CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: zamnie

Khas utk muslimat...

[Copy link]
 Author| Post time 15-8-2007 03:41 PM | Show all posts
Dosa gugur apabila suami, isteri bersalam


RASULULLAH saw bersabda, yang bermaksud: "Seorang isteri yang bermuka muram di hadapan suaminya, maka ia dalam kemurkaan Allah hingga ia dapat membuat suasana yang riang gembira kepada suaminya dan memohon kerelaannya."

Begitulah besarnya harga senyuman seorang isteri kepada suaminya kerana senyuman akan mencetuskan suasana kegembiraan yang sebenarnya dikehendaki suami ketika pulang dalam keletihan.

Muka yang masam bukan saja akan menimbulkan kemarahan suami, malahan menyebabkan Allah turut murka dan kemurkaan Allah itu berkekalan hingga isteri berjaya mengembalikan suasana gembira serta memohon keampunan daripada suami.

Sesungguhnya keredaan Allah terletak pada keredaan suami. Justeru, apabila suami pulang segeralah bukakan pintu, persilakan masuk dengan penuh hormat dan ciumlah tangan suami sebagai tanda hormat serta meminta maaf, walaupun isteri merasakan tidak berbuat sebarang kesalahan pada hari itu.

Sebuah hadis ada menyebut bahawa apabila seorang suami bersalaman dengan isterinya, maka gugurlah segala dosa dari celah-celah jari mereka berdua.

Andai mempunyai anak-anak, ajarlah mereka itu untuk selalu bersalaman dengan ayahnya kerana kelaziman akan memupuk rasa kasih dan hormat anak-anak kepada orang tua.

Kebahagiaan rumahtangga terletak pada akhlak dan budi pekerti isteri. Biarpun seorang isteri itu tidak cantik tapi jika cukup sempurna layanannya terhadap suami dan berakhlak pula, tentu ia akan menjadi penghibur dalam rumahtangga.

Oleh itu wahai isteri, hendaklah berlumba-lumba untuk menjadi seorang isteri yang solehah, yang bertakwa, berakhlak mulia dan taat kepada suami.

Rasulullah bersabda, yang bermaksud: "Sungguh-sungguh memintakan ampun untuk seorang isteri yang berbakti kepada suaminya, iaitu burung-burung di udara, ikan-ikan di air dan malaikat di langit selama dia sentiasa dalam kerelaan suaminya."

Jika seorang isteri mengharap cintanya berbalas, maka banyakkan mencari keredaan Allah melalui keredaan suami.

[ Last edited by  zamnie at 15-8-2007 03:54 PM ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 15-8-2007 03:58 PM | Show all posts
Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam duka cita yang mencekam.

Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidakdapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s.

Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk".   Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil
kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala  ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya, Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya."  "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa a.s terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka   perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak.

Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita
itu seraya menagis sejadi-jadinya. Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik," Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi!"...teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik.

Perempuan berewajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk ke luar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus ke mana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.   

Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya,"Mengapa engku menolak seorang wanita yang hendak bertobat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya
kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran. "Orang   
yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina".

Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut.

Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman didadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Dikutip dari buku 30 kisah teladan - KH > Abdurrahman  Arroisy)   

Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah.

Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya,   maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub.   Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri   
dari 360 hari, sedangkan satu hari di akherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Tolong sebarkan kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahui.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 17-8-2007 08:49 AM | Show all posts
salam..............
Reply

Use magic Report

Post time 17-8-2007 10:57 AM | Show all posts
....Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang membakar 70 buah Al-Qur'an, ....


saja nak buat cerita.....

Apa kedudukan hadith berkenaan?  Sebab masa Rasulullah masih hidup, Al-Quran belum dibukukan, macamana dia boleh kata membakar 70 buah Al-Quran?
Reply

Use magic Report

Post time 17-8-2007 11:35 AM | Show all posts

Reply #144 ibnur's post

lbh kurang sama cm email yg In terima dulu...

menyimpan kuku panjang dosanya sama dengan berzina dgn ibu sendiri... oohh...!! sendiri punya hukum....

kak zam ignore jer email cmni....
Reply

Use magic Report

Post time 17-8-2007 12:25 PM | Show all posts
SOALAN:

Pada umumnya lelaki dan perempuan, pada usia-usia tertentu berlaku mudah tersinggung dan mudah marah. Para perempuan, sekitar usia menopause begitu juga lelaki sekitar 65 tahun. Itu ikut kajian psikologi. Apakah pemarah ini merupakan satu gejala sakit jiwa? Bagaimana kita hadapinya? Sepatutnya kami mujahadah, tetapi bagaimana cara mujahadahnya?

