CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: Aahil_adha

Fatwa Ulama Warisatul Anbiya terhadap Fahaman Hulul dan Wahdatul Wujud

[Copy link]
Post time 24-11-2012 05:43 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 24-11-2012 04:00 PM
Tak habis2 dengan modal... dihilangkan, ditambah, dipinda pada kitab ... kemudian pandai2 tambah y ...

Ini yang mampu kamu tuleh...memalukan je, Inilah puak wahabbi paling bangang yang penah aku jumpa
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 24-11-2012 10:37 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 24-11-2012 04:00 PM
Tak habis2 dengan modal... dihilangkan, ditambah, dipinda pada kitab ... kemudian pandai2 tambah y ...

Lor ini je modal kamu ? Adeh... memalukan. kamu panggillah ustad wahabi lain utk bicara. terang-terangan kamu takda ilmu dan tak amal. Kaki tempek je ni. dok tepi jerlah kalau mcm ni. memalukan manhaj kamu.
Reply

Use magic Report

Post time 25-11-2012 12:11 PM | Show all posts
callmeuncleusin posted on 24-11-2012 05:43 PM
Ini yang mampu kamu tuleh...memalukan je, Inilah puak wahabbi paling bangang yang penah aku jumpa
...

.. sekor lagi penganut sufism bongok ... ditipu ulama barelwi !
Reply

Use magic Report

Post time 25-11-2012 12:30 PM | Show all posts
Aahil_adha posted on 24-11-2012 10:37 PM
Lor ini je modal kamu ? Adeh... memalukan. kamu panggillah ustad wahabi lain utk bicara. terang-te ...

... ha ha ha... ostad barelwi nak serang wahabi pulak !
jawab jer persoalan aku .... dengan aku pun- ko dah terkangkang..

It is mentioned in Mutawatir Hadith: “Whoever lies upon me intentionally, he should prepare his place in hell.”
Sufiyan Ath-Thawri said: “If a man thinks about lying in a Hadith and he is in his house, Allah will make him apparent”
Sufiyan ibn ‘Uyaynah said: “Allah did not hide anyone who lied in Hadith”
Ibnul Mubarak was asked: “Are these Ahadith fabricated?” and he replied: “The experts will find it, Allah said: “We have sent down the Zikr and We will protect it.”

Many Sufis like Al-Qastalani and others mentioned the Hadith of Jabir without Isnad about the light of the Prophet (saw) being created first from the light of Allah, and the creation was then created from this light. And they attributed this Hadith to Imam ‘AbdurRazaq. And none before ever mentioned such a Hadith from ‘AburRazaq. The heretic Sufi Ibn ‘Arabi mentioned it but without any reference to ‘AbdurRazaq.

And the people of innovations were not satisfied with this edition of Al-A’zami, as they could not find the Hadith of Nur from Jabir quoted by Al-Qastalani and others. So they hoped that maybe the first missing pages contained this Hadith.

And the Brawliyah from India claimed they found this lost Juzz and they sent it to Dr ‘Isa ibn ‘Abdillah ibn Muhammad ibn Mani’ Al-Himyari of Emirates who published it with his Tahqiq in 2005 with the name “Juzz Awal min al-Musannaf lil Hafiz al-Kabeer Abi Bakr ‘AbdurRazaq ibn Humam As-San’ani”

Shaykh At-Tuklah said that whoever ponders over this book will see it is a lie and a calumny upon Hafiz ‘AbdurRazaq, and this was only invented to promote the creed of Nur Muhammadi (Prophetic light). The Sanads are clearly fabricated and any experts can see that at first glance, and the texts (Mutun) are opposing the Shari’ah and have non-Arabic style, meaning the words are not in a fluent Arabic.


Link-->    Words on the description of this fabricated manuscript
Reply

Use magic Report

Post time 25-11-2012 12:48 PM | Show all posts
@Aahil_adha
Ulama Warisatul Anbiya ker begini ?

