View: 3193|Reply: 13
|
Larangan ISBAL buat lelaki sahaja: Bincangkan...
[Copy link]
|
|

LARANGAN ISBAL [MELABUHKAN PAKAIAN HINGGA MENUTUP MATA KAKI]
Isbal ertinya melabuhkan pakaian hingga menutupi mata kaki, dan hal ini terlarang secara tegas
baik karena sombong maupun tidak. Larangan isbal bagi laki-laki telah dijelaskan dalam hadits-
hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sangat banyak, maka selayaknya bagi seorang
muslim yang telah redha Islam sebagai agamanya untuk menjauhi hal ini. Namun ada sebagian dari
kalangan yang dianggap berilmu, menolak larangan isbal dengan alasan yang rapuh seperti
mendakwa andainya tidak sombong maka dibolehkan?! Untuk lebih lanjut, berikut dipaparkan
perkara yang sebenarnya tentang isbal agar menjadi pelita bagi orang-orang yang mencari
kebenaran. Amin. Wallahul Musta'an.
[A]. DEFINISI ISBAL
Isbal secara bahasa adalah masdar dari “asbala”, “yusbilu-isbaalan”, yang bermakna “irkhaa-an”,
yang ertinya; menurunkan, melabuhkan atau memanjangkan. Sedangkan menurut istilah,
sebagaimana diungkapkan oleh Imam Ibnul 'Aroby rahimahullah dan selainnya adalah;
memanjangkan, melabuhkan dan menjulurkan pakaian hingga menutupi mata kaki dan
menyentuh tanah, baik karena sombong ataupun tidak. [Lihat Lisanul 'Arob, Ibnul Munzhir 11/321,
Nihayah Fi Gharibil Hadits, Ibnul Atsir 2/339]
continue:
|
Rate
-
1
View Rating Log
-
|
|
|
|
|
|
|
[B]. BATAS PAKAIAN MUSLIM
Salah satu kewajiban seorang muslim adalah meneladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam segala perkara, termasuk dalam masalah pakaian. Rasulullah telah memberikan batas-batas
syar'i terhadap pakaian seorang muslim, perhatikan hadits-hadits berikut:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ertinya: Keadaan sarung seorang muslim hingga setengah betis, tidaklah berdosa bila
memanjangkannya antara setengah betis hingga di atas mata kaki. Dan apa yang turun dibawah mata
kaki maka bahagiannya di neraka. Barangsiapa yang menarik pakaiannya karana sombong maka Allah
tidak akan melihatnya” [Hadits Riwayat. Abu Dawud 4093, Ibnu Majah 3573, Ahmad 3/5, Malik 12.
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Misykah 4331]
Berkata Syaroful Haq Azhim Abadi rahimahullah: “Hadits ini menunjukkan bahwa yang sunnah
hendaklah sarung (seluar) seorang muslim hingga setengah betis, dan dibolehkan turun dari itu
hingga di atas mata kaki. Apa saja yang dibawah mata kaki maka hal itu terlarang dan haram. [
Aunul Ma’bud 11/103]
Dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Artinya: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memegang otot betisku lalu bersabda, “Ini
merupakan batas bawah kain sarung. Jika engkau enggan maka boleh lebih bawah lagi. Jika engkau
masih enggan juga, maka tidak ada hak bagi sarung pada mata kaki” [Hadits Riwayat. Tirmidzi 1783,
Ibnu Majah 3572, Ahmad 5/382, Ibnu Hibban 1447. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah
1765]
Hadits-hadits di atas mengisyaratkan bahwa panjang pakaian seorang muslim tidaklah melebihi
kedua mata kaki dan yang paling utama hingga setengah betis, sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam haditsnya yang banyak.