JAWAPAN:

Tuhan itu maha adil sebenarnya. Lahir-lahir sahaja manusia ke dunia, manusia dibekalkan 2 benih yang telah sedia ada yakni benih positif dan negatif. Benih mahmudah ada, benih mazmumah pun ada. Allah menyebut,"Kami tunjukkan 2 jalan yakni jalan kufur dan jalan syukur." Hendak ikut jalan kufur, benihnya sudah ada. Begitu juga jalan syukur, benihnya juga sudah ada.

Tapi ambil perhatian, kalau pilih jalan kufur Tuhan tidak redho. Maka jalan syukur itu perlu disuburkan. Sebab dalam diri manusia itu asas kasih sayang, asas simpati, asas pemurah dan lain-lainnya sudah ada.

Siapa yang hendak ikut jalan syukur, suburkan benih mahmudah itu. Siapa yang hendak ikut jalan kufur silakan. Tetapi Tuhan tidak redho. Benihnya juga sudah ada. Ada rasa marah, ada hasad, ada bakhil dan lain-lain. Bila dirangsang oleh benda-benda positif, suburkanlah. Kalau terangsang dengan benda-benda negatif, jangan suburkan.Tahanlah sehingga suatu masa nanti akan stabil di mana yang akan berperanan adalah sifat-sifat positif sahaja. Yang negatif sudah terbendung. Walaupun ada tetapi sudah tidak berperanan. Sebab itu manusia perlu didikan dari kecil. Bila sudah dewasa, sudah baligh, tinggal suburkan sahaja. Bukan baru hendak mujahadah.

Tapi kalau sudah dewasa, baru hendak kenal dan mujahadah, teruk sikitlah. Jasad yang rohani ini macam tenaga lahirlah. Kalau hendak angkat lembu yang sudah besar tidak larat. Bagaimana kita akan larat untuk angkat lembu? Kalau sejak dari lahir, tiap-tiap hari kita angkat anak lembu itu. Jangan miss angkat. Insya Allah, bila ia sudah besar pun, kita boleh angkat. Jasad batin lagi berat sebab tidak nampak. Kalau tidak ada latihan dari kecil, beratlah.

Mengikut kajian sains, perempuan yang sudah putus haid, dia akan kekurangan atau kelebihan hormon tertentu. Hormon itu sendiri orang tidak pernah gambarkan apa bentuknya. Adakah hormon itu perkara rohaniah? Saintis pun tidak pasti apakah sebenarnya hormon itu.

Apa yang ada dalam Islam itu, istilahnya ditukar supaya jangan terasa itu dari Islam tetapi dari saintis. Bila perempuan sudah menopause, itu menggambarkan manusia sudah sampai tahap paling tinggi kematangannya sama ada positif atau negatif. Tetapi majoritinya, oleh kerana yang diasahnya adalah yang negatif, bila sampai menopause, telah sampai kemuncaklah apa yang disuburkan selama ini. Berapa orang yang boleh matangkan sifat-sifat positif? Dalam 1000, mungkin hanya seorang.

Bila dikaji saintis, bila sampai umur 50-60 tahun jadi pemarah. Itu kerana yang dia asah selama 50 tahun itu adalah yang negatif. Dia tidak jumpa yang positif. Lalu saintis putuskan orang yang menopause itu pemarah. Padahal sebelum itu memang ada marah tetapi waktu menopause itu lebih pemarah.Oleh kerana ego itu telah diasah sama dengan usia jasad lahirnya, lantas ahli sains putuskan bila putus  haid maka manusia jadi pemarah.

