CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 53098|Reply: 490

Fatwa Ulama Warisatul Anbiya terhadap Fahaman Hulul dan Wahdatul Wujud

[Copy link]
Post time 31-10-2012 09:51 PM | Show all posts |Read mode
Assalamualaikum Warah Matullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

[size=130%]فصلَّى الله على نبيِّنا كلَّما ذكره الذاكرون، وغَفَل عن ذكره الغافلون. وصلى عليه في الأوَّلين والآخرين. أفضلَ وأكثرَ وأزكى ما صلَّى على أحدٍ من خلقِهِ. وزكَّانا وإياكم بالصلاة عليه، أفضلَ ما زكَّى أحدًا من أمته بصلاتِهِ عليه، والسلام عليه ورحمة الله وبركاته

Amma Ba'd,

Berikut dikongsikan sedikit sebanyak berkenaan Fahaman Hulul dan Wahdatul Wujud.

Pengertian Hulul :- “Percampuran/penyatuan ruh antara hambadengan tuhannya, seperti hal bercampurnya air dengan gula”, pendapatini tidak sesuai dengan prinsip syari’ah, karena ini adalah syirik menurutpandangan syar’i, sebab Allah Swt maha suci dari percampuran dzatNya dengansegala sesuatu ciptaanNya, ianya berdiri sendiri dan tidak akan bercampurdengan segala sesuatu ciptaanNya.

Pengertian Wahdatul Wujud :- Wahdat membawa pengertian Tunggal, Wujud membawa pengertian Ada, yang fahamannya dimana Yang Ada hanya Allah Ta'ala, tiada Makhluk, yang ada dialam ini Hanya Allah Ta'ala semata-mata.

Berikut adalah sebahagian dan penerangan ulama terhadap fahaman-fahaman ini :-

(terjemahannya)“Seorang yang menyerupakan Allah dengan makhlukNya, atau berkeyakinan bahwa Allah adalah benda, maka dia tidak mengenal Allah (kafir) seperti orang-orang Yahudi. Demikian pula telah menjadi kafir orang yang berkeyakinan bahwa Allah menyatu dengan makhluk-makhluk-Nya (hulûl), atau bahwa Allah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain seperti keyakinan kaum Nasrani” (Al-Qâdli ‘Iyadl, al-Syifâ…, j. 2, h. 236).

Imam Abu Nu’aim R.A meriwayatkan dari Yahya bin ar-Rabi’ R.A, katanya (terjemahannya): “Saya berada di rumah Malik R.A, kemudian ada seorang daaing dan bertanya, ‘Wahai Abdillah -panggilan akrab Imam Malik- apa pendapat anda tentang orang yang menyatakan bahwa al-qur’an itu makhluk?”.

Imam Malik R.A menjawab: “Dia itu kafir zindiq, bunuhlah dia”. Orang tadi bertanya lagi, “Wahai Abdillah, saya hanya sekedar menceritakan pendapat yang pernah saya dengar”. Imam Malik menjawab: “Saya tidak pernah mendengar pendapat itu dari siapapun. Saya hanya mendengar itu dari kamu”. Al-Hilyah VI/325. Al-Lalikai, Syarh Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, I/249. Al-Qadhi Iyadh, Tartib Al-Madarik, II/44. [8]. Al-Intiqa’ hal.35

Al-Arif Billah al-‘Allamah Abu al-Huda ash-Shayyadi R.A dalam kitab al-Kaukab al-Durri berkata (terjemahannya):

“Barang siapa berkata: “Saya adalah Allah”,
atau berkata: “Tidak ada yang wujud di alam ini kecuali Allah”,
atau berkata: “Tidak ada yang ada kecuali Allah”,
atau berkata: “Segala sesuatu ini adalah Allah”,
atau semacam ungkapan-ungkapan tersebut, jika orang ini berakal, dan dalam keadaan sadar (shâhî), serta dalam keadaan mukallaf maka ia telah menjadi kafir. Tentang kekufuran orang semacam ini tidak ada perbedaan pendapat di antara orang-orang Islam. Keyakinan tersebut telah jelas-jelas menyalahi al-Qur’an. Karena dengan meyakini bahwa segala sesuatu adalah Allah berarti ia telah menafikan perbedaan antara Pencipta (Khâliq) dan makhluk, menafikan perbedaan antara rasul dan umatnya yang menjadi objek dakwah, serta menafikan perbedaan surga dan neraka. Keyakinan semacam ini jelas lebih buruk dari mereka yang berkeyakinan hulûl dan ittihâd. Dasar mereka yang berakidah hulûl atau ittihâd meyakini bahwa Allah meyatu dengan nabi Isa. Sementara yang berkeyakinan segala sesuatu adalah Allah, berarti ia menuhankan segala sesuatu dari makhluk Allah ini, termasuk makhluk-makhluk yang najis dan yang menjijikan."

