good learning experience.
Through national and foreign tutors who are known for their teaching skills, participants of the two-week camp are expected to gain broader knowledge in music theory, history and playing techniques.
Iswargia said two weeks was probably a short time to yield any immediate effect, but that the master classes would be a foundation for young pianists to develop their skills after the camp.
In addition to being taught to develop their solo playing skills, students are also challenged to play chamber music, in this case a piano-violin duet.
Prof. Tomislav Dimov, a violinist, conductor and professor at Saint Vincent College in Pennsylvania, the United States, gave chamber master classes. He said the basic difficulty in playing chamber music -- that is, as part of an ensemble -- was for players to form an agreement in the musical interpretation.
When students Ali and Tanney played the 4th Movement of Beethoven's Spring Sonata, Dimov asked them to repeat a section several times to attain harmony.
Their difficulty lay mostly in the transition, and Dimov gave some examples to help the students understand. He sang the melody and gave words like a dialog in an opera to demonstrate the transition and the character of the music.
"If you play the previous part more like a joke, this part you have to play it more serious, like you're saying I'm no longer joking. It has to sound more evil," said Dimov.
This kind of creative instruction is also relatively rare in Indonesia, where students are generally taught to play the piano under strict and serious guidance. A too strict or forced instruction can certainly destroy the motivation of students to learn on their own.
Venny, a private piano teacher in Bali, sent her 13-year-old daughter to the camp with an additional purpose: She wanted her daughter to be more motivated. Venny recalled that two of her students lacked the self-motivation to practice, but attending the festival had revived their spirit in learning to play.
Participants of the piano festival are not limited to learning in a classroom environment with an instructor. On June 28, they are scheduled to visit the Kawai piano factory in Karawang, West Java, to observe how the instrument is crafted.
They will also have the chance to learn through the faculty recital series at Erasmus Huis, South Jakarta, on June 26, June 28 and July 2, when their festival instructors will perform.
Aside from instructors such as Adelaide S. Simanjuntak, Iswargia R. Sudarno and Johannes S. Nugroho, the series will also feature cellist Robin Clavreul, tenor Christopher Abimanyu, and pianist Thomas Hecht.
The participants themselves will perform at the Young Artist Recital Series at Wisma Kinasih on June 29 and July 3-4. The best musicians will be selected to play in the Young Artist Recital Series Gala Concert on July 5 at Usmar Ismail Hall, South Jakarta. The selections will be made by the instructors based on performance as well as overall progress during the festival.
Nina stressed that this was not a competition, but a show of appreciation for those who had studied seriously and made good progress.
The Indonesia Piano Festival presents a comprehensive system on learning to play the piano, and perhaps should be conducted more regularly to inspire talented young pianists to play with musicality and spirit.
[ Last edited by jf_pratama at 30-6-2007 10:38 PM ] |
|
|
|
|
|
|
| |
|