Selalu juga di ruangan wanita, ada pihak mempromosikan persiapan untuk hadapi menopause, yang dianggap begitu malang. Walhal Tuhan yang menyusun hidup kita dari lahir hingga mati.Takkan Tuhan sengaja hendak susahkan hidup wanita diakhirnya. Seorang perempuan yang kalau dia sudah memilih akhirat sebagai kerinduannya, yang sentiasa menungu hari matinya agar dapat berjumpa Tuhan, yang memilih Allah sebagai idola, bukan suaminya, sebenarnya menopause itu bukan sesuatu yang menakutkan.

Dari kecil, majoriti manusia, yang diasah padanya adalah benda negatif. Cinta dunia, cinta duit, cinta pangkat, disuburkan sehingga sampai waktu menopause. Maka itulah kemuncaknya. Waktu itu, apa yang kita cintai mungkin akan terlepas. Sebab itu datang sifat marah. Patut  boleh bersama suami, sudah tidak ada peluang. Jangan-jangan suami kahwin lagi. Maka waktu itu datang kemuncak marah. Cuba tanam cinta dengan Tuhan dari tadika. Nanti waktu menopause itu adalah kemuncak cinta dengan Tuhan, hendak bersama suami pun sudah tidak minat. Betapalah kalau dia sudah merasa dekat dengan mati.

Ahli sains tidak bertemu perkara ini. Mereka kaji dan mendapati semua orang menopause pemarah. Lantas diberi jawapan, yang pasti, bila wanita menopause akan jadi pemarah. Sebenarnya sebab dari kecil lagi ditanam cinta dunia hingga kemuncak.

Sepatutnya manusia gembira dengan menopause. Tuhan bermaksud baik bila wanita menopause. Yang pertama, wanita tidak perlu cuti sembahyang lagi. Wanita akan merasa Tuhan mahu sentiasa bertemu dengannya. Bertemu dengan Tuhan lebih indah lagi dari bertemu dengan suami. Yang kedua, waktu menopause itu, perasaan wanita itu sudah mula memikirkan mati. Menyuburkan perasaan itu adalah lebih baik dari mengangan-angankan sesuatu yang sudah berlaku.

Katalah waktu hendak mati itu kebetulan cinta kita dengan kereta, bila ditanya dalam kubur, siapa Tuhan kamu? Jawapan kita, "kereta." Waktu disoal mungkar dan nakir, jawapan yang akan datang adalah apa yang ada dalam hati. Yang jawab bukan mulut kita tetapi iman kita.

Tentang bagaimana hendak mujahadah, perlulah pengajian yang mendalam. Mujahadah ini sepertilah jogging yang dibuat orang untuk kesihatan tubuhnya. Mujahadah adalah satu exercise yang perlu dibuat untuk kesihatan rohnya. Kalau kita bersenam untuk mengeluarkan peluh dan toksin, mujahadah ini adalah untuk keluarkan syaitan dan nafsu yang selalu merosakkan perasaan kita. Caranya dengan menggunakan Allah. Senaman fizikal guna tenaga fizikal. Untuk lawan nafsu syaitan, kena gunakan Allah, Rasul dan guru mursyid. Sebenarnya kalau hendak berjaya dalam mujahadah ini perlu ada cinta dan takut dengan Allah yang dipandu oleh mursyid.


Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 17-8-2007 06:44 PM | Show all posts
salam, ada kemusykilan ni,
1-apa hukumnya sembahyang berjemaah berimamkan pita rakaman? sah ker solatnyer?
2-buleh ker solat berimamkan imam yg kita tak nampak, contoh : imam di bilik lain, bukan dipisahkan tabir kain, tapi dinding, cuma dengar suara dari speaker.
Reply

Use magic Report

Post time 18-8-2007 11:48 AM | Show all posts

Reply #147 lipsofanangel's post

loor... silap tred....

pi kt soal jwb agama kt atas sana.....
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 20-8-2007 04:22 PM | Show all posts

Aishah bint Abi Bakar

Kisah hidup Saidatina Aisyah rha. telah membuktikan bahawa wanita mampu menguasai bidang keilmuan mengatasi kaum lelaki serta mampu menjadi pendidik kepada para ilmuan dan pakar-pakar pelbagai bidang. Kehidupan beliau juga menjadi bukti kemampuan wanita dalam mempengaruhi pandangan masyarakat, baik lelaki mahupun perempuan, serta membekalkan sumber inspirasi and kepimpinan yang mantap. Wanita yang kaya dengan pekerti tinggi,lemah lembut serta sopan santun ini juga telah membawa kebahagiaan dan ketenangan hati yang tidak putus kepada suaminya.

