View: 13909|Reply: 57
|
Sejumlah daerah di kalimantan Ingin Gabung Malaysia
[Copy link]
|
|
nak bagi ke diaorg ni masuk Malaysia?
http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=91667
NASIONAL - LINGKUNGAN
Rabu, 11 Mei 2011 , 21:28:00
Sejumlah Kecamatan Perbatasan Ingin Gabung Malaysia
JAKARTA - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kalimantan Timur, Luther Kombong menyatakan, sejumlah kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia menuntut agar daerahnya dilepaskan saja, selanjutnya masuk ke dalam wilayah Negara Malaysia.
"Masyarakat yang berdomisili di daerah Krayan, Sebatik dan Ligitan selalu menuntut agar daerahnya dilepaskan saja untuk bergabung dengan Malaysia," kata Luther Kombong, mengungkap sebagian hasil kunjungan masa resesnya ke Kaltim, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (11/5).
Hal yang mendorong mereka untuk ingin bergabung dengan Malaysia, kata Luther, karena secara de facto seluruh kebutu*an hidupnya sehari-hari didatangkan dari Malaysia. "Bahkan uang sebagai alat transaksi mereka di sana tidak lagi menggunakan mata uang rupiah. Mereka lebih mempercayai ringgit Malaysia."
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh anggota DPD asal Sulawesi Utara, Ferry FX Tinggogoy. Menurut Ferry, telah terjadi kesenjangan infrastruktur yang sangat signifikan pada setiap wilayah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.
"Di daerah perbatasan Krayan misalnya. Ada kesepakatan kedua negara Indonesia-Malaysia yang secara bersamaan membangun berbagai infrastruktur wilayah perbatasan dengan total biaya yang sama dalam ukuran mata uang dollar Amerika Serikat. Hasilnya, Malaysia dapat membangun gedung kantor, jalan permanen, listrik dan penyediaan air bersih. Sementara di Krayan dengan jumlah dana yang sama hanya bisa membangun kakus tanpa air dan seikit kantor yang cocok untuk kandang Kambing," kata Ferry.
Padahal, kata Ferry, daerah Krayan itu penghasil beras terbaik di dunia dan menjadi konsumsi para petinggi kerajaan baik di Malaysia maupun di Brunei Darrusalam.
"Pedagang asal Brunei dan Malaysia membeli beras itu seharga 3 Ringgit dari petani Krayan. Dengan hanya bermodalkan kemasan maka pedagang Brunei dan Malaysia menjual beras itu dengan 30 Ringgit untuk setiap kilonya," imbuh Jenderal Purnawiran Bintang Dua itu.
Terakhir, anggota Komite I dan mantan Ketua Pansus Perbatasan Negara DPD RI itu juga mempertanyakan pembangunan jembatan selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera.
"Pembangunan jembatan Selat Sunda itu benar-benar menyakiti masyarakat Indonesia Wilayah Timur yang masih berkutat dengan kemiskinan dan sangat menggantungkan hidup dari kebaikan Negara Malaysia dan Brunei Darrusalam," tukasnya. (fas/jpnn) |
|
|
|
|
|
|
|
indon pun nak dgn malaysia
-minangsia dgn jawasia semua org taknak |
|
|
|
|
|
|
|
Mai ar bergabung....
Ni area kalimantan...bawah sabah nie... |
|
|
|
|
|
|
|
jeng jeng jeng... wayang bakal bermula. |
|
|
|
|
|
|
|
lebih baik tak usah gabung indon oiii..... kang tak pasal2 minta wilayah autonomi pulak..... |
|
|
|
|
|
|
|
tak de org yg leh transalte kan ke....aku cuma paham tajuk TT je...
tapi kalau aku punya pendapat la, tok sah la duk bergabung dgn org2 indon nih...tak bergabung pun dh bawak seribu jenis masaaalah |
|
|
|
|
|
|
|
MARI BERGABUNG DI JUTAWAN.KELIK.INDON DOT KOM... |
|
|
|
|
|
|
|
tadak faedahnya, kalau selatan Thai ok lah |
|
|
|
|
|
|
|
tadak faedahnya, kalau selatan Thai ok lah
lordvoldemort Post at 19-5-2011 09:50
Kt area Sebatik tu banyak minyak ooo. |
|
|
|
|
|
|
|
yang bukan dari daerah perbatasan pun dah bergabung dengan memohon jadi rakyat Malaysia... |
|
|
|
|
|
|
|
x payah laa gabung2...org indon kn tkenal dgn sikap cepat melenting..kang x pasal2 nk bperang plak...:re: dorang nk bgabung tu msti ade laa syarat2 yg dia mintak nti...takan nk masuk sje2 kot...msti ade yg dia nk tu nti... |
|
|
|
|
|
|
|
ayo rakyat kalimantan mohon merdeka dari jawa indon...