Imam al-Fakh ar-Razi R.A dalam kitab al-Mahshal Fî Ushûliddîn, menuliskan sebagai berikut (terjemahannya):

“Sang Pencipta (Allah) tidak menyatu dengan lain-Nya. Karena bila ada sesuatu bersatu dengan sesuatu yang lain maka berarti sesuatu tersebut menjadi dua, bukan lagi satu. Lalu jika keduanya tidak ada atau menjadi hilang (ma’dûm) maka keduanya berarti tidak bersatu. Demikian pula bila salah satunya tidak ada (ma’dûm) dan satu lainnya ada (maujûd) maka berarti keduanya tidak bersatu, karena yang ma’dûm tidak mungkin bersatu dengan yang maujûd” (as-Suyuthi, al-Hâwî…, j. 2, h. 130, mengutip dari al-Fakh ar-Razi dalam al-Mahshal Fi Ushul al-Dîn).

Imam Muhyiddin ibnu 'Arabi R.A, seorang sufi besar kenamaan, yang oleh sebagian orang sok tahu dianggap pemeluk aqidah hulul, sangat giat memerangi dua aqidah sesat tersebut. Diantara ucapan beliau yang sangat masyhur ialah (terjemahannya):

" Orang yang meyakini aqidah hulul maka agamanya cacat (tidak sah), dan tidaklah seseorang berkata (meyakini) aqidah wahdatul wujud kecuali dia dari golongan KAFIR" .

Wallahu'alam Bissawab.



@mnm77  @callmeuncleusin @Nazrulism  @bintang @kupia  @Noraddin  @baghal  @AbuJamal


Last edited by Aahil_adha on 31-10-2012 09:53 PM

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 1-11-2012 03:16 PM | Show all posts
Imam Muhyiddin ibnu 'Arabi R.A, seorang sufi besar kenamaan, yang oleh sebagian orang sok tahu dianggap pemeluk aqidah hulul, sangat giat memerangi dua aqidah sesat tersebut. Diantara ucapan beliau yang sangat masyhur ialah (terjemahannya):

" Orang yang meyakini aqidah hulul maka agamanya cacat (tidak sah), dan tidaklah seseorang berkata (meyakini) aqidah wahdatul wujud kecuali dia dari golongan KAFIR" .

Tentang wahdatul-wujud, Ibnu 'Arabi mengatakan bahwa wujud itu adalah satu. Wujud makhluk adalah wujud al-khaliq. Pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara keduanya. Pembedaan itu hanya dalam rupa dan ragam saja. Wujud alam adalah wujud Allah. Allah adalah hakekat alam. Khaliq (pencipta) dan makhluk (yang dicipta) adalah satu. Abid (hamba) dan ma’bud (yang disembah) adalah satu. Kita harus memandang Khaliq dan wujud itu yang kelihatan dua padahal satu wujud dari dua wajah (ain) yang satu. Oleh karena itu dia telah menegakkan faham serbasatu dan menolak faham serbadua (Hamka,1984: Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta : Pustaka Panjimas.).

Ibnu 'Arabi mempunyai nama lengkap Abu Bakar Muhyiddin Muhammad bin Araby At-Thai Al-Haitami Al-Andalusi. Dia lahir di Mercia Spanyol tahun 598 H/ 116 M dan meninggal di Damaskus tahun 638 H/ 1240 M. Semula dia menuntut ilmu fikih, Hadis dan Teologi mazhab Zahiri di Sevilla kemudian berguru kepada guru-guru yang banyak terpengaruh aliran filsafat Neo-Platonisme yang sedang berkembang pesat di Andalus (Hamka, 1984)
Last edited by Nazrulism on 1-11-2012 03:46 PM

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 05:41 PM | Show all posts
Owh... menarik, bintang join nanti malam
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 1-11-2012 05:56 PM | Show all posts
Tentang wahdatul-wujud, Ibnu 'Arabi mengatakan bahwa wujud itu adalah satu. Wujud makhluk adalah wujud al-khaliq. Pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara keduanya. Pembedaan itu hanya dalam rupa dan ragam saja. Wujud alam adalah wujud Allah. Allah adalah hakekat alam. Khaliq (pencipta) dan makhluk (yang dicipta) adalah satu. Abid (hamba) dan ma’bud (yang disembah) adalah satu. Kita harus memandang Khaliq dan wujud itu yang kelihatan dua padahal satu wujud dari dua wajah (ain) yang satu. Oleh karena itu dia telah menegakkan faham serbasatu dan menolak faham serbadua (Hamka,1984: Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya. Jakarta : Pustaka Panjimas.).

Ibnu 'Arabi mempunyai nama lengkap Abu Bakar Muhyiddin Muhammad bin Araby At-Thai Al-Haitami Al-Andalusi. Dia lahir di Mercia Spanyol tahun 598 H/ 116 M dan meninggal di Damaskus tahun 638 H/ 1240 M. Semula dia menuntut ilmu fikih, Hadis dan Teologi mazhab Zahiri di Sevilla kemudian berguru kepada guru-guru yang banyak terpengaruh aliran filsafat Neo-Platonisme yang sedang berkembang pesat di Andalus (Hamka, 1984)


Lain kali sebelum nak kutip-kutip, selidik, tanya yang ahli dulu. Imam Ibnu Arabi R.A tolak wahatul Wujud, tapi org Wahdatul Wujud sebab nak benarkan fahaman depa letak dusta atas imam ini, sebab nak ada backup. itu ja.

Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'roniy R.A berkata dalam kitabnya berjudul Al-Yawaqit Wal Jawahir Fi 'Aqoidil Akabir m/s 9:
" Segala isi kandungan kitab Ibnul 'Arabiy yang bertentangan dengan syariat Islam dan bertentangan dengan jumhur ulama maka ketahuilah bahawa ianya adalah palsu, dusta dan ditokok-tambah oleh musuh-musuh Islam. Syeikh Sayyidy Abu At-Tohir Al-Maghribiy di Mekah juga telah memberitahu aku sedemikian dan beliau membawa kepada aku naskhah asal kitab Imam Ibnul 'Arabiy yang berjudul Al-Futuhaat Al-Makkiyah yang diterima dari naskhah asal di Madinah Quniyyah maka aku dapati isi kandungannya tidak langsung terdapat akidah yang pernah aku lihat (hulul dan ittihad) dan ianya selari dengan apa yang aku telah ringkaskan dari kitab Al-Futuhaat ".
Last edited by Aahil_adha on 1-11-2012 06:00 PM

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 1-11-2012 06:02 PM | Show all posts
Maksud kenyataan Imam Ibnu Al-'Arabiy R.A
tadi :

"Sesiapa yang berakidah Hulul maka agamanya terpesong, dan tidak berakidah Ittihad melainkan orang itu mulhid".


Rujuk kitab Al-Futuhaat AL-Makkiyah pada Bab Al-Asrar dan pada Bab Yang Ke 559 yang telah dinyatakan oleh Asy-Sya'roniy R.A .
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 07:00 PM | Show all posts

Salam abang Andak bintang mulakan dengan Al Hallaj dulu kerana Hulul dan Wahdatul Wujud dikaitkan dengan beliau;



Nama lengkapnya adalah Abu al-Mugis al-Husain bin Mansur bin Muhammad al-Baidawi, dan lebih dikenal dengan nama al-Hallaj. Al-Hallaj dilahirkan pada tahun 244 H./858 M di Tur, salah satu desa dekat Baida di Persia. Neneknya, Muhammad adalah seorang penyembah api, pemeluk agama Majusi sebelum dia masuk Islam. Ada yang mengatakan bahwa al-Hallaj berasal dari keturunan Abu Ayyub, sahabat Rasulullah SAW.


Sejak kecil al-Hallaj sudah banyak bergaul dengan para sufi terkenal. Pada waktu dia berumur 16 tahun, dia pernah berguru kepada Sahl bin Abdullah al-Tusturi, salah seorang tokoh sufi terkenal pada abad ketiga Hijriah. Tetapi setelah dua tahun belajar kepadanya, dengan latihan-latihan berat, dia pergi ke Basrah dan dari sini pergi ke Bagdad. Dia pernah hidup dalam pertapaan dari tahun 873 M sampai tahun 879 M. Bersama-sama dengan guru sufi al-Tusturi, 'Amr al-Makki dan Junaid al-Bagdadi.
Setelah itu al-Hallaj pergi mengembara dari satu negeri ke negeri lain, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam ilmu tasawuf, sehingga tidak ada seorang Syeikh ternama, katanya, yang tidak pernah dimintainya nasihat dan tuntunannya.


Dalam usia 53 tahun dia telah menjadi pembicaraan ulama pada waktu itu karena paham tasawufnya yang berbeda dengan para sufi yang lain.

Karena pahamnya itu, seorang ulama fiqih terkemuka, Ibn Daud al-Isfahani mengeluarkan fatwa yang mengatakan bahawa ajaran al-Hallaj adalah sesat. Atas dasar fatwa ini al-Hallaj dipenjarakan. Tetapi setelah satu tahun dia di dalam penjara, dia dapat melarikan diri dengan pertolongan seorang penjaga penjara yang menaruh simpati kepadanya.

Dari Bagdad dia melarikan diri ke Sus di wilayah Ahwas. Di sinilah dia bersembunyi empat tahun lamanya. Namun, pada tahun 301 H./903 M.  dia ditangkap kembali dan dimasukkan lagi ke dalam penjara sampai lapan tahun lamanya. Akhirnya pada tahun 309 H./921 M. diadakanlah persidangan ulama di bawah kerajaan Bani Abbas di masa khalifah al-Muktadirbillah. Pada tanggal 18 Zulkaidah 309 H, jatuhlah hukuman kepadanya. Dia dihukum bunuh dengan mula-mula dipukul dan dicambuk dengan cemeti, lalu disalib, sesudah itu dipotong kedua tangan dan kakinya, dipenggal lehernya dan ditinggalkan tergantung potongan-potongan tubuh itu di pintu gerbang kota Bagdad. Kemudian dibakar, dan abunya dihanyutkan ke sungai Dajlah.
Dalam riwayat lain dikatakan, pada saat dia di gantung, dia dipecut seratus kali tanpa mengaduh kesakitan. Sesudah dipecut, kepalanya dipenggal. Tapi sebelum dipancung, dia solat dua rakaat. Kemudian kaki dan tangannya dipotong. Badannya digulung ke dalam tikar buluh direndamkan dan kemudian dibakar. Abu mayatnya dihanyutkan ke sungai, sedangkan kepalanya dibawa ke Khurasan untuk selanjutnya ditonton oleh umat Islam.