Saidatina Aisyah rha. bukan seorang graduan dari mana-mana universiti memandangkan belum wujud lagi institusi sedemikian pada ketika hayat beliau seperti yang ada sekarang. Namun begitu, lafaz ucapan beliau menjadi bahan kajian dalam bidang sastera, fatwa- fatwa syariah yang beliau keluarkan dikaji di institusi-instusi perundangan, hidup dan hasil pengkajian beliau diteliti oleh para mahasiswa dan pendidik dalam pengkajian sejarah Islam sejak seribu tahun yang lalu.

Khazanah pengetahuan yang dimiliki Saidatina Aisyah rha. diperoleh sejak beliau masih seorang kanak-kanak. Pada usia mudanya, Aisyah rha. dibesarkan oleh bapanya, seorang Muslim yang dihormati dan disegani ramai lantaran ketinggian ilmunya, kelembutan budi pekertinya serta peribadinya yang disegangi ramai. Tambahan pula, beliau sahabat yang paling rapat dengan Rasulullah saaw. serta merupakan pengunjung setia ke rumah Rasulullah saaw. sejak zaman awal kerasulan baginda.

Semenjak beliau muda, Aisyah rha. yang terkenal dengan paras rupanya yang menawan serta daya ingatan yang kuat, diletakkan di bawah jagaan Rasulullah saaw. sendiri. Sebagai isteri serta pendamping baginda Rasulullah, Aisyah rha. berpeluang menimba ilmu pengetahuan dari baginda sehingga ke tahap yang tidak mungkin ditandingi oleh wanita-wanita lain.

Aisyah rha. menjadi isteri Rasulullah saaw. di Mekah di sekitar usia beliau mencecah sepuluh tahun, namun hanya mula menjalankan tanggungjawab sebagai seorang isteri setelah tahun kedua Hijrah, iaitu ketika usia beliau sekitar empatbelas hingga limabelas tahun. Pada waktu sebelum dan selepas pernikahan beliau, Aisyah rha. tetap mempamerkan kegirangan serta sifat semulajadi seorang kanak-kanak. Beliau seidkit pun tidak teruja dengan statusnya sebagai isteri kepada seorang Nabi Allah yang begitu disanjungi dan dikasihi oleh para sahabat. Ini termasuklah kedua ibubapa Aisyah sendiri yang menumpukan sepenuh kasih saying serta hormat mereka kepada Rasulullah saaw. berbanding orang lain.

Berkenaan pernikahan beliau kepada Rasulullah saaw., Aisyah rha. menceritakan, sejurus sebelum beliau ditetapkan meninggalkan rumahnya, beliau telah keluar ke halaman rumah untuk bermain-main dengan rakannya yang sedang berlalu di situ:

"Aku sedang bermain di atas jungkang-jungkit dan rambutku yang panjang telah menjadi kusut" kata beliau. "Mereka datang mendapatkan ku dari permainan ku lalu menyiapkan ku."

Saidatina Aisyah rha. dipakaikan pakaian pengantinnya yang diperbuat dari sutera halus berjalur merah dari Bahrain. Seterusnya beliau dibawa oleh ibunya ke rumahnya yang baru siap dibina serta disambut oleh wanita-wanita Ansar di muka pintu. Mereka manyambutnya dengan ucapan "Demi kebaikan dan kebahagiaan dan semoga diiringi kesenangan." Dalam kehadiran baginda Rasulullah yang sedang tersenyum lembut, semangkuk susu dibawa kepada mereka. Rasulullah saaw. minum darinya lalu memberikan susu itu kepada Aisyah. Aisyah dengan segan silu menolak pelawaan Rasulullah itu. Namun apabila Rasulullah sekali lagi menyuruh Aisyah minum dari semangkuk susu itu, Aisyah pun berbuat demikian. Seterusnya mangkuk itu diberikan kepada kakak beliau, Asma, yang berada di sisinya serta diedarkan kepada mereka yang hadir di situ. Itulah keraian yang menandai pernikahan baginda Rasulullah dengan saidatina Aisyah yang dijalankan dalam penuh kesederhanaan.