Orang-orang sufi, dalam rangka merealisasikan ajarannya, menempuh beberapa jalan. Jalan terpenting itu, diantaranya :

[1] Menjauhkan diri dari menuntut ilmu syar’i. Dikatakan oleh Al-Junaid, seorang pentolan sufi, “Yang paling aku sukai pada seorang pemula, bila tak ingin berubah keadaannya, hendaknya jangan menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut : mencari penghidupan, menimba ilmu (hadits) dan menikah. Dan yang lebih aku sukai lagi, pada penganut sufi, tidak membaca dan menulis. Karena hal itu hanya akan menyita perhatiannya”.[Quwat Al-Qulub]

Demikian pula yang dikatakan Abu Sulaiman Ad-Darani, “Jika seseorang menimba ilmu (hadits), bepergian untuk mencari penghidupan, atau menikah, sungguh ia telah condong kepada dunia”[Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi]

[2] Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits dha’if (lemah), munkar dan maudhu’ (palsu) dengan cara kasyaf. Sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, “Kalian mengambil ilmu dari mayat ke mayat. Sedang kami mengambil ilmu dari yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.

Hal itu seperti yang telah disampaikan para pemimpin kami : “Telah mengabarkan pada aku hatiku dari Rabbku”. Sedang kalian (maksudnya, kalangan Ahlu Al-hadits) mengatakan : “Telah mengabarkan kepada kami Fulan”. Padahal, bila ditanya dimana dia (si Fulan tersebut) ?.

Tentu akan dijawab : “Ia (Fulan, yakni yang meriwayatkan ilmu atau hadits tersebut) telah meninggal”. “(Kemudian) dari Fulan (lagi)”.

Padahal, bila ditanyakan dimana dia (Fulan tadi)? Tentu akan dijawab : “Ia telah meninggal”.[Al-Kawakib Ad-Durriyah dan Al-Futuhat Al-Makkiyah]

Dikatakan pula oleh Ibnu Arabi, “Ulama Tulisan mengambil peninggalan dari salaf (orang-orang terdahulu) hingga hari kiamat. Itulah yang menjauhkan atau menjadikan timbulnya jarak antara nasab mereka.

Sedang para wali mengambil ilmu dari Allah (secara langsung -pent). Yakni, dengan cara Ia (Allah) mengilhamkan kedalam hati para wali”[Al-Kawakib Ad-Durriyah dan Rasail, Ibnu Arabi].

Dikatakan oleh Asy-Sya’rani, “Berkenan dengan hadits-hadits. Walaupun cacat menurut para ulama ilmu hadits, tapi tetap shahih menurut ulama ilmu kasyaf”.[Al-Mizan].

[3] Menganggap menimba ilmu (hadits) sebagai perbuatan aib dan merupakan jalan menuju kemaksiatan serta kesalahan. Ibnu Al-Jauzi menukil, bahwa ada seorang syaikh sufi melihat seorang murid membawa papan tulis , maka dikatakannya kepada murid tersebut :”Sembunyikan auratmu”.[Tablis Iblis] Bahkan, mereka saling mewariskan sebagian petua2 yang mengarah menjauhkan peninggalan salaf soleh.

Ahlul sunnah ker puak2 sufi yang mengamalkan ilmu yang disingkapnya alam ghaib bagi mereka. Caranya, dengan kasyaf (penyingkapan), tajliyat (penampakan) serta melakukan kontak langsung dengan Allah dan Rasulullah s.a.w ?
Pemikiran ilmu laduni dipelopori oleh Hisyam Ibnu Al-Hakam (Mati 199H), seorang penganut Syi’ah yang mahir ilmu kalam. Ia berasal dari Kufah. [Minhaj As-Sunnah, Syaikh Islam Ibnu Taimiyah]







Last edited by Nazrulism on 25-11-2012 12:59 PM

Reply

Use magic Report

Post time 25-11-2012 04:36 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 25-11-2012 12:48 PM
@Aahil_adha
Ulama Warisatul Anbiya ker begini ?
[1] Menjauhkan diri dari menuntut ilmu syar’i. Dikatakan oleh Al-Junaid, seorang pentolan sufi, “Yang paling aku sukai pada seorang pemula, bila tak ingin berubah keadaannya, hendaknya jangan menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut : mencari penghidupan, menimba ilmu (hadits) dan menikah. Dan yang lebih aku sukai lagi, pada penganut sufi, tidak membaca dan menulis. Karena hal itu hanya akan menyita perhatiannya”.[Quwat Al-Qulub]

Demikian pula yang dikatakan Abu Sulaiman Ad-Darani, “Jika seseorang menimba ilmu (hadits), bepergian untuk mencari penghidupan, atau menikah, sungguh ia telah condong kepada dunia”[Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi]




Owh no! Satu pembohongan abang Ngah, mana dapat neh? Letak muka surat berapa kata-kata ini. Kerana Ibnu Arabi dan Al- Junaid sendiri gigih mencari ilmu seawal usia sehingga menjadi ulama sufi dan depa bernikah.
Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 26-11-2012 02:38 PM | Show all posts
bintang posted on 25-11-2012 04:36 PM
Owh no! Satu pembohongan abang Ngah, mana dapat neh? Letak muka surat berapa kata-kata ini ...

