|
Discus Memikat Lewat Musik Eksperimental
Oleh: Eri Enugerah
DISCUS (baca diskus). Grup apa itu? Barangkali, memang publik musik di Indonesia banyak yang tidak mengenalnya. Paling tidak hanya di kalangan terbatas saja, terutama mereka yang aktif di Indonesia Progressive Society (IPS), sebuah wadah yang menaungi kelompok-kelompok musik dan pecinta musik progresif rock. Karena itu, jangan dibayangkan kalau konser mereka bakal ditonton ribuan orang, seperti grup-grup musik yang bermain wilayah mainstream, seperti Padi, Dewa, Peter Pan, dan lainnya. Ratusan orang saja sudah cukup banyak.
Makanya, ketika kelompok musik itu menggelar konsernya bertajuk Discus...Liverso! di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis (19/5) dan yang hadir sekitar 500-an orang tetap menjadi sebuah sukses. "Untuk ukuran konser musik yang tidak mainstream seperti kita, lumayan sukses. Yah, kita memang tidak bisa seperti Padi, Dewa, yang mainstream," ungkap Iwan Hasan, pentolan kelompok musik Discus dalam perbincangan usai manggung.
Meski tidak dikenal di Indonesia, Discus justru cukup sering diulas majalah musik luar negeri, misalnya, Expose, majalah khusus progressive rock terbitan Amerika, serta majalah- majalah Eropa lainnya. Bahkan Expose pernah memuji Discus sebagai "...best of the year stuff, this one gets our highest recommendation...". Bahkan sejumlah kritisi musik progresif rock di Eropa sepakat menempatkan album Discus 1st sebagai lima besar album prog-rock terbaik Eropa akhir tahun 1999 lalu.
Grup yang mengambil nama dari nama ikan hias ini telah merilis dua album. Pertama, Discus 1st yang dirilis Mellow Records (Italia) dan diedarkan di Indonesia oleh Aquarius Musikindo. Kedua, Discus...Tot Licht. Nah, beberapa lagu yang ada di kedua album tersebut yang dibawakan Discus dalam konsernya di GKJ itu.
Konser itu sendiri dibuka dengan lagu contrasts yang berdurasi sekitar 14 menit. Nomor ini memang sangat istimewa karena merupakan perpaduan antara musik progresif rock dan nuansa Jawa yang amat kental. Terlebih lagi ketika, Yuyun, vokalis wanita yang tampil malam
itu menyanyikan lagu Gambang Suling. Tentu bisa dibayangkan bagaimana jadinya lagu itu diiringi dengan musik rock yang diwarnai distorsi gitar elektrik.
Menurut Iwan, musik yang mereka mainkan memang jauh dari kesan pop. Kesan eksperimental begitu terasa. "Kami memang coba menyatukan begitu banyak jenis musik, mulai dari jazz, rock, hingga etnik Jawa."
Menampilkan nuansa etnik tradisional Indonesia, barangkali itu yang menjadi kelebihan dari grup ini ketimbang kelompok musik progresif rock lainnya. Tidak mengherankan kalau Peter Renfro, penggagas acara 'ProgDay' yang menampilkan band-band progressive rock seluruh dunia, pernah mengundang Discus untuk tampil di Amerika, tahun 2000 silam.
***
TOH, tidak hanya musik etnik, Discus, dalam konsernya kali ini juga membuat sesuatu yang menarik dengan menampilkan duet penyanyi pop, Andien dan vokalis yang juga pemain bas kelompok musik underground Suckerhead, Krisna Sadrach dalam lagu Kepada Yth: Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya. Paduan suara pop dan nge-growl (vokal yang menggeram marah dengan suara berat) antara keduanya menjadikan komposisi ini menjadi menarik. "Rencananya lagu ini akan jadi materi album ketiga Discus," ujar Krisna.
Menampilkan suara nge-growl memang bukan pertama dilakukan Discus. Di album kedua mereka, Ombat, vokalis grup Tengkorak pun pernah diajak serta membawakan lagu Breathe. Dalam konser di GKJ malam itu, lagu ini juga sempat dibawakan. Namun, suara Ombat digantikan oleh Krisna Sadrach yang mengenakan tutup kepala sehingga wajahnya tidak kelihatan. "Kita memang ingin selalu bereksperimen dengan memasukkan berbagai nuansa, termasuk suara nge-growl ini," ungkap Iwan yang juga kakak dari pemain harpa Maya Hasan itu.
Iwan sendiri membantah kalau kehadiran Andien dan Krisna sekadar untuk lebih menarik minat publik musik untuk bisa menonton konser mereka. "Kalau Andien tampil karena dia memang mengaku suka dengan lagu Discus, For this Love, sedangkan Krisna memang akan ada di album ketiga yang sedang kami persiapkan," ujarnya.
Selain beberapa lagu tadi, Discus yang malam itu berpersonelkan Iwan Hasan (gitar, harpguitar--gitar dengan 21 snar, vokal); Fadhil Indra
(keyboard, perkusi elektronik, rindik, kemong, dan vokal); Kiki Caloh (bas dan vokal); Eko Partitur (biola); Nonie Manuputty (vokal); Hayoenaji (drum, perkusi elektronik), Anto Praboe (flute, klarinet, saksofon, suling bambu); serta Krishna Prameshwara (keyboard), juga menampilkan beberapa lagu lainnya, seperti Violin Metaphysics, Contrast, Condissonance, Lamentation & Fantasia Gamelantronique yang punya napas gamelan yang amat kental.(Eri/H-4). |
|