Farid al-Din al-Farizi menceritakan proses hukuman mati al-Hallaj sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Gallab bahawa algojo-algojo menaikkan al-Hallaj ke atas menara yang tinggi, kemudian dikerumuni oleh orang ramai yang datang dari berbagai penjuru negeri, dan diperintahkan kepada mereka untuk melempari dengan batu kepadanya. Ketika itu dia selalu mengulang-ulang kalimat yang menyebabkan dia disabit ke hukuman mati itu, iaitu Ana al-Haqq (Aku adalah Yang Maha Benar). Dan ketika disuruh untuk membaca syahadat, dia berteriak seraya berseru kepada Allah: "Sesungguhnya wujud Allah itu telah jelas, tidak membutu*kan penguat semacam syahadat".  Menurut Muhammad Gallab, kalimat tersebut merupakan pengulangan terhadap kalimat yang pernah diucapkan oleh al-Syibli.


Ketika dipukul, al-Hallaj tersenyum. Setelah selesai memukulnya, mereka memotong tangan dan kakinya, dia pun menerimanya dengan tersenyum; bahkan dia sempat mengoleskan darah potongan tangannya ke mukanya seakan-akan dia berwudhu dengan darah suci itu. Setelah itu dipotong lidah dan dicungkil matanya. Pada saat itu dia berisyarat, seakan-akan memintakan ampun bagi para penyiksanya, dengan permohonan kepada Allah SWT:

"Mereka semua adalah hamba-Mu, mereka berkumpul untuk membunuhku karena fanatik terhadap agama-Mu dan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Maka ampunilah mereka. Andaikata Engkau singkapkan kepada mereka apa yang Engkau singkapkan kepadaku, niscaya mereka tidak melakukan apa yang mereka lakukan sekarang ini".


Diriwayatkan, sebelum sampai ke puncak penyiksaan, seluruh tubuhnya dicabik-cabik dengan cemeti. Darah keluar dengan deras dari tubuhnya yang telah berusia 53 tahun; tapi tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya sebagai tanda kesakitan. Al-Hallaj dengan tabah dan sangat sabar menerima siksaan itu. Salah seorang muridnya yang ada di tengah-tengah  kerumunan orang banyak ketika itu tiba-tiba berteriak, melihat wajahnya yang telah memerah oleh percikan darah. Al-Hallaj menoleh kepada muridnya itu, lalu berkata: "Bukan darah, tetapi bekas air wudhu".

Yang datang menyaksikan, termasuk al-Junaid al-Bagdadi yang meninggal tidak lama setelah al-Hallaj. Dua orang muridnya yang kelihatan dalam kerumunan orang banyak itu adalah Abu Bakar al-Syibli dan Abu Hasan al-Wasit. Setelah al-Hallaj mendengar teriakan Abu Bakar al-Sibli,  dipandangnya muridnya itu, kemudian berkata:  "Apakah kamu membawa sajadah?" Setelah Abu Bakar al-Syibli menjawab bahwa dia membawanya, al-Hallaj meminta kepadanya untuk dihamparkan sajadah tersebut;  lalu dia salat dua rakaat. Pada rakaat pertama dibacanya surah al-Fatihah dan ayat yang ertinya:  “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. [MQ:Al-Baqarah: 155].
Pada rakaat kedua, setelah membaca surah al-Fatihah, dibacanya ayat yang ertinya: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. [Ali Imran: 85]


Al-Hallaj adalah seorang yang alim dalam ilmu agama Islam. Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Suraij, dia adalah seorang yang hafal kitab suci Alquran dan sarat dengan pemahamannya, menguasai ilmu fiqh dan hadis, serta tidak diragukan lagi keahliannya dalam ilmu tasawuf. Dia adalah seorang zahid yang terkenal pada masanya dan banyak lagi sifat-sifat kesolehannya. Keahlian dan kepribadiannya yang demikian itulah yang menjadikannya mampu melahirkan karya-karya gemilang, terutama tentang tasawuf.
Tentang karya-karya al-Hallaj, menurut Ibn Nadim, tidak kurang dari 47 buah banyaknya. Sebagian daripadanya adalah:


1. Al-Ahruf al-Muhaddasah wa al-Azaliyah wa al-Asma' al-Kulliyyah.
2. Kitab Al-Usul wa al-Furu'
3. Kitab Sirr al-'Alam wa al-Mab'us
4. Kitab Al-'Adl wa al-Tauhid
5. Kitab 'Ilm al-Baqa' wa al-Fana'
6. Kitab Madh al-Nabi wa Masal al-A'la
7. Kitab Huwa-Huwa
8. Al-Tawasih


Kitabnya yang bernama Al-Tawasih merupakan kitabnya yang paling jelas menggambarkan tentang fahamN tasawufnya. Susunan bahasanya sangat sukar difahami, sehingga kata al-Taftazani mungkin banyak pembaca tidak mengerti apa yang dimaksudkan penulisnya. Di samping itu, kitab tersebut berisi rumus-rumus dan istilah-istilah yang tidak mudah dimengerti.

Riwayat hidup al-Hallaj yang berakhir dengan peristiwa tragis, seperti digambarkan di atas telah banyak mendapat perhatian ulama dan pengamat tasawuf.