Status beliau sebagai isteri Rasulullah saaw. tidak merubah sifat riang Aisyah sebagai seorang kanak-kanak. Rakan-rakan beliau sering berkunjung ke rumah untuk bermain-main dengannya.

"Sedang aku bermain dengan permainanku," cerita Saidatina Aisyah rha., "bersamaku ada kawan-kawanku, dan datang baginda Rasulullah kepadaku, lalu mereka akan keluar meninggalkanku, akan tetapi Rasulullah keluar mendapatkan rakan-rakanku itu dan membawa mereka kembali kerana baginda senang denganku bermain dengan mereka." "Kadangkala baginda berkata, "Tinggal di situ, wahai Aisyah," dan sebelum sempat rakan-rakanku meninggalkanku, baginda akan turut serta dalam permainan kami" Kata Aisyah r.a. "Suatu hari, baginda Rasulullah datang ketika aku sedang bermain-main dengan anak patungku, dan baginda berkata, "Wahai Aisyah, permainan apakah ini?" "Inilah kuda-kuda Sulaiman," kata ku dan baginda pun tertawa." Ada ketika apabila baginda pulang ketika Aisyah sedang bermain dengan rakan-rakannya, baginda Rasulullah akan berselindung di sebalik jubahnya agar tidak mengganggu Aisyah dan rakan-rakan beliau yang sedang bermain.

Detik-detik awal kehidupan Aisyah rha. di Madinah turut melalui saat-saat yang mencabar. Pada suatu ketika, bapa beliau bersama dua orang sahabat yang tinggal bersamanya ketika itu telah diserang demam panas yang sering melanda Madinah pada musim-musim tertentu. Ketika Aisyah menziarahi bapanya, beliau terkejut melihat ketia-tiga orang lelaki itu sedang terlantar dalam keadaan tenat dan lemah. Aisyah bertanyakan khabar bapanya itu namun jawapan yang diberi bapa beliau tidak dapat difahami. Dua orang sahabat yang sedang tenat itu juga mengeluarkan baris-baris puisi yang difikirkan Aisyah hanyalah ratapan seorang yang sedang sakit tenat. Saidatina Aisyah berasa gusar lalu pulang menceritakan peristiwa itu kepada baginda Rasulullah saaw.:

"Mereka maracau-racau, tidak keruan, disebabkan demam panas itu,' Kemudian Rasulullah bertanya kepada Aisyah apa yang diperkatakan oleh bapanya serta dua orang sahabat yang sedang sakit tadi. Baginda berasa lega setelah Aisyah mengulangi setiap apa yang dikatakan oleh mereka walaupun kata-kata itu belum mampu difahami oleh Aisyah sendiri. Peristiwa ini menggambarkan daya ingatan Aisyah yang begitu kuat yang bakal memainkan peranan penting dalam meriwayatkan hadith-hadith baginda Rasulullah saaw.

Di kalangan isteri-isteri baginda di Madinah, Aisyah nyata sekali merupakan kesayangan Rasulullah saaw. Dari masa ke semasa, salah seorang sahabat baginda akan bertanya,:

"Wahai Rasulullah, siapakah yang paling kau sayangi di dunia ini?" Jawab baginda sering berbeza-beza kerana baginda begitu mengasihi anak-anak serta cucu-cucunya, sahabat baginda Abu Bakar, Ali, Zaid serta anak beliau Usamah. Namun di kalangan isteri baginda yand sering disebut hanyalah Aisyah. Aisyah sendiri begitu mengasihi baginda Rasulullah serta sering meminta kepastian tentang kasih baginda terhadapnya. Pernah suatu ketika Aisyah rha. bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimanakah kasihmu terhadapku?"

"Seperti ikatan simpulan tali," jawab baginda yang bermaksud kasihnya itu kuat dan kukuh. Lalu pada waktu-waktu seterusnya Saidatina Aisyah rha. akan bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimana keadaan simpulan itu?" dan jawab baginda "Demi Allah, masih sama (kukuh)".