NKRI=harga mati.. konon |
|
|
|
|
|
|
|
rupanya ada pulau Malaysia bersempadan ngan Indon.. |
|
|
|
|
|
|
|
Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali mendapat ujian berat. Sejumlah kecamatan di Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia kini ramai-ramai menuntut agar daerahnya dilepaskan saja dari Indonesia. Mereka lebih memilih menjadi bagian dari Malaysia.
“Masyarakat yang berdomisili di daerah Krayan, Sebatik dan Ligitan selalu menuntut agar daerahnya dilepaskan saja untuk bergabung dengan Malaysia,” ujar Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Kalimantan Timur, Luther Kombong di gedung DPD RI, Jakarta, Kamis (12/5).
Menurut Luther, permintaan mereka itu didasarkan atas faktor bahwa segala seluruh kebutu*an sehari-hari masyarakat setempat didatangkan dari Malaysia. Bahkan, alat tukar dalam bertransaksi sekarang adalah ringgit, bukan rupiah.
Senada dengan Luther Kombong, anggota DPD asal Sulawesi Utara, Ferry FX Tinggogoy menyatakan ada kesenjangan infrastruktur yang begitu signifikan antara daerah perbatasan dengan kota-kota lain di Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, mantan Ketua Pansus Perbatasan Negara DPD RI itu mempertanyakan pembangunan jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatra.
“Pembangunan jembatan Selat Sunda itu benar-benar menyakiti masyarakat Indonesia wilayah timur yang masih berkutat dengan kemiskinan dan sangat menggantungkan hidup dari kebaikan Negara Malaysia dan Brunei Darrusalam,” kata Ferry.
Persoalan kesenjangan antara wilayah Indonesia barat dan timur khususnya mereka yang tinggal di daerah perbatasan negara bukanlah isu yang baru. Sejak zaman Soeharto, masalah ini sudah ada. Perlu keseriusan dari pemerintah pusat khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar permasalahan ini benar-benar tidak selesai. Salah satu jalan keluarnya, tidak lain tidak bukan yakni menyejahterakan masyarakat yang tinggal di perbatasan dan membangun wilayah disana. Adakah kemauan pemerintah untuk melakukannya?
Kalau agan dan aganwati tertarik mengetahui pemandangan Pulau Sebatik. |
|
|
|
|
|
|
|
Sebatik Island (Pulau Sebatik) is an island off the eastern coast of Borneo, partly within Indonesia and partly within Malaysia. It has an area of approximately 452.2 square kilometres.[1] The minimum distance between Sebatik Island and the mainland of Borneo is about one kilometer.[2]
Sebatik Island lies between Tawau Bay (Teluk Tawau) to the north and Sebuku Bay (Teluk Sebuku) to the south. The city of Tawau lies in Sabah just to the north. The island is bisected at roughly 4° 10' North by the Indonesia-Malaysia border - the northern part belongs to Sabah, Malaysia (Sebatik Malaysia) while the southern part belongs to East Kalimantan, Indonesia (Sebatik Indonesia).
Sebatik Malaysia has a population estimated to be approximately 25,000, as opposed to approximately 80,000 people in Sebatik Indonesia.[3]
The demarcated international border between Malaysia and Indonesia stops at the eastern edge of Sebatik Island, so that the ownership of Unarang Rock and the maritime area located to the east of Sebatik is unclear.[4] This is one of the reasons why the Ambalat region waters and crude oil deposits east of Sebatik Island have been the center of an active maritime dispute between Indonesia and Malaysia since March 2005. The ambiguity of the border at the eastern edge is sometimes attributed as a reason causing the "loss" to Indonesia of two islands: Sipadan and Ligitan.[4]
While there are border guards on the island, there is currently no immigration office, no customs house, no barbed wire fence and no walls demarcating the border. Instead, the only evidence of a border are the concrete piles buried every kilometer from east to west.[5]
Sebatik Island was one of the places in which heavy fighting took place between Indonesian troops and Malaysian troops during the 1963 Indonesia Malaysia Confrontation.
The North Borneo Timbers company operated a logging concession on the island until the 1980s and its mostly expatriate employees lived in a self-contained community in Wallace Bay. Sebatik Malaysia is within the administrative district of Tawau. For electoral purposes, Sebatik falls within the parliamentary constituency of Kalabakan and the state assembly district of Sebatik.
Sitangkai Indonesia (at its closest points) is approximately 175 km to Sitangkai, Tawi-Tawi, Philippines, the second closest point between the two countries after the Miangas island in North Sulawesi.[6] |
|
|
|
|
|
|
|
Kalau nak gabung bagi tanah je kat kita orang....rakyat Indon kamek tak mau |
|
|
|
|
|
|
|
diorang ni suka suki jer nak masuk M'sia, macam ler M'sia nak amek diorang. |
|
|
|
|
|
|
|
Kalau nak gabung bagi tanah je kat kita orang....rakyat Indon kamek tak mau
penyo. Post at 19-5-2011 10:41
Hahahaha..bijak. |
|
|
|
|
|
|
| |
|