Inti sari ajaran tasawuf al-Hallaj yang kadang-kadang dinyatakan dalam bentuk syair dan kadang-kadang berupa nasr dengan kata-kata yang dalam meliputi tiga persoalan pokok:

1 - Hulul

2- Haqiqah Muhammadiyah

3 - Wahdah al-Adyan.

Rate

1

View Rating Log

Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 1-11-2012 07:54 PM | Show all posts
Sambung lagi sebelum perbincangan kita panjangkan



Seperti yang kita maklum ulama berbeda pendapat tentang Hulul al-Hallaj ini.  

~ Al-Taftazani dalam kesimpulannya: Hululnya al-Hallaj itu bersifat majazi, tidak dalam pengertian yang sesungguhnya.

~ 'Irfan Abd al-Hamid Fattah berpendapat:  Fahaman "kesatuan wujud" telah mulai nampak sejak hadir Abu Yazid al-Bustami dengan ittihadnya.

Hulul al-Hallaj ini, menurut al-Taftazani merupakan perkembangan dan bentuk lain dari paham ittihad yang diajarkan oleh Abu Yazid al-Bustami itu. Jika dilihat lebih jauh, sebenarnya antara ittihad dan Hulul terdapat perbedaan. Dalam ittihad, diri Abu Yazid al-Bustami hancur, dan yang ada hanya diri Allah; sedangkan dalam Hulul, diri al-Hallaj tidak hancur. Juga, dalam faham ittihad, yang dilihat hanya satu wujud; sedang dalam paham hulul, ada dua wujud, tetapi bersatu dalam satu tubuh.


( Bintang ingin kita benar-benar faham dalam bab ini dan perhalusi dan cuba letak jiwa kita ke tempat yang paling dalam )


Menurut al-Hallaj, Allah mempunyai dua sifat dasar:

1 - sifat ketuhanan (lahut)

2 - sifat kemanusiaan (nasut)

Demikian pula manusia, di samping mempunyai sifat kemanusiaan (nasut), juga memiliki sifat ketuhanan (lahut) dalam dirinya. Fahaman al-Hallaj ini dilihat dari tafsirannya mengenai kejadian Adam:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur; dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir”. [MQ:Al-Baqarah: 34]


Menurut al-Hallaj, Allah memberikan perintah kepada malaikat untuk sujud kepada Adam kerana pada diri Adam, Allah menjelma sebagaimana Dia menjelma (hulul) dalam diri 'Isa AS. Fahaman bahawa Allah menjelma dalam diri Adam, bererti pula Allah menjadikan Adam sesuai dengan bentuk-Nya. Dengan kata lain, Adam itu adalah copy paste dari diri Tuhan.  Ini juga berpangkal dari sebuah hadis yang sangat terkenal bagi kaum sufi:

"Sesungguhnya Allah menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya".



Antara syair al Hallaj:

Maha Suci Zat yang menyatakan nasut-Nya
dengan lahut-Nya, yang cermerlang seiring bersama
alu dalam makhluk-Nya pun tampak nyata
bagai si peminum dan si pemakan tampak sosok-Nya
hingga semua makhluknya melihat-Nya
bagaikan bertemunya dua kelopak mata.

         

Dengan demikian itu menurut fahaman tasawuf al-Hallaj, dalam diri manusia terdapat sifat keTuhanan, dan dalam diri Tuhan terdapat sifat kemanusiaan. Kerana itu persatuan antara Tuhan dengan manusia mungkin terjadi; dan persatuan itu mengambil bentuk hulul.
         
Agar manusia dapat bersatu itu, ia harus terlebih dahulu menghilangkan sifat-sifat kemanusian melalui fana'. Kalau sifat-sifat kemanusiaan itu telah hilang dan yang tinggal hanya sifat keTuhanan dalam dirinya, di situlah baru Tuhan dapat mengambil tempat (hulul) dalam dirinya dan ketika itu roh Tuhan dan roh manusia bersatu dalam tubuh manusia.

         

Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 07:57 PM | Show all posts
Dari posting tred bawah bintang bawa ke sini:

Ketika al-Hallaj berkata: ana al-Haqq (Aku adalah Tuhan) bukanlah roh al-Hallaj mengucapkan kata itu, tetapi roh Tuhan yang mengambil tempat dalam dirinya. Dengan kata lain, bahawa al-Hallaj sebenarnya tidak mengaku dirinya Tuhan. Hal ini pernah pula dia tegaskan:  "Aku adalah rahsia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku, Aku hanya dari yang benar, maka bedakanlah antara kami".



"Burang siapa mengira bahwa lahut (keTuhanan) berpadu jadi satu dengan nasut (kemanusiaan), ataupun nasut berpadu dengan lahut, maka kafirlah dia. Sebab, sendiri dalam Zat maupun sifat-Nya, berbeza dari zat dan sifat makhluk. Dan dia sama sekali tidak menyerupai makhluk-makhluk-Nya; dan merekapun sama sekali tidak menyerupai-Nya".   Dan tambah al Hallaj lagi: "....Seperti halnya nasutku (kemanusiaanku) lebur dalam lahut-Mu (ketuhanan-Mu), tanpa berpadu dengan-Nya; lahut-Mu menguasai nasutku, tanpa berpadu dengannya".