Begitu kasihnya Aisyah kepada baginda Rasulullah sehinggakan lahir rasa cemburu dan tidak berpuas hati sekiranya perhatian Rasulullah dicurahkan kepada orang lain melebihi dirinya sendiri. Aisyah bertanya kepada baginda,:

"Wahai Rasul Allah, katakan sendiri padaku. Sekiranya engkau berada di antara dua lembah, yang satunya tidak pernah diragut rumputnya sedangkan yang satu lagi sudah pernah diragut rumputnya, dimanakah akan engkau lepaskan ternakkanmu?"

"Di lembah yang rumputnya belum pernah diragut," jawab Rasulullah. "Namun begitu," kata beliau "aku tidaklah seperti isteri-isterimu yang lain. Setiap orang dari mereka pernah mempunyai suami yang lain sebelum mu kecuali diriku."

Rasulullah hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa. Cerita Aisyah lagi tentang sikap cemburunya itu:

"Aku tidak mencemburui isteri-isteri Rasulullah yang lain sebagaimana aku mencemburui Khadijah, disebabkan baginda sering menyebut-nyebut nama Khadijah serta telah diperintahkan Allah untuk menyampaikan berita gembira kepada Khadijah tentang mahligainya di syurga yang bertatahkan permata. Setiap kali baginda Rasulullah membuat sembelihan, pasti akan diberikan sebahagian daripada daging sembelihan itu kepada teman-teman rapat Khadijah. Berkali-kali pernah ku katakan kepada baginda, "Seolah-olah tidak pernah ada wanita lain di dunia in selain Khadijah,"

Reply

Use magic Report

Post time 20-8-2007 04:22 PM | Show all posts
Pernah suatu ketika Aisyah mengadu tentang sikap Rasulullah yang begitu memandang tinggi terhadap "seorang wanita tua Quraisy", baginda berasa tersinggung lalu berkata: "Dialah isteri yang mempercayai diriku sedangkan orang lain menafikan diriku. Sedangkan orang lain mendustai ku, dia meyakinkan kebenaranku. Sedang aku dipulaukan, dia membelanjakan segala harta kekayaannya untuk meringankan beban sengsara ku."

Walaupun Aisyah memiliki sifat cemburu yang sebenarnya tidak membawa kepada keburukan, beliau sesungguhnya seorang yang amat pemurah dan penyabar. Beliau mengharungi kehidupan yang serba kekurangan bersama isteri-isteri Rasulullah yang lain. Beliau tidak betah hidup tanpa sesuap makanan pun dalam jangka waktu yang panjang. Berhari-hari lamanya dapur rumah beliau tidak berasap dan beliau hidup bersama Rasulullah di atas buah tamar dan air semata-mata. Hidupnya yang miskin tidak membawa sebarang tekanan atau memalukan Aisyah rha.; hidup berdikari tidak mengganggu cara hidup beliau walau sedikit pun.

Pernah suatu ketika, Rasulullah telah memutuskan perhubungan dengan isteri-isteri baginda sehingga sebulan lamanya. Ini disebabkan mereka meminta sesuatu yang Rasulullah tidak mampu berikan. Peristiwa ini berlaku selepas peperangan di Khaibar dimana kemenangan umat Islam membawa harta rampasan serta membuahkan keinginan terhadap harta kekayaan. Setelah kembali dari beruzlah, baginda Rasulullah pertama sekali menuju ke rumah Aisyah. Beliau begitu gembira melihat baginda telah kembali, namun Rasulullah mengkhabarkan kepadanya tentang penerimaan wahyu yang menyuruh baginda memberikan Aisyah dua pilihan. Baginda seterusnya membacakan ayat :

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar." (al-Ahzab 28-29)

Jawab Aisyah:
"Sesungguhnya aku memilih Allah dan RasulNya dan kehidupan di akhirat," dan jawabnya itu disetujui isteri-isteri baginda yang lain.

Beliau setia terhadap pilihannya itu sepanjang hidupnya bersama Rasulullah dan begitu juga setelah kewafatan baginda. Apabila umat Islam dilimpahi harta kekayaan yang banyak, beliau pernah dihadiahkan seratus ribu dirham. Walaupun ketika itu beliau sedang berpuasa dan hidup dalam kekurangan, seluruh pemberian itu disedekahkan kepada fakir miskin. Sejurus selepas itu, seorang pembantu rumahnya bertanya, "Bolehkan engkau menggunakan satu dirham untuk membeli daging buat berbuka puasa?"

