Pegang Erat Tangan ku
Bimbing Langkah kakiku
Aku hilang arah tanpa dirimu
jangan membohongi diri..
jika kemaafan yang diberi
sekadar untuk memaafkan
tetapi tidak melupakan.
segala yang telah menyakiti
kesannya tetap membenci
walau jauh disudut hati.
dikala sepi melandaku entah mengapa bayangmu selalu datang menyapaku
padahal aku tahu akan membuka kembali luka itu
namun tak bisa ku ingkari
jiwaku tak rela melepas segala mimpi
benakku bergemuruh mencari rasa untuk kembali
dan hatiku ingin melukismu lagi
semoga masih ada hati saling bicara untuk mengurai tali pertikaian yang pernah ada
maaf...
kau terpaksa kulupakan
kerana cinta semakin berkurang
biarlah aku melangkah kaki membawa diri
sementara kau bersama dia yang lebih kau cinta..
akan ku atur langkah kaki ini
meniti liku-liku ranjau kehidupan
semoga luka ini terawat sendiri
Tirai senja sudahpun habis melabuhkan sisa sisa sinarnya...
Kini malam beransur ansur kelam...
Bertemankan pinjaman cahaya sang rambulan...
Menanti akan hadirnya kembali sang mentari kembali menerangi alam semesta...
Malam ini, hati terasa sayu, meronta untuk dirayu, namun tahu itu hanya satu khayalan bagai punguk rindukan bulan
Aku adalah aku, takkan jadi kamu, jadi dia atau sesiapa, kerna aku sentiasa berdiri sendiri tanpa tonggak sesiapa
Kasih...
Tidakkah pernah walau sekalipun kau cuba untuk memahami dari kiasan kata kataku padamu...
Yang bahawasanya cinta kita mahligai kasih kita ini sudah dalam kegeringan menanti masa pengakhirannya...
Sudah puas aku memberi penawarnya namun tidak satu pun kau sambut dengan sepenuh hati...
Malah acap kali jua kau ulangi segala kesilapan lalu...
Hingga luka itu semakin parah menjadi barah yang akhirnya tiada lah lagi penawar yang bisa merawatnya...
Kasih...
Jika hanya aku yang memperjuangkan cinta ini mahligai kita ini..
sementera kau terus mencipta neraca yang menjadi jurang diantara kita...
Aku terpaksa memohon diri...
Walau aku masih menyimpan kasih padamu...
Biarlah..
Biar aku bawa kasih ini bersama detak jantungku...
Selama mana nafas ku masih berhembus bersama denyut nadiku...
Selama itu lah rasa kasih rasa rindu rasa cinta ini padamu setia bersamaku hingga nanti kekal bersemadi bersama jasad ini.
Selamat Tinggal Wahai Kekasih...
Sengsaraku tenang melihat kau diulik mimpi,
Cela jiwaku terasa sempurna tika kau ukirkan senyuman,
terlihat lipatan usia namun masih jelita dimataku,
mengingatkanku agar sentiasa bersedia,
sentiasa menghargai setiap saat maupun detik bila kau di sisi,
Entah berapa lama lagi dapat aku kau teman..
Jika jarak kota memisahkan
Biarkan rindu membawa angin malam
Yg biasanya terukir indah di antara awan
Aku hillang
Pergi mencari apa yang terllepas pandang,
Hilang dalam kabus walau terang,
Tak ku sangkal itu ujian,
Mungkin ini tanda Allah sayang...
Lelahku ikut
Tenteram hidup menjadi kabut
Dalam tenang ada takut
Tiada daya pasti ku turut
When the handheld I was finally lost
Surely God is not pleased
And when there comes now and then to survive
Surely God wants
Gemersik gema
Entah...?
Terlalu banyak goresan
Semilir yang membawa debu
mungkin mengabarkan rindu
Atau...?
Pucuk ranting usang
Lumat di giling waktu
Sembari kulipat harap
Ku simpan disela nada
Bukan puisi yang membuatku
gila kata kata
Senyum itu tak luruh di genggam waktu
Sajak rindu
Ampuni aku yang tak tahu diri
Ampuni aku yang tak menepati janji
pengkhinatan yang kulakukan
Tapi kebaikan yang selalu kau berikan
Orang kata cinta tak semestinya memiliki.
Tapi bagi aku, aku ingin memiliki apa yang aku cintai
Dan aku juga ingin mencintai apa yang aku miliki.
Mengapa harus kita dengarkan
suara-suara mimpi yang melekakan
sedang saudara kita kepedihan
dialun penderitaan kehidupan
Bahawa kata-katanya adalah dusta
kebenaran tetap akan menyerlah
seperti yang dijanjikan....
Mereka tidak akan senang
selagi kita tidak mengikutinya
(al-Baqarah 120)
Harusnya kita sekata
dalam pertembungan ini
kerana kita adalah saudara
dan daulah yang tanpa sempadan
adalah satu daulah impian
menuju ke destinasi gemilang
Kejatuhan yang terancang
adalah satu rahsia yang bukan lagi rahsia
demi kerakusan dan duniawi
hilang pancaran Illahi
dihati-hati yang layu
yang didadanya cuma kekuasaan
dan keperadapan yang tiada seri
Ku datangi tanah ini lagi
Untuk yang kesekian kalinya
Bersama ribuan cita suatu masa lalu
Embun yang menitik bukan lagi jernih
Tapi merah semerahnya saga
Angin yang menyapa bukan lagi nyaman
Tapi hangat sehangat bahang
Kicauan burung yang terbang lalu
Sudah tidak semerdu dulu
Sayu dan longlai layu
Tanah ini
Tanah bertuah ini tidak seindah dan sepermai
kala aku menduduki dadanya
bermain bukitan berjajar
bersenda di gigi sungai
berenang di alirannya
memanjat pepohonan
Tiada lagi lolongan ungka dan kera
Tiada kawanan punai berterbangan
Tiada kelkatu berserakan
Tiada merah mega menyala
Tiada desir angin didaunan
Tiada kocak perigi dihambat timba
Tanah ini tanah bertuah
Yang menumpahkan darahku buat kali pertama
Telah merubah rupanya......
Sabar.itu.separuh.drpd.iman..walaupun.penantian.satu.penyeksaan..ade hikmah disebaliknyee
Sabar.itu.separuh.drpd.iman..walaupun.penantian.satu.penyeksaan..ade hikmah disebaliknyee