.... Bukaklah kitab (yg disebut) tu- baca semua sekali, jangan dekat page tertentu sahaja !
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-11-2012 08:31 AM | Show all posts
Nazrulism posted on 26-11-2012 02:38 PM
.... Bukaklah kitab (yg disebut) tu- baca semua sekali, jangan dekat page tertentu sahaja !
[1] Menjauhkan diri dari menuntut ilmu syar’i. Dikatakan oleh Al-Junaid, seorang pentolan sufi, “Yang paling aku sukai pada seorang pemula, bila tak ingin berubah keadaannya, hendaknya jangan menyibukkan hatinya dengan tiga perkara berikut : mencari penghidupan, menimba ilmu (hadits) dan menikah. Dan yang lebih aku sukai lagi, pada penganut sufi, tidak membaca dan menulis. Karena hal itu hanya akan menyita perhatiannya”.[Quwat Al-Qulub]

Demikian pula yang dikatakan Abu Sulaiman Ad-Darani, “Jika seseorang menimba ilmu (hadits), bepergian untuk mencari penghidupan, atau menikah, sungguh ia telah condong kepada dunia”[Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi]


Na'uzubillahiminzalik.

Maaf, saya tak jumpa langsung kata-kata ni dalam kedua kitab ini.

Tolong bawa bukti kepada tuduhan ini? kamu kutip dari mana? muka surat berapa?
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 28-11-2012 08:35 AM | Show all posts
Nazrulism posted on 25-11-2012 12:30 PM
... ha ha ha... ostad barelwi nak serang wahabi pulak !
jawab jer persoalan aku .... dengan aku ...

Kan dah jawab bab ni? kamu dok ulang lagi pusing cite same nape? dah takde modal dah ke? takat ni je ke? takda ustad wahabi yang lagi hebat aku leh layan? sebab yang aku layan ni terang-terang kaki copy paste, tak mengaji. Aduh, buang masa aku rupanya.
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-11-2012 08:37 AM | Show all posts
Ni bukan kes apa ni, kes dah takleh naj jawab, dah takde modal, cari fitnah, kasi lari tajuk. mcm budak kecik
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-11-2012 08:46 AM | Show all posts
@Nazrulism ,

Menganggap menimba ilmu (hadits) sebagai perbuatan aib dan merupakan jalan menuju kemaksiatan serta kesalahan. Ibnu Al-Jauzi menukil, bahwa ada seorang syaikh sufi melihat seorang murid membawa papan tulis , maka dikatakannya kepada murid tersebut :”Sembunyikan auratmu”.[Tablis Iblis] Bahkan, mereka saling mewariskan sebagian petua2 yang mengarah menjauhkan peninggalan salaf soleh.

Halo brader, TOOLONG NYATAKAN IMAM IBNU AL-JAUZI R.A SEBUT CAMNI DALAM KITAB MANA? Tablis Iblis tu kitab wahabi, bukan ktiab dia. sila bawa bukti? Last edited by Aahil_adha on 29-11-2012 02:58 AM

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 28-11-2012 08:49 AM | Show all posts
Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits dha’if (lemah), munkar dan maudhu’ (palsu) dengan cara kasyaf. Sebagaimana dikatakan Abu Yazid Al-Busthami, “Kalian mengambil ilmu dari mayat ke mayat. Sedang kami mengambil ilmu dari yang Maha Hidup dan tidak pernah mati.

Hal itu seperti yang telah disampaikan para pemimpin kami : “Telah mengabarkan pada aku hatiku dari Rabbku”. Sedang kalian (maksudnya, kalangan Ahlu Al-hadits) mengatakan : “Telah mengabarkan kepada kami Fulan”. Padahal, bila ditanya dimana dia (si Fulan tersebut) ?.

