Perempuan berkalung Sorban
Kisah tentang Perjuangan Perempuan dan Kesetaraan Gender
Sebuah Persembahan Harmonisasi Keluarga Sakinah
"Apa yang tersirat dari intelektualitas sosial Anda terhadap peran gender kaum hawa?
Apa masih ada diskriminasi atau ketidakberdayaan atas isyu-isyu kesetaraan gender yang gamang ?"
Kritiksinema- Berawal dari kecintaan terhadap rangkaian cerita dalam novel yang berjudul "Perempuan Berkalung Sorban" karya penulis muslimah Abidah El-Khalieqy. Produser kondang Chand Parwez Servia tertarik untuk mengadaptasi dalam bahasa visual dengan mengajak Ginatri S Noer sebagai penulis skenarionya dan sutradara Ayat-Ayat Cinta, Hanung Bramantyo untuk 'kembali' ke Starvision pasca film laris Get Married lalu. Film ini bersetting tahun 80-an diakui sangat inspiratif dan memberikan motivasi tersendiri saat berangkat dari novel yang telah dibaca oleh pihak produser tahun 2002 sejak diedarkan tahun 2001 dan tahun 2009. Ini menjadi momentum perlawanan terhadap sistem Patriarki yang membelenggu kebebasan ekspresif dari perempuan Indonesia. Parwez melihat posisi ibu yang mendapat tempat terhormat dan jadi sosok panutan untuk ibu Indonesia.
"Diamnya seorang ibu ternyata punya makna yang sangat berarti,". Lebih lanjut dikatakan bahwa film ini memberikan motivasi kesetaraan gender yang tidak salah kaprah tapi sebaliknya saling melengkapi satu sama lain."Ada pesan yang sangat universal untuk semua agama yang punya implementasi baik dalam kemajemukan masayarakat Indonesia tentang posisi dan peran perempuan," Tambahnya sambil Parwez selaku produser dalam film Starvision di awal tahun 2009 ini memperkenalkan Abidah selaku penulis novel dan Ginatri sebagai penulis skenarionya yang telah berkolaborasi baik bersama Hanung. Film ini tidak hanya diperkuat dengan crew handal tapi juga Tya Soebijakto selaku Music Director ditambah dengan soundtrack dari artis negeri Jiran Siti Nurhaliza dengan lagu Ketika Cinta ciptaan Opick dan Siti juga membawakan lagu dari melodi ciptaannya yang berjudul Batasku, Asa.
Ada sosok Anisa dalam novel diadaptasi oleh artis cantik Revalina S Temat yang telah menginjak dewasa dan Anisa kecil diperankan oleh artis cilik Nasya Abigail. Kali ini Revalina akan beradu akting dengan Oka Antara yang mendapat peran sebagai Khudori yang punya cinta tersembunyi kepada Anisa. Parwez menggarisbawahi bahwa film Perempuan Berkalung Sorban ini punya semangat keluarga dimana karakter dari ibu Anisa yang bernama Mutmainnah (Widyawati) dan sosok sang ayah sebagai ulama Salaf yang bernama Kyai Hanan (Joshua Pandelaky) memiliki kekuatan visual yang menarik sebagai tontonan sarat makna dan pesan moral menuju harmonisasi keluarga Sakinah.
Berawal dari pemberontakan Anisa kecil karena tidak bisa belajar menunggangi kuda dan akhirnya harus 'backstreet' untuk belajar bersama Khudori berujung pada kemelut rumah tangganya yang harus menemui kemelut berkepanjangan. Didukung oleh deretan artis berkarakter dan sukses difilm-film sebelumnya seperti Leroy Osmani, Risty Tagor, Cici Tegal, Ida Leman, Pangki Suwito, Reza Rahadian, Francine Roosenda dan masih banyak lagi lainnya.
Sementara itu ada fakta yang menarik dari penulis skenario, Ginatri bahwa ia awalnya saatnya membaca novel Abidah ini jadi benci laki-laki sehingga ada kalimat yang tercetus,"Perempuan adalah makhluk Kelas Dua". Namun ia menyadari setelah kuliah dan membaca buku lagi ternyata yang salah adalah sistem patriarki yang selama ini berlangsung di kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang saat ini sudah makin ditinggalkan dan terbukti dengan semakin banyaknya jabatan penting pemerintahan dan ormas yang sudah banyak dipegang oleh perempuan.
[ Last edited by jf_pratama at 15-1-2009 04:00 PM ] |