Dari Abi Juhaifah Radhiyallahu ‘anhu berkata": Aku melihat Nabi keluar dengan memakai Hullah Hamro' seakan-akan saya melihat kedua betisnya
yang sangat putih” [Tirmidzi dalam Sunannya 197, dalam Syamail Muhammadiyah 52, dan Ahmad
4/308]
'Ubaid bin Khalid Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tatkala aku sedang berjalan di kota Madinah, tiba-tiba
ada seorang di belakangku sambil berkata, "Tinggikan sarungmu! Sesungguhnya hal itu lebih
mendekati ketakwaan." Ternyata dia adalah Rasulullah. Aku pun bertanya kepadanya, "Wahai
Rasulullah, ini Burdah Malhaa (pakaian yang mahal). Rasulullah menjawab, "Tidakkah pada diriku
terdapat teladan?" Maka aku melihat sarungnya hingga setengah betis”.[Hadits Riwayat Tirmidzi
dalam Syamail 97, Ahmad 5/364. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Mukhtashor Syamail
Muhammadiyah, hal. 69]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah ditanya tentang seseorang yang memanjangkan
seluarnya hingga melebihi mata kaki. Beliau menjawab:’ Panjangnya qomis, celana dan seluruh
pakaian hendaklah tidak melebihi kedua mata kaki, sebagaimana telah tetap dari hadits-hadits
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam” [Majmu' Fatawa 22/14]
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “ Walhasil, ada dua keadaan bagi laki-laki; dianjurkan iaitu
menurunkan sarung hingga setengah betis, boleh iaitu hingga di atas kedua mata kaki. Demikian
pula bagi wanita ada dua keadaan; dianjurkan yaitu menurunkan di bawah mata kaki hingga
sejengkal, dan dibolehkan hingga sehasta” [Fathul Bari 10/320]
continue: |
|
|
|
|
|
|
|
[C]. DALIL-DALIL HARAMNYA ISBAL
Pertama:
“Dari Abu Dzar bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga golongan
yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat dan untuki mereka adzab yang pedih.
Rasulullah menyebutkan tiga golongan tersebut berulang-ulang sebanyak tiga kali, Abu Dzar berkata:
"Ruginya mereka! Siapakah mereka wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Orang yang suka
memanjangkan pakaiannya, yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang melariskan
dagangannya dengan sumpah palsu." [Hadits Riwayat Muslim 106, Abu Dawud 4087, Nasa'i 4455,
Darimi 2608. Lihat Irwa': 900]
Kedua:
“Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa yang melabuhkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan
melihatnya pada hari kiamat." [Hadits Riwayat Bukhari 5783, Muslim 2085]
Ketiga:
“Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda: "Apa saja yang di bawah kedua mata kaki di dalam
neraka." [Hadits Riwayat Bukhari 5797, Ibnu Majah 3573, Ahmad 2/96]
Keempat:
“Dari Mughiroh bin Syu'bah Radhiyallahu ‘anhu, adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Wahai Sufyan bin Sahl! Janganlah kamu isbal, sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang yang isbal." [Hadits Riwayat. Ibnu Majah 3574, Ahmad 4/26, Thobroni dalam Al-Kabir 7909. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah: 2862]
Kelima:
“Waspadalah kalian dari isbal pakaian, karena hal itu termasuk kesombongan, dan Allah tidak
menyukai kesombongan” [Hadits Riwayat Abu Dawud 4084, Ahmad 4/65. Dishahihkan oleh Al-Albani
dalam Ash-Shahihah: 770]
Keenam:
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: "Saya melintasi di hadapan Rasulullah sedangkan
sarungku terurai, kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menegurku seraya berkata,
"Wahai Abdullah, tinggikan sarungmu!" Aku pun meninggikannya. Beliau bersabda lagi, "Tinggikan
lagi!" Aku pun meninggikannya lagi, maka semenjak itu aku senantiasa menjaga sarungku pada batas
itu. Ada beberapa orang bertanya, "Seberapa tingginya?" "Sampai setengah betis."[Hadits Riwayat
Muslim 2086. Ahmad 2/33]
Berkata Syakh Al-Albani rahimahullah: “Hadits ini sangat jelas sekali bahwa kewajiban seorang
muslim hendaklah tidak menjulurkan pakaiannya hingga melebihi kedua mata kaki. Bahkan
hendaklah ia meninggikannya hingga batas mata kaki, walaupun dia tidak bertujuan sombong, dan di
dalam hadits ini terdapat bantahan kepada orang-orang yang isbal dengan sangkaan bahwa mereka
tidak melakukannya karena sombong! Tidakkah mereka meninggalkan hal ini demi mencontohkan
perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Ibnu Umar?? Ataukah mereka merasa
hatinya lebih suci dari Ibnu Umar?” [Ash-Shahihah: 4/95]
Berkata Syaikh Bakr Abu Zaid:” Dan hadits-hadits tentang pelarangan isbal mencapai derajat
mutawatir makna, tercantum dalam kitab-kitab shohih, sunan-sunan, ataupun musnad-musnad,
diriwayatkan dari banyak sekali oleh sekelompok para sahabat. Beliau lantas menyebutkan nama-
nama sahabat tersebut hingga dua puluh dua orang. Lanjutnya: “ Seluruh hadits tersebut
menunjukkan larangan yang sangat tegas, larangan pengharaman, karena di dalamnya terdapat
ancaman yang sangat keras. Dan telah diketahui bersama bahwa sesuatu yang terdapat ancaman
atau kemurkaan, maka diharamkan, dan termasuk dosa besar, tidak dihapus dan diangkat hukumnya.