Tentu akan dijawab : “Ia (Fulan, yakni yang meriwayatkan ilmu atau hadits tersebut) telah meninggal”. “(Kemudian) dari Fulan (lagi)”.

Padahal, bila ditanyakan dimana dia (Fulan tadi)? Tentu akan dijawab : “Ia telah meninggal”.[Al-Kawakib Ad-Durriyah dan Al-Futuhat Al-Makkiyah]

Dikatakan pula oleh Ibnu Arabi, “Ulama Tulisan mengambil peninggalan dari salaf (orang-orang terdahulu) hingga hari kiamat. Itulah yang menjauhkan atau menjadikan timbulnya jarak antara nasab mereka.

Sedang para wali mengambil ilmu dari Allah (secara langsung -pent). Yakni, dengan cara Ia (Allah) mengilhamkan kedalam hati para wali”[Al-Kawakib Ad-Durriyah dan Rasail, Ibnu Arabi].

Dikatakan oleh Asy-Sya’rani, “Berkenan dengan hadits-hadits. Walaupun cacat menurut para ulama ilmu hadits, tapi tetap shahih menurut ulama ilmu kasyaf”.[Al-Mizan].


Masya'allah, kamu main kutip kutip dari mana sebenarnya?? Yang ni pon tak jumpa! muka surat berapa? keluaran bila dan penerbitan siapa?? buktikan~! Kalau tidka kamu dah sebarkan fitnah! Last edited by Aahil_adha on 29-11-2012 03:01 AM

Reply

Use magic Report

Post time 29-11-2012 03:37 AM | Show all posts
Nazrulism posted on 23-11-2012 09:07 PM
Dah diterangkan tentang takdir dan luh mahfuz.

baghal tetap baghal....

Bahawa Umar r,anhu (pada riwayat Ashona bih) telah bertanya: “ Bilakah Anda telah jadi Nabi ?”. “ Mata ja’alta nabiyyan?” Lafaz ini terang bermakna tashyir   ( tercipta) yaitu “Mata shayyarta nabiyyan?”. Demikian itu tidak berlaku melainkan pada suatu yang memang maujud (telah ada) yg sah ia  bersifat dengan  yg  telah jadi  atau  yg sudah tercipta , sepertimana juga jika  anda berkata :“ Ja’altu qit'ataz zahab Khotiman”. Yaitu saya telah buat /cipta kan (j’altu) sepotong emas menjadi sebentuk cincin”.seperti itulah ,sepotong emas  tersebut sememangnya telah ada. Cuma tidak ia bersifat cincin lagi melainkan setelah menjadi cincin dan tercipta.

Selain  kalimah“Ja’alta” , kalimat  .(كنت)  “Kunta” pada hadis tersebut adalah juga menunjukkan telah tercipta. Para pembantah mengatakan logiknya makna hadis tersebut hanya menunjukkan peristiharan jadi Nabi di dalam taqdir Ilmu Allah. Ini telah  jelas  kemustahillannya dan batalnya berdasarkan Mafhum hadis-hadis tersebut.  lebih jelas lagi jika diperhatikan pertanyaan Sayyidina Umar Radiallahu anhu yg bertanyakan Rasulullah saw “Bilakah Anda telah menjadi Nabi?”. Terang dan jelas bahawa Sayyidina Umar ada lah Sahabat yg bijaksana yg tidak sepatutnya beliau bertanyakan Rasulullah saw suatu perkara yg telah maklum (taqdir) dan tidak memberi faedah yg lebih daripada maklumat yg sudah tersedia ada, juga mustahillah Rasulullah saw akan memberikan satu jawaban yang tiada faedah dan bertentangan dengan musyahadah yg dharuri lagi putus, yakni penyaksian yg meyakinkan  bahawa baginda saw telah dilantik menjadi Nabi dan Rasul Allah ketika berusia 40 tahun. Atau sesuatu yang sudah maklum pada taqdir Allah ta’ala.


baghal tetap baghal....
Mazhab yang diakui 4 ... jika Baihaqi boleh buat mazhab sendiri jadilah mazhab yang lain!
Nampak bebenor hang nih bukan ahli sunnah wal jamaah..