"Jika aku terfikirkan hal ini tadi, pasti aku sudah melakukannya," jawab Aisyah rha. Kasih sayang Rasulullah terhadap Aisyah berkekalan sehingga akhir hayat baginda. Ketika baginda sedang nazak, baginda telah pulang ke rumah Aisyah atas izin isteri-isteri baginda yang lain. Kebanyakan masa baginda hanya terlantar di katil dengan kepala baginda di atas pangkuan Aisyah. Saiditina Aisyah telah meminta kayu siwak dari abangnya (atau adik lelaki?) serta mengunyah kayu siwak itu untuk melembutkannya lalu diberikan kepada Rasulullah. Walaupun sudah berkeadaan tenat, baginda menggosok gigi baginda dengan bersungguh-sungguh. Tidak lama kemudian, baginda jatuh pengsan dan tidak sedarkan diri dan Aisyah melihat itu adalah tanda-tanda ajal baginda telah sampai. Namun sejam kemudian, baginda kembali membuka mata.

Aisyahlah yang menyaksikan dan menyampaikan kisah saat-saat akhir sebelum kewafatan insan mulia ini, kekasih Allah moga dilimpahi rahmatNya.

Setelah baginda sedar kembali, Aisyah mengingati Izrail telah berkata kepadanya: "Tidak seorang Nabi itu diambil nyawanya melainkan dia telah ditunjukkan tempatnya di syurga serta diberikan pilihan samada untuk hidup atau mati,"

"Baginda tidak akan memilih untuk bersama kita," kata Aisyah pada dirinya. Kemudian Aisyah terdengar baginda berkata, "Demi pertemuan agung di syurga, demi hamba-hambanya yang dilimpahi rahmatNya, para Nabi, para syuhada dan orang-orang yang beriman!" Dan sekali lagi beliau terdengar baginda berkata "ya Tuhanku, demi pertemuan agung di syurga" Inilah kata-kata terakhir baginda yang didengar oleh Saidatina Aisyah rha. Sedikit demi sedikit, kepala Rasulullah semakin berat di pangkuan Aisyah, sehinggalah sahabat-sahabat yang lain mula menitiskan air mata. Lalu Aisyah meletakkan kepala Rasulullah di atas bantal dan turut serta menangisi permergian baginda.

Di lantai rumah Aisyah, berhampiran tempat pembaringan Rasulullah ketika baginda sedang nazak, sebuah kubur digali dan di situlah bersemadi jasad penutup segala Nabi, di kala umatnya sedang dalam kegelisahan dan kesedihan yang mendalam.

Aisyah hidup selama hampir lima puluh tahun setelah kewafatan Rasulullah saaw. Sepuluh tahun hidup beliau sebagai isteri Rasululluah. Sebahagian besar waktu itu diluangkan dengan mempelajari dua sumber penting petunjuk Allah, iaitu al-Quran dan sunnah Rasulullah. Tiga orang daripada isteri-isteri Rasulullah yang menghafaz al-Quran, dan salah seorang daripadanya adalah Aisyah rha.(di samping Ummu Salamah dan Hafsah). Seperti Hafsah, Aisyah juga mempunyai salinan al-Quran yang ditulis setelah kewafatan Rasulullah.

Berkenaan dengan hadith baginda Rasulullah, Aisyah merupakan salah seorang daripada empat orang sahabat (termasuk Abu Hurairah, Abdullah ibn Umar dan Anas Ibn Malik) yang meriwayatkan lebih dua ribu hadith. Kebanyakan hadith-hadith ini berkaitan amalan-amalan peribadi Rasulullah yang hanya mampu diketahui oleh Aisyah rha. Satu aspek penting berkenaan hadith yang diriwayatkan Aisyah ialah hadith-hadith tersebut disampaikan dalam bentuk tulisan oleh, antara lainnya, anak saudara beliau, Urwah ibn az-Zubair yang merupakan salah seorang ulama terkenal di kalangan tabi'in.