Bahkan termasuk hukum-hukum syar'i yang kekal pengharamannya."[Hadd Tsaub Wal Uzroh Wa
Tahrim Isbal Wa Libas Syuhroh, hal. 19]
continue: |
|
|
|
|
|
|
|
[D]. KEBURUKAN ISBAL
Pengharaman isbal telah jelas, bahkan di dalam isbal terdapat beberapa kemungkaran yang tidak
boleh dianggap remeh, berikut sebagiannya..
[1]. Menyelisihi Sunnah
Menyelesihi sunnah termasuk perkara yang tidak bisa dianggap mudah dan ringan, karana kewajiban
setiap muslim untuk mengamalkan setiap sendi dien dalam segala perkara baik datangnya dari Al-
Qur’an atau Sunnah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Ertinya: Maka hendaklah orang-orang yang menyanggahi perintah Rasul, takut akan di timpa cubaan
(fitnah) atau ditimpa adzab yang pedih” [An-Nur: 63]
[2]. Mendapat Ancaman Neraka
Berdasarkan hadits yang sangat banyak berisi ancaman neraka, bagi yang melabuhkan pakaiannya,
baik karena sombong taupun tidak.
[3]. Termasuk Kesombongan
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah: “Kesimpulannya isbal melazimkan menarik pakaian, dan
menarik pakaian melazimkan kesombongan, walaupun pelakunya tidak bermaksud sombong” (Fathul
Bari 10/325).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Waspadalah kalian dari isbal pakaian, karena hal itu termasuk kesombongan, dan Allah tidak
menyukai kesombongan” [Hadits Riwayat Abu Dawud 4084, Ahmad 4/65, dishohihkan oleh Al-Albany
dalam As-Shohihah 770]
Berkata Ibnul Aroby rahimahullah: “Tidak boleh bagi laki-laki untuk memanjangkan pakaiannya
melebihi kedua mata kaki, meski dia mengatakan: “Aku tidak menariknya karena sombong”, karena
larangan hadits secara lafazh mecakupi pula bagi yang tidak sombong, maka tidak boleh bagi yang
telah tercakup dalam larangan, kemudian berkata: “Aku tidak mau melaksanakannya karena sebab
larangan tersebut tidak ada pada diriku”, ucapan semacam ini merupakan klaim yang tidak bisa
diterima, bahkan memanjangkan pakaian itu sendiri menunjukkan kesombongan” [Fathul Bari
10/325]
[4]. Menyerupai Wanita
Isbal bagi wanita disyari’atkan bahkan wajib, dan mereka tidak diperkenankan untuk
menampakkan anggota tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Orang yang isbal berarti mereka
telah menyerupai wanita dalam berpakaian, dan hal itu terlarang secara tegas, berdasarkan hadits.
Dari Ibnu Abbas ia berkata; “Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang
menyerupai laki-laki” [Hadits Riwayat Bukhari 5885, Abu Dawud 4097, Tirmidzi 2785, Ibnu Majah
1904]
Imam At-Thabari berkata: “Maknanya tidak boleh bagi laki-laki menyerupai wanita di dalam
berpakaian dan perhiasan yang menjadi kekhususan mereka, demikian pula sebaliknya” [Fathul Bari
II/521]
Dari Khorsyah bin Hirr berkata: “Aku melihat Umar bin Khaththab, kemudian ada seorang pemuda
yang melabuhkan sarungnya melintasi di hadapannya. Maka Umar menegurnya seraya berkata:
“Apakah kamu orang yang haidh?” pemuda tersebut menjawab: “Wahai amirul mukminin apakah
laki-laki itu ada haidh?” Umar menjawab; “Lantas mengapa engkau melabuhkan sarungmu melewati
mata kaki?” kemudian Umar minta diambilkan guting lalu memotong bagian sarung yang melebihi
kedua mata kakinya”. Kharsyah berkata: “Seakan-akan aku melihat benang-benang di ujung sarung
itu” [Hadits Riwayat Ibnu Syaibah 8/393 dengan sanad yang shohih, lihat Al-Isbal Lighoiril Khuyala,
hal. 18]
Akan tetapi laa haula wal quwwata illa billah, zaman sekarang yang dikatakan sebagai modern,
kebanyaknnya telah berpakaian terbalik, yang laki-laki melabuhkan pakaianya menyerupai wanita
dan tidak terlihat darinya kecuali wajah dan telapak tangan!, yang wanita membuka pakaianya
hingga terlihat dua betisnya bahkan lebih dari itu. Yang lebih tragis lagi terlontar cemuhan dan
ejekan kepada laki-laki yang memendekkan pakaiannya karena mencontoh Nabi dan para sahabat.