Yg mazhab 4 tu dalam bab feqah jer..yelah lupa lak, level taska mana belajor lagi bab nih..

Iktiqad ASWJ, 1. bab tauhid mengikut mazhab Imam Abu Hassan Asya'ari
                      2. bab feqah mengikut mana2 mazhab yg 4
                      3. bab akhlak/tasawuf mengikut mazhab Imam Junaid, Imam Ghazali, Imam Sya'rani, Syeikh Ahmad Badwi      dan  ramai lagi ulama2 besar tasawuf yg ahli dalam bab mereka.

Jika az zahabi maksudkan ijtihad.... banyak ulama lain boleh berijtihad, bukan Baihaqi seorang yang boleh berijtihad !

Kuat feninnya....takkan Az zhahabi nak sebut semua..sedangkan dia fokus pada Imam Baihaqi







Reply

Use magic Report

 Author| Post time 29-11-2012 11:05 AM | Show all posts
baghal posted on 29-11-2012 03:37 AM
Bahawa Umar r,anhu (pada riwayat Ashona bih) telah bertanya: “ Bilakah Anda telah jadi Nabi ?”. ...

Dia ni kaki kutip dan tampal ja tuan. Ngaji ntah dgn siapa, ngaji sendiri kot. Lughah Arab pon tak tahu, pastu memandai nak terjemah dan takwil bercanggah dgn pendapat ulama terdahulu. Skg dia takleh jawab soalan, dia lari tempek fitnah atas ulama lagi skali, kali ini yg saya tak jumpa pon tuduhan tu. Saya nak tunggu suwuh dia bitau yg dia nyatakan dikutib kitab keluaran mana, terbitan siapa, halaman muka surat berapa. Kalau takda jugak, dia kaki tempek fitnah ja. Takda modal camtu le. Biar Allah Ta'ala sebagai saksi, pembaca disini sebagai saksi terhadap keburukan akhlaknya dan kebathilan ilmunya. Allahu Akbar!
Reply

Use magic Report

Post time 30-11-2012 12:49 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 26-11-2012 02:38 PM
.... Bukaklah kitab (yg disebut) tu- baca semua sekali, jangan dekat page tertentu sahaja !

Alahai abang Ngah... kalo tak, tade la bintang bertanya. Sebab tak relevan dengan kehidupan Ibn árabi untuk dia berstatement begitu
Reply

Use magic Report

Post time 3-12-2012 01:11 AM | Show all posts
Salam saudara/i

Berhenti memparpu-kari kn diri seketika
kita hadir seminar Menilai Tarekat & Kesufian Dengan Syariat Allah:
- pt. 1 of 4
- pt. 2 of 4
- pt. 3 of 4
- pt. 4 of 4


Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 10-12-2012 12:08 PM | Show all posts
bintang posted on 30-11-2012 12:49 PM
Alahai abang Ngah... kalo tak, tade la bintang bertanya. Sebab tak relevan dengan kehidupan Ibn á ...

Itulah kehidupan yang ditempuh olehnya... dengan kepercayaan yang sedemikian, akibat terpengaruh dengan falsafat akal manusia !
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2012 12:40 PM | Show all posts
baghal posted on 29-11-2012 03:37 AM
Bahawa Umar r,anhu (pada riwayat Ashona bih) telah bertanya: “ Bilakah Anda telah jadi Nabi ?”. ...
“ Mata ja’alta nabiyyan?” Lafaz ini terang bermakna tashyir   ( tercipta) yaitu “Mata shayyarta nabiyyan?”. Demikian itu tidak berlaku melainkan pada suatu yang memang maujud (telah ada) yg sah ia  bersifat dengan  yg  telah jadi  atau  yg sudah tercipta , sepertimana juga jika  anda berkata :“ Ja’altu qit'ataz zahab Khotiman”. Yaitu saya telah buat /cipta kan (j’altu) sepotong emas menjadi sebentuk cincin”.seperti itulah ,sepotong emas  tersebut sememangnya telah ada. Cuma tidak ia bersifat cincin lagi melainkan setelah menjadi cincin dan tercipta.

Bermakna kamu nak katakan Nur Muhammad adalah suatu yang memang maujud (telah ada) yg sah ia bersifat dengan yg telah jadi atau yg sudah tercipta ( sepotong emas menjadi sebentuk cincin”.seperti itulah ,sepotong emas tersebut sememangnya telah ada. Cuma tidak ia bersifat cincin lagi melainkan setelah menjadi cincin dan tercipta.)

