Telah datang musim gugur dan dedaunan menjadi gering dan layu. Telah hilang kemilau hijau menambat pandangan perawan apa lagi sang gelandangan asyik melukis kisah cinta tak kesampaian di teduhan meski semuanya pasrah lalu terbang bagai kelkatu dimain angin. Seketika dedaunan luruh bagai terlerainya sayap kelkatu di rerumput bukankah kalian yang bersuara - inilah perjalanan pohon wahai si tukang catat. Tajam tanpa belas angin menikam pohon dan diriku dan kita pun termangu dalam jejak-jejak sendiri.
Bunga-bunga menghabiskan riwayat mekarnya di jalanan ketika penaku melakarkan bait-bait puisi ini. Dari jendela pohonan tak kutahu warna dan usia seluruh reranting dan dahanmu bermandi kelabu. Sabarlah kau akan cantik lagi dengan dedaunan dan bunga sampai masanya musim akan mewarnakan kamu semula. Tik, ketika jatuh salju pertama ke atas pohon seperti tertanam janji ke dalam kalbu, segenap pohon di wilayah ini hening dalam kerinduan nyala mentari. Tik, tik, jarum waktu mengingatkan si tukang catat perjalanan pohon itu tentu.
- Malim Ghozali P.K -
Iowa City, Amerika Syarikat.
Pernahkah anda menatap wajah orang² terdekat anda saat mereka sedang tidur? Kalau belum cubalah sekali saja menatap wajah mereka, saat mereka sedang tidur. Pada saat itu adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang.
Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sedarilah betapa badan yang dulu kuat dan gagah kini semakin tua dan lemah. Betapa rambut² putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerutan mulai terpahat diwajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan anak²nya.. Orang inilah rela melakukan apa saja asal perut kita kekenyangan dan pendidikan kita lancar dan berjaya.
Sekarang lihatlah ibu anda. Kulitnya mulai berkedut dan tangan yang dulu halus membelai² tubuh kita ketika masih bayi, kini bertukar kasar. Orang inilah yang tiap hari menguruskan keperluan kita. Orang ini lah yang rajin palin mengingatkan dan membebel kita, semata² kerana rasa kasih dan sayangnye yang sering disalah ertikan.
Cubalah menatap wajah orang² tercinta itu: Ayah, ibu, suami, isteri, abang, kakak, adik, anak, semuanya. Rasakan kuasa cinta yang mengalir perlahan², disaat menatap wajah mereka yang terlelap itu. Rasakan getaran cinta yang mengalir deras, ketika mengingati betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang² itu untuk kebahagiaan anda. Pengorbanan yang kadang² tertutup oleh kesalahan kecil, yang entah kenapa selalu nampak besar.
Secara ajaib tuhan mengatur agar pengorbanan itu boleh dinampakkan lagi melalui wajah² jujur disaat mereka sedang tidur. Pengorbanan yang kadang kala melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Namun ekspresi wajah mereka ketika tidur mengungkapkan segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata "Betapa lelahnya aku hari ini, dan penyebab lelah itu? Untuk sapa aku berlelah²? Tidak lain hanyalah untuk kita. Kenanglah, hargailah, sanjungilah ibu, bapa, kakak, abang, suami, isteri, anak yang telah melewati hari² suka dan duka bersama kita.
Bayangkan lah, sekiranya hari esok, mereka tidak lagi membuka mata untuk selama-lamanya.