Manusia zaman sekarang memang aneh, mereka mencela dan mengejek para wanita yang memanjangkan jilbabnya karena taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulnya, akhirnya
kepada Allah kita mengadu” [Al-Isbal Lighoiril Khuyala hal. 18]
[5]. Berlebih Lebihan
Tidak ragu lagi syari’at yang mulia ini telah memberikan batas-batas berpakaian, maka barangsiapa
yang melebihi batasnya sungguh ia telah belebih-lebihan.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya: Dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan” [Al-A’raf: 31]
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Apabila pakaian melebihi batas semestinya, maka larangannya dari
segi isrof (berlebih-lebihan) yang berakhir pada keharaman” [Fathul Bari II/436]
[6]. Terkena Najis
Orang yang isbal tidak aman dari najis, bahkan kemungkinan besar najis menempel dan mengenai
sarungnya tanpa ia sadari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya: Naikkan sarungmu karena hal itu lebih menunjukkan ketakwaan dalam lafazh yang lain
lebih suci dan bersih” [Hadits Riwayat Tirmidzi dalam Syamail 97, Ahmad 5/364, dishohihkan oleh Al-
Albani dalam Mukhtashar Syama’il Muhammadiyyah hal. 69]
continue:
|
|
|
|
|
|
|
|
[F]. SYUBHAT DAN JAWABANNYA
Orang yang membolehkan isbal melontarkan syubhat yang cukup banyak, di antara yang sering
muncul ke permukaan adalah mendakwa bahwa isbal dibolehkan jika tidak sombong. Oleh karena itu
penulis perlu menjawab dalil-dalil yang biasa mereka gunakan untuk membolehkan isbal jika tidak
bermaksud sombong.
Pertama: Hadits Ibnu Umar
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa yang melabuhkan pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan
melihatnya pada hari kiamat!" Abu Bakar mengadu, "Ya Rasulullah, sarungku sering melondeh
kecuali bila aku menjaganya!" Rasulullah menjawab, "Engkau tidak termasuk orang yang
melakukannya karena sombong."[Hadits Riwayat Bukhari 5784]
Mereka berdalil dengan sabda Rasulullah, "Engkau bukan termasuk orang yang melakukannya karena
sombong.", bahwasanya isbal tidak sombong dibolehkan?!
Jawaban:
Jawaban:
Berkata Syaikh Al-Albani: “Dan termasuk perkara yang aneh, ada sebagian orang yang mempunyai
pengetahuan tentang Islam, mereka berdalil bolehnya melabuhkan pakaian atas dasar kata-kata
Abu Bakar ini. Maka aku katakan bahwa hadits di atas sangat jelas bahawa Abu Bakar sebelumnya
tidak pernah melabuhkan pakaiannya, sarungnya selalu melondeh tanpa kehendak dirinya dan
tetap berusaha untuk selalu menjaganya. Maka apakah boleh berdalil dengan perkataan ini
sementara perbezaannya sangat jelas bagaikan matahari di siang hari dengan apa yang terjadi
pada diri Abu Bakar dan orang yang sering melabuhkan pakaiannya? Kita memohon kepada Allah
keselamatan dari hawa nafsu. (As-Shahihah 6/401). Kemudian Syaikh berkata di tempat yang lain:
“Dalam hadits riwayat Muslim, Ibnu Umar pernah melintasi di hadapan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam sedangkan sarungnya (seluarnya) melondeh, Rasulullah menegur Ibnu Umar dan
berkata, "Wahai Abdullah, naikkan sarungmu!". Apabila Ibnu Umar saja yang termasuk sahabat
yang mulia dan utama, Nabi tidak tinggal diam terhadap sarungnya yang melondeh bahkan
memerintahkannya untuk mengangkat sarung tersebut, bukankah ini menunjukkan bahwa isbal
itu tidak berkaitan dengan sombong atau tidak sombong?! [Mukhtashar Syamail Muhammadiyyah
hal. 11]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
”Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian ini benar-benar terdapat peringatan bagi orang yang