Ringkasnya.
Nur Muhammad = Emas
Nabi Muhammad s.a.w = cincin.
lain-lain makhluk = lain2 cincin.

Dan yang kamu puja2 itu adalah emas (Nur Muhammad) Bukan puji cincin (Rasulullah).

Inilah akibat menyamakan penciptaan Allah dengan pertukangan manusia !
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2012 12:47 PM | Show all posts
Aahil_adha posted on 29-11-2012 11:05 AM
Dia ni kaki kutip dan tampal ja tuan. Ngaji ntah dgn siapa, ngaji sendiri kot. Lughah Arab pon tak ...

Promosi Hulul /ittihad dan wahdatul wujud oleh ulamak Sufi

Sekte Al Hulul, yang berkeyakinan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla bisa bertempat/menitis dalam diri manusia –Maha Suci Allah ‘Azza wa Jalla dari sifat ini-.
Keyakinan ini diserukan oleh beberapa tokoh-tokoh ekstrem ahli Tasawuf, seperti
1.        Hasan bin Manshur Al Hallaj - (kitab At Thawasiin, tulisan Al Hallaj hal.130):
Maha suci (Allah ‘Azza wa Jalla ) yang Nasut (unsur/sifat kemanusiaan)-Nya telah menampakkan rahasia cahaya Lahut (unsur/sifat ketuhanan)-Nya yang menembus
Lalu Tampaklah Dia dengan jelas pada (diri) makhluk-Nya
dalam bentuk seorang yang sedang makan dan sedang minum
Hingga (sangat jelas) Dia terlihat oleh makhluk-Nya
seperti (jelasnya) pandangan alis mata dengan alis mata

2.        Dalam sya’ir lain (kitab Al Washaaya, tulisan Ibnu ‘Arabi (hal.27), -Maha Suci Allah ‘Azza wa Jalla dari sifat-sifat kotor yang mereka sebutkan-) dia berkata:
Aku adalah yang mencintai dan yang mencintai adalah aku
kami adalah dua ruh yang bertempat di dalam satu jasad
Maka jika kamu melihatku (berarti) kamu melihat Dia
Dan jika kamu melihat Dia (berarti) kamu melihat kami


Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2012 12:51 PM | Show all posts
Wihdatul Wujud, yaitu keyakinan bahwa semua yang ada pada hakikatnya adalah satu dan segala sesuatu yang kita lihat di alam semesta ini tidak lain merupakan perwujudan/penampakan Zat Ilahi (Allah ‘Azza wa Jalla ) – maha suci Allah ‘Azza wa Jalla dari segala keyakinan kotor mereka-.
Pemuka sekte ini adalah Ibnu ‘Arabi Al Hatimi
Dalam kitabnya Al Futuhat Al Makkiyah (seperti yang dinukilkan oleh DR. Taqiyuddin Al Hilali dalam kitabnya Al Hadiyyatul Haadiyah hal. 43) dia menyatakan keyakinan kufur ini dengan ucapannya:
Hamba adalah tuhan dan tuhan adalah hamba
duhai gerangan, siapakah yang diberi tugas (melaksanakan syariat)?
Jika kau katakan: hamba, maka dia adalah tuhan
Atau kau katakan: tuhan, maka mana mungkin tuhan diberi tugas?!
Dan dalam kitabnya yang lain Fushushul Hikam (hal.192) dia mengwar-warkan: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembah anak sapi, tidak lain yang mereka sembah kecuali Allah.”