Ramai di kalangan sahabat Rasulullah dan pengikut-pengikut mereka yang menimba dari ilmu pengetahuan Aisyah rha. Abu Musa al Ashari pernah berkata: "Sekiranya kami di kalangan sahabat Rasulullah menghadapi kemusykilan, maka akan kami bawa kepada Saidatina Aisyah rha.

Urwah ibn az-Zubair menegaskan bahawa Aisyah bukan sahaja arif dalam bidang fiqh, bahkan juga dalam bidang tibb(perubatan) dan syair. Ramai di kalangan sahabat baginda Rasulullah turut merujuk kepada Aisyah berkenaan masalah pewarisan harta yang memerlukan kemahiran tinggi dalam bidang matematik. Para ulama menganggap Saidatina Aisyah sebagai salah seorang ahli fuqaha Islam terawal di samping Umar Ibn al-Khattab, Ali dan Abdullah ibn Abbas. Kata baginda Rasulullah tentang dalamnya pengetahuan Aisyah dalam Islam; "Pelajarilah sebahagian daripada agamamu dari Al-Humaira, atau 'si merah' adalah nama panggilan Rasulullah kepada Saidatina Aisyah rha.

Saidatina Aisyah rha. bukan sahaja memiliki ketinggian ilmu pengetahuan, bahkan turut memainkan peranan penting dalam proses pendidikan dan pembentukan masyarakat ketika itu. Sebagai seorang guru, beliau memiliki lisan yang jelas dan menarik hati serta kelancaran bertutur kata beliau digambarkan dengan begitu tinggi oleh al-Ahnaf: "Aku pernah mendengar ucapan dari Abu Bakar dan Umar, dari Uthman dan Ali serta para khulafa" hingga ke hari ini, tetapi belum pernah aku mendengar ucapan yang lebih indah dan lebih menarik hati dari mulut seorang pun melainkan Aisyah rha.

Manusia dari segenap pelusuk tanah Arab telah pergi menemui Aisyah untuk mempelajari ilmu yang dimilikinya. Dikatakan lebih ramai bilangan wanita daripada lelaki yang datang untuk menimba ilmu daripada beliau. Di samping menjelaskan kemusykilan orang ramai, beliau turut mengambil anak-anak kecil, ada di kalangan mereka yatim piatu, untuk dibesarkan dan dilatih di bawah bimbingannya sendiri. Di samping itu juga terdapat saudara-saudara beliau yang mendapat bimbingan yang sama. Dengan demikian, rumah Saidatina Aisyah rha. dijadikan sekolah dan sebuah institusi pengajian.

Ada di kalangan anak-anak didikan Aisyah yang cemerlang di bawah pimpinan beliau. Sudah disebut sebelum ini tentang anak saudara lelaki beliau iaitu Urwah ibn az-Zubair sebagai salah seorang perawi hadith terkemuka. Di antara pelajar wanita didikan Aisyah ialah Umrah binti Abdur Rahman. Umrah dianggap oleh para ulama sebagai seorang perawi hadith yang thiqah dan dikatakan bertindak sebagai setiausaha Aisyah rha dalam menerima dan menjawab surat-surat yang diterima Aisyah. Peranan Aisyah dalam menggerakkan proses pendidikan terutamanya bagi kaum wanita seharusnya dijadikan contoh ikutan.

Selepas Khadijah al-Kubra (yang hebat) dan Fatimah az-Zahra (yang menawan), Aisyah as-Siddiqah (yang membenarkan) dianggap sebagai wanita terbaik dalam Islam. Dari keteguhan peribadinya, beliau menjadi seorang pakar dalam setiap bidang pengetahuan, dalam masyarakat, politik bahkan peperangan. Beliau sering menyesali penglibatannya dalam peperangan namun dibarkahi dengan umur yang panjang berpeluang membetulkan kedudukannya sebagai wanita paling dihormati sewaktu hayatnya. Beliau kembali ke rahmatullah dalam bulan Ramadhan pada tahun kelima puluh lapan selepas Hijrah. Atas arahan beliau sendiri, jasadnya disemadikan di Jannat al-Baqi di Madinah al-Munawwarah, di kalangan sahabat baginda Rasulullah saaw.


Wallahu a'lam.
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

30-4-2024 12:53 AM GMT+8 , Processed in 0.343704 second(s), 32 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list