Mari kita menilik dan fahami sedikit tentang faham hulul ini begitu kontradiktif.  Terkadang hulul dinyatakan dalam bentuk penyatuan, namun di pihak lain dia meniadakan penyatuan, dan secara tegas dia meniadakan segala macam bentuk atau unsur anthropomorphisme.


Setelah diteliti betapa dalam maksud kata-kata/syair al Hallaj yang mati dibunuh kerana ketinggian rohaninya;   Al Hallaj telah membuka rahsia-rahsia tentang Tuhan dengan mengetengahkan segala yang dianggap sebagai misteri tertinggi, yang selayaknya hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu saja.  Al-Hallaj berbicara di bawah pengaruh tidak sedar dari. Dia merasa dirinya telah bersatu dengan inti Ilahi, yang dalam kenyataannya dia hanya bersatu dengan salah satu sifat Ilahi, dan Al-Hallaj mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara Tuhan dengan makhluk-Nya sebagaimana dengan kesatuan Ilahi yang melingkupi makhluk-Nya. Yang berbicara : Ana al-Haqq, bukanlah al-Hallaj berjasad, namun, Tuhan sendiri melalui lisan al-Hallaj.
        
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 1-11-2012 08:08 PM | Show all posts
Menjawab posting abang Ngah

Diknon percaya dengan dakwaan Hallaj dan kaum sufi tentang ini (bukanlah roh al-Hallaj mengucapkan kata itu, tetapi roh Tuhan yang mengambil tempat dalam dirinya.) ???


Menjawab pertanyaan abang Ngah, bintang sependapat dengan Imam Suyuti pabila ditanya tentang Ibn ‘Arabi ia berkata bahawa:  “Senyap tentangnya lebih selamat”.  


Pada Imam Suyuti;  ia beri’tikad beliau itu wali dan haram hukumnya melihat kitab beliau itu kerana sesungguhnya dinukil kata-kata dari Ibn ‘Arabi sendiri:

“Kamu adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami”

Imam Suyuti berpendapat demikian kerana katanya bahawa golongan sufiah itu bersepakat tentang lafaz-lafaz yang mereka istilahkan dalam huraian sufiah mereka dan mereka maksudkan dengan kata-kata itu bukan dengan makna yang biasa diketahui. Maka kalau seseorang itu memaksudkan kata-kata mereka mengikut makna-makna di kalangan ahli ilmu zahir (seperti fiqh misalnya), maka mereka menjadi kafir dan mengkafirkan orang lain. -  Tanbih al-Ghabi.

Imam Suyuti menyatakan:  “Adakah orang yang mengkafirkan Ibn ‘Arabi itu tidak takut akan hisab yang buruk terhadap dirinya? Tidakkah ia takut ditanya kepadanya: Adakah sabit pada anda bahawa ia kafir?”





Itu hanya untuk menguatkan teori wahdatul-wujudnya sahaja dengan mereka-reka bukti seperti itu .... supaya pengikutnya yakin, itulah karamah al hallaj ... sehingga Allah mengambil tempat dalam dirinya.

Pemikiran Al-Hallaj tentang al-haqiqatul-Muhammadiyah ini tidak boleh dipisahkan dengan faham Hulul-nya. Hulul ialah menjelmanya ruh Ketuhanan (lahut) ke dalam insan (nasut). Hal ini akan terjadi bilamana kebatinan seseorang insan telah suci bersih di dalam menempuh perjalanan hidup kebatinan, maka akan naiklah pangkat (maqam) hidupnya ke maqam lain, misalnya Muslimin, Mukminin, Shalihin dan Muqarrabin. Muqarrabin artinya orang yang paling dekat dengan Tuhan. Di atas Muqarrabin itulah orang sudah sampai puncaknya iaitu bersatu dengan Tuhan sehingga tidak ada perbedaan antara ‘Asyik dan Ma’syuk, sehingga tiada perbedaan antara hamba dan Tuhan (Hamka,1984:120).

Sedangkan menurut Abu Nasr Al-Tusi dalam Al-Luma’, Hulul adalah faham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan.



Thoulk ~ seorang pemerhati al-Hallaj menafsirkan bahawa dia (al Hallaj) ketika menyatakan penyatuan berada dalam keadaan fana'. Atau boleh juga dikatakan sebagai cara al-Hallaj untuk menghadapi para fuqaha pada masa itu. Atau juga, seperti telah disebutkan di atas, diduga kuat bahawa hulul, menurut al-Hallaj, berciri figuratif dan bukannya real.




Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 09:34 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 1-11-2012 03:16 PM
Tentang wahdatul-wujud, Ibnu 'Arabi mengatakan bahwa wujud itu adalah satu. Wujud makhluk adalah w ...