mempunyai hati atau apa yang menggunakan pendengarannya, sedang ia menyaksikannya” [Qoof:
37]
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: “Dan adapun orang yang berhujjah dengan hadits Abu
Bakar, maka kita jawab dari dua sisi. "Pertama, bahwa salah satu sisi sarung Abu Bakar kadang-kala
melondeh tanpa disengajakan, maka beliau tidak melabuhkan sarungnya atas kehendak dirinya dan beliau selalu berusaha menjaganya. Sedangkan orang yang mendakwa bahawa dirinya isbal
karana tidak sombong, mereka melabuhkan pakaian mereka karena kehendak mereka sendiri. Oleh
karena itu, kita katakan kepada mereka, 'Jika kalian melabuhkan pakaian kalian di bawah mata kaki
tanpa niat sombong, maka kalian akan diadzab dengan apa yang turun di bawah mata kaki dengan
Neraka. Jika kalian menurunkan pakaian karana sombong, maka kalian akan diadzab dengan siksa
yang lebih pedih, iaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan berbicara kepada kalian, tidak dilihat
oleh-Nya, tidak disucikan oleh-Nya dan bagi kalian adzab yang pedih”. Yang kedua, Abu Bakar
mendapat testimoni daripada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa dia bukan termasuk orang
yang sombong, maka, apakah kalian juga mendapat testimoni yang serupa?" [Fatawa Ulama Balad
Haram hal. 1140] ”Ertinya: Maka ambillah hal itu untuk menjadi pengajaran, hai orang yang mempunyai pandangan”
[Al-Hasyr: 2]
continue:
|
|
|
|
|
|
|
|
Kedua: Mereka yang membolehkan isbal jika tidak sombong, menyangka bahwa hadits-hadits
larangan isbal yang bersifat mutlak (umum), harus ditaqyid (dikaitkan) ke dalil-dalil yang
menyebutkan lafazh khuyala' (sombong), sesuai dengan kaidah ushul fiqh, "Hamlul Mutlak 'alal
Muqoyyad Wajib" (membawa nash yang mutlak ke muqoyyad adalah wajib).
Jawaban:
Kita katakan kepada mereka, “Itulah sejauh-jauhnya pengetahuan mereka. [An-Najm: 30]
Kemudian kaidah ushul "Hamlul Muthlaq 'alal Muqoyyad" adalah kaedah yang telah disepakati
dengan syarat-syarat tertentu. Untuk lebih jelasnya, mari kita semak perkataan ahlul ilmi dalam
masalah ini.
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah: “Isbal pakaian apabila karena sombong maka
hukumannya Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat, tidak mengajak bicara dan tidak
mensucikannya, serta baginya adzab yang pedih. Adapun apabila tidak karena sombong, maka
hukumannya disiksa dengan neraka apa yang turun melebihi mata kaki, berdasarkan hadits: Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Ada
tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan bagi mereka adzab yang
pedih: orang yang melabuhkan pakaiannya, yang suka mengungkit-ungkit pemberian dan orang yang
melariskan dagangannya dengan sumpah palsu”. Juga sabdanya : “Barangsiapa yang melabuhkan
pakaiannya karena sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat, Adapun yang isbal
karena tidak sombong, maka hukumannya sebagaimana dalam hadits: “Apa saja yang dibawah kedua mata kaki di dalam Neraka”. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak mentaqyidnya dengan
sombong atau tidak, maka tidak boleh mentaqyid hadits ini berdasarkan hadits yang lalu. Juga Abu
Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu telah berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: “Keadaan sarung seorang muslim hingga setengah betis, tidaklah berdosa bila
memanjangkannya antara setengah betis hingga di atas mata kaki, dan apa yang turun di bawah
mata kaki, maka bagiannya di neraka, barangsiapa yang melabuhkan pakaiannya karena sombong,
maka Allah tidak akan melihatnya”.