sebagaimana yang diterangkan oleh Ibnul Jauzi- Tasawuf adalah melatih jiwa dan menundukkan watak dengan berupaya memalingankannya dari akhlak-akhlak yang jelek dan membawanya pada akhlak-akhlak yang baik, seperti sifat zuhud, tenang, sabar, ikhlas dan jujur.
Kemudian Ibnul Jauzi mengatakan: “Inilah asal mula ajaran tasawuf yang dipraktekkan oleh pendahulu-pendahulu mereka, kemudian Iblis mulai memalingkan dan menyesatkan mereka dari generasi ke generasi berikutnya dengan berbagai macam syubhat (kerancuan) dan talbis (pencampuradukan), kemudian penyimpangan ini terus bertambah sehingga Iblis berhasil dengan baik menguasai generasi belakangan dari orang-orang ahli tasawuf. Pada mulanya, dasar upaya penyesatan yang diterapkan oleh Iblis kepada mereka adalah memalingkan mereka dari (mempelajari) ilmu agama dan mengesankan kepada mereka bahwa tujuan utama adalah (semata-semata) beramal (tanpa perlu ilmu), dan ketika Iblis telah berhasil memadamkan cahaya ilmu dalam diri mereka, mulailah mereka berjalan tanpa petunjuk dalam kegelapan/kesesatan, maka di antara mereka ada yang dikesankan padanya bahwa tujuan utama (ibadah) adalah meninggalkan urusan dunia secara keseluruhan, sampai-sampai mereka meninggalkan apa-apa yang dibutu*kan oleh tubuh mereka, bahkan mereka menyerupakan harta dengan kalajengking, dan mereka lupa bahwa Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan harta bagi manusia untuk kemaslahatan mereka, kemudian mereka bersikap berlebih-lebihan dalam menyiksa diri-diri mereka, sampai-sampai ada di antara mereka yang tidak pernah tidur (sama sekali).

Meskipun niat mereka baik (sewaktu melakukan perbuatan ini), akan tetapi (perbuatan yang mereka lakukan) menyimpang dari jalan yang benar. Di antara mereka juga ada yang beramal berdasarkan hadits-hadits yang palsu tanpa disadarinya karena dangkalnya ilmu agama. Kemudian datanglah generasi-generasi setelah mereka yang mulai membicarakan (keutamaan) lapar, miskin dan bisikan-bisikan jiwa, bahkan mereka menulis kitab-kitab (khusus) tentang masalah ini, seperti (tokoh sufi yang bernama) Al Harits Al Muhasibi.
Lalu datang generasi selanjutnya yang mulai merangkum dan menghimpun mazhab/ajaran tasawuf dan mengkhususkannya dengan sifat-sifat khusus, seperti Ma’rifah (mengenal Allah dengan sebenarnya)(??!), Sama’ (mendengarkan nyanyian dan lantunan musik), Wajd (bisikan jiwa), Raqsh (tari-tarian) dan Tashfiq (tepukan tangan), kemudian ajaran tasawuf terus berkembang dan para guru thariqat mulai membuat aturan-aturan khusus bagi mereka dan membicarakan (membangga-banggakan) kedudukan mereka (orang-orang ahli tasawuf), sehingga (semakin lama mereka semakin jauh dari petunjuk) para ulama Ahlusunnah, dan mereka mulai memandang tinggi ajaran dan ilmu mereka (ilmu tasawuf), sampai-sampai mereka namakan ilmu tersebut dengan ilmu batin dan mereka menganggap ilmu syari’at sebagai ilmu lahir??!
Dan di antara mereka karena rasa lapar yang sangat hingga membawa mereka kepada khayalan-khayalan yang rusak dan mengaku-ngaku jatuh cinta dan kasmaran kepada Al Haq (Allah ‘Azza wa Jalla ), (padahal yang) mereka lihat dalam khayalan mereka adalah seseorang yang rupanya menawan yang kemudian membuat mereka jatuh cinta berat (lalu mereka mengaku-ngaku bahwa yang mereka cintai itu adalah Allah ‘Azza wa Jalla ). Maka mereka ini (terombang-ambing) di antara kekufuran dan bid’ah, kemudian semakin banyak jalan-jalan sesat yang mereka ikuti sehingga menyebabkan rusaknya akidah mereka, maka di antara mereka ada yang menganut keyakinan Al Hulul, juga ada yang menganut keyakinan Wihdatul Wujud, dan terus-menerus Iblis menyesatkan mereka dengan berbagai bentuk bid’ah (penyimpangan) sehingga mereka menjadikan untuk diri-diri mereka sendiri tata cara beribadah yang khusus (yang berbeda dengan tata cara beribadah yang Allah ‘Azza wa Jalla syari’atkan dalam agama islam).” (Kitab Talbis Iblis, tulisan Ibnul Jauzi hal. 157-158).
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

24-2-2025 01:07 AM GMT+8 , Processed in 0.686267 second(s), 29 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list