Di dalam hadits ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan dua permisalan dalam satu
hadits, dan ia menjelaskan perbedaan hukum keduanya karena perbedaan balasannya. Keduanya
berbeda dalam perbuatan dan berbeda dalam hukum dan balasan. Maka selama hukum dan
sebabnya berbeda, tidaklah boleh membawa yang mutlak ke muqoyyad (khusus), di antara syaratnya
adalah bersatunya dua nash dalam satu hukum, apabila hukumnya berbeda, maka tidaklah ditaqyid
salah satu keduanya dengan yang lain. Oleh karena itu ayat tayammum yang berbunyi: ”Basuhlah
mukamu dan tanganmu dengan tanah” tidak ditaqyid dengan ayat wudhu, “Maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai siku” maka tayammum itu tidak sampai siku, karena mengharuskan
perlawanan”[As’ilah Muhimmah hal, 29-30, Lihat pula Fatawa Syaikh Utsaimin 2/921, Isbal Lighoiril
khuyala hal. 26]
Kesimpulannya; Kaedah "Membawa nash yang mutlak ke muqoyyad wajib" adalah kaidah yang telah
muttofak alaihi (disepakati) pada keadaan bersatunya hukum dan sebab. Maka tidak boleh
membawa nash yang mutlak ke muqoyyad apabila hukum dan sebabnya berbeda, atau hukumnya
berbeza dan sebabnya sama! [Lihat Ushul Fiqh Al-Islamy 1/217 karya Dr Wahbah Az-Zuhaili]
continue:
|
|
|
|
|
|
|
|
[G]. KESIMPULAN
Dari perbahasan di atas, dapat disimpulkan:
[1]. Isbal adalah memanjangkan pakaian hingga menutupi mata kaki, baik karena sombong
maupun tidak, dan hal ini haram dilakukan bagi laki-laki.
[2]. Batasan pakaian seorang laki-laki ialah setengah betis, dan dibolehkan hingga di atas mata
kaki, tidak lebih.
[3]. Hukum isbal itdak berlaku bagi wanita, bahkan mereka disyari'atkan menurunkan pakaiannya
hingga sejengkal di bawah mata kaki.
[4.] Isbal pakaian tidak hanya sarung, berlaku bagi setiap jenis pakaian berupa celana, gamis, jubah,
sorban dan segala sesuatu yang menjulur ke bawah.
[5]. Isbal karena sombong adalah dosa besar, oleh karena itu pelakunya berhak tidak dilihat oleh
Allah pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya adzab yang pedih.
[6]. Isbal jika tidak sombong maka baginya adzab neraka apa yang turun di bawah mata kaki.
[7]. Isbal memiliki beberapa kemungkaran, sebagaimana telah berlalu penjelasannya.
[8]. Dakwaan sebahagian orang yang melakukan isbal dengan alasan tidak sombong merupakan
dakwaan yang tidak boleh diterima. Maka bagi mereka, kami sarankan untuk memperdalam ilmu
dan merujuk kalam ulama dalam masalah ini.

Wallahu'alam 
|
|
|
|
|
|
|
|
sorry tapi nak tumpang tanya jugak laa...
kalau kita tengok wedding yg memperagakan pakaian barat the tuxs and gowns tu ... kain lady bride yg panjanggggg dan mencecah tanah habis tu , adakah ia dibenarkan? |
|
|
|
|
|
|
|
mbhcsf posted on 29-9-2012 03:32 PM 
sorry tapi nak tumpang tanya jugak laa...
kalau kita tengok wedding yg memperagakan pakaian barat ...
itu da menyerupai event kaum itu (I think christian kalau tak silap dalam majlis perkahwinan mereka)
|
|
|
|
|
|
|
|
Ni kira pakai stokin pun tak boleh ke?
|
|
|
|
|
|
|
|
Uddin posted on 29-9-2012 09:12 PM 
Ni kira pakai stokin pun tak boleh ke?
stokin atau kasut yang tinggi sampai menutup buku lali tidak termasuk larangan isbal. yang termasuk hanya sarung, seluar atau apa2 pakaian la.
|
|
|
|
|
|
|
|
LanzSlumber posted on 29-9-2012 09:17 PM 
stokin atau kasut yang tinggi sampai menutup buku lali tidak termasuk larangan isbal. yang termasu ...
Tq atas penerangan.
|
|
|
|
|
|
|
|
so men wear khakis laa elok ..lagipun weather Malaysia khakis sesuai kan? |
|
|
|
|
|
|
|
mbhcsf posted on 29-9-2012 09:39 PM 
so men wear khakis laa elok ..lagipun weather Malaysia khakis sesuai kan?
be creative la camne nak ekjas.....
jeans skinny pun ok rasanya kalo pandai ekjas.
khakis sgt sesuai.
apa2 pun terpulang pada individu.
|
|
|
|
|
|
|
| |
|