Biografi Ibn Arabi


Nama lengkap Abu Bakr Muhammad ibn al-‘Arabi al-Hatimi al-Tai, sufi asal Murcia, Spanyol ini lahir pada tanggal 17 Ramadhan 560 H bertepatan dengan 28 Juli 1165. Dirinya dijuluki "Syaikh al-Akbar" (Sang Mahaguru) dan "Muhyiddin" (Sang Penghidup Agama). Kendati tidak mendirikan tarekat populer-atau agama massa menurut istilah Fazlur Rahman-pengaruh Ibn ‘Arabi atas para sufi meluas dengan cepat, melalui murid-murid terdekatnya yang mengulas ajaran-ajaran dengan terminologi intelektual maupun filosofis (Chittick, dalam Nasr (ed.), 2003: 64)


Ayah Ibn ‘Arabi, ‘Ali, adalah pegawai Muhammad ibn Sa'id ibn Mardanisy, penguasa Murcia, Spanyol. Ketika Ibn 'Arabi berusia tujuh tahun, Murcia ditaklukkan oleh Dinasti al-Muwahiddun (al-Mohad) sehingga 'Ali membawa pergi keluarganya ke Sevilla. Di tempat itu, sekali lagi dirinya menjadi pegawai pemerintahan. Ia memiliki status sosial yang tinggi. Buktinya, salah satu adik isterinya, Yahya ibn Yughan, menjadi penguasa kota Tlemcen di Algeria. Fakta yang menarik adalah bahawa di kemudian hari, bapa saudara akhirnya menanggalkan segala bentuk kekuasaan dunia pada pertengahan masa pemerintahannya dan beralih menjadi seorang sufi dan zahid. Ibn 'Arabi pun menyebutkan dua orang bapa saudaranya yang menjadi sufi (Addas, 2004: 43-4)


Pada masa mudanya Ibn ‘Arabi bekerja sebagai sekretaris Gubernur Sevilla dan menikahi seorang gadis bernama Maryam, yang berasal dari sebuah keluarga berpengaruh. Pada tahun 590, Ibn 'Arabi meninggalkan Spanyol untuk mengunjungi Tunisia. Tahun 597/1200, sebuah ilham spiritual memerintahkan dirinya untuk pergi ke timur. Dua tahun kemudian, ia melakukan ibadah haji ke Mekkah dan berkenalan dengan seorang syaikh dari Isfahan yang memiliki seorang putri. Pertemuan dengan perempuan ini mengilhami Ibn 'Arabi untuk menyusun Tarjuman al-Asywaq. Di Mekkah pula ia berjumpa dengan Majd al-Din Ishaq, seorang syaikh dari Malatya, yang kelak akan mempunyai seorang putra yang menjadi murid terbesar Ibn 'Arabi, Shadr al-Din al-Qunawi (606-673/1210-1274).



Dalam perjalanan menyertai kepulangan Majd al-Din ke Malatya, Ibn ‘Arabi bermukim sementara waktu di Mosul. Di kota ini, ia ditahbiskan oleh Ibn al-Jami', seseorang yang memperoleh kekuatan spiritual dari tangan Nabi Khidhr. Selama beberapa tahun Ibn ‘Arabi melancong dari kota ke kota di Turki, Suriah, Mesir, serta kota suci Mekkah dan Madinah. Pada tahun 608/1211-12 M, ia dikirim ke Bagdad oleh Sultan Kay Kaus I (607-616/1210-19) dari Konya dalam misi yuridis kekhalifahan, kemungkinan ditemani oleh Majd al-Din. Ibn 'Arabi memiliki hubungan baik dengan sultan ini dan mengirimnya surat-surat berisi nasihat praktis. Dia pun merupakan sahabat dari penguasa Aleppo, Malik Zhahir (582-615/1186-1218), putra Sultan Saladin (Shalah al-Din) al-Ayyubi.


Pada tahun 620/1233, Ibn 'Arabi menetap secara permanen di Damaskus, tempat sejumlah muridnya, termasuk al-Qunawi, menemaninya sampai akhir hayat. Menurut sejumlah sumber awal, ia menikah dengan janda Majd al-Din, ibu al-Qunawi. Selama periode tersebut, penguasa Damaskus dari Dinasti Ayyubiyah, Muzhaffar al-Din merupakan salah seorang muridnya. Dalam sebuah dokumen berharga yang bertahun 632/1234, Ibn 'Arabi menganugerahinya izin (ijazah) untuk mengajarkan karya-karyanya yang ditengarai berjumlah 290 buah. Ia pun menyebutkan tujuh puluh karya tersendiri dalam keilmuan tertentu, yang menunjukkan ketidaklengkapan informasi tersebut. Dari sumber tadi, jelas bahwa dalam upaya menyempurnakan studi tasawuf yang dilakukannya Ibn 'Arabi menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari pengetahuan eksoteris seperti tujuh qira'ah al-Quran, tafsir, fikih, dan, terutama, hadis (Chittick dalam Nasr, 66)


Ibn ‘Arabi wafat di Damaskus pada 16 November 1240 bertepatan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 pada usia tujuh puluh tahun.
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 11:19 PM | Show all posts
Aahil_adha posted on 1-11-2012 05:56 PM
Lain kali sebelum nak kutip-kutip, selidik, tanya yang ahli dulu. Imam Ibnu Arabi R.A tolak waha ...

Kamu dah pastikan buku Ibnu Arabi yang dibawakan kepada Abd Wahhab Asy-Syalroniy itu yang palsu atau buku ibnu Arabi yang menjadi rujukan penganut sufi yang palsu ?

Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'roniy R.A berkata dalam kitabnya berjudul Al-Yawaqit Wal Jawahir Fi 'Aqoidil Akabir m/s 9:
" Segala isi kandungan kitab Ibnul 'Arabiy yang bertentangan dengan syariat Islam dan bertentangan dengan jumhur ulama maka ketahuilah bahawa ianya adalah palsu, dusta dan ditokok-tambah oleh musuh-musuh Islam. Syeikh Sayyidy Abu At-Tohir Al-Maghribiy di Mekah juga telah memberitahu aku sedemikian dan beliau membawa kepada aku naskhah asal kitab Imam Ibnul 'Arabiy yang berjudul Al-Futuhaat Al-Makkiyah yang diterima dari naskhah asal di Madinah Quniyyah maka aku dapati isi kandungannya tidak langsung terdapat akidah yang pernah aku lihat (hulul dan ittihad) dan ianya selari dengan apa yang aku telah ringkaskan dari kitab Al-Futuhaat ".
Jika Buku-buku itu tiada yang bertentangan dengan syari'at Islam dan Jumhur Ulama... kenapa ada kenyataan ini;

Pada Imam Suyuti;  ia beri’tikad beliau itu wali dan haram hukumnya melihat kitab beliau itu kerana sesungguhnya dinukil kata-kata dari Ibn ‘Arabi sendiri:

Kami adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami

Post @bintang


Dan lagi.........
Ibnu Araby juga percaya bahwa Tuhan Allah adalah ”Suatu yang satu”. Dialah wujud yang mutlak. Nur Allah itu adalah sebagian dari dirinya. Itulah hakikat Muhammadiyah. Itulah kenyataan pertama dalam uluhiyah. Darinya (hakikat Muhammadiyah) terjadi segala alam dalam setiap tingkatnya seumpama alam jabarut dan malakut, alam asal, alam ajsam dan alam arwah. Dialah segenap kesempurnaan ilmu dan amal yang mewujud pada Nabi sejak Adam sampai Muhammad, sampai kepada para wali dan segala tubuh Insan yang Kamil. Dia tetap ada. Hakekat Muhammadiyah itulah yang memenuhi tubuh Muhammad. Bila Muhammad telah mati, ia mati secara tubuh, namun Nur Muhammad/ hakekat Muham-mad itu tetap hidup. Sebab ia adalah sebagian dari Tuhan. Jadi Allah, Adam, dan Muhammad adalah satu. Insan Kamil adalah Allah dan Adam pula pada hakikatnya.


Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 11:29 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 1-11-2012 11:19 PM
Kamu dah pastikan buku Ibnu Arabi yang dibawakan kepada Abd Wahhab Asy-Syalroniy itu yang palsu at ...

Abang Ngah, bintang perbetulkan kata maksud ini


Pada Imam Suyuti;  ia beri’tikad beliau itu wali dan haram hukumnya melihat kitab beliau itu kerana sesungguhnya dinukil kata-kata dari Ibn ‘Arabi sendiri:

“Kami adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami”


Yang mengharamkan itu adalah Ibn árabi sendiri. Dan kata-kata itu dituju kepada orang-orang/golongan yang tidak memahami kandungan kitab beliau.




Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 11:48 PM | Show all posts
bintang posted on 1-11-2012 08:08 PM
Menjawab posting abang Ngah  
Menjawab pertanyaan abang Ngah, bintang sependapat dengan Imam Suyuti pabila ditanya tentang Ibn ‘Arabi ia berkata bahawa:  “Senyap tentangnya lebih selamat”.  
Dalam ertikata lain... Tak perlu memberitahu samada yang Haq atau yang bathil .


Pada Imam Suyuti;  ia beri’tikad beliau itu wali dan haram hukumnya melihat kitab beliau itu kerana sesungguhnya dinukil kata-kata dari Ibn ‘Arabi sendiri:

Kamu adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami
Dihukumkan haram melihat/membaca buku2 itu .... Mustahil sesuatu yang haq boleh diharamkan.

At Taubah:71
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


Imam Suyuti menyatakan:  “Adakah orang yang mengkafirkan Ibn ‘Arabi itu tidak takut akan hisab yang buruk terhadap dirinya? Tidakkah ia takut ditanya kepadanya: Adakah sabit pada anda bahawa ia kafir?”
Tiada masalah kafir atau Muslimnya Ibnu 'Arabi pada kita ... kerana dia telah meninggal (telah pasti bahagiannya samada baik atau buruk) ... Yang menjadi masalah adalah apa yang ditinggalkannya... seterusnya dikembangkan oleh orang2 terkemudian.
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2012 11:57 PM | Show all posts
Nazrulism posted on 1-11-2012 11:48 PM
Dalam ertikata lain... Tak perlu memberitahu samada yang Haq atau yang bathil .

Hayyoooo silap tamsilan la pulak abang Ngah neh


Dalam ertikata lain... Tak perlu memberitahu samada yang Haq atau yang bathil .


Cubalah jangan ada sifat pesimis

Dengan erti kata lain, kita kita membicarakan dengan terbuka, diuar-uarkan kerana ramai yang tidak memahami dan buat orang awam poning sajok.


Dihukumkan haram melihat/membaca buku2 itu .... Mustahil sesuatu yang haq boleh diharamkan.



Awat la benda mudah camni susah nak faham ek... banyak mamam kepala ikan buntal pe

Itu adalah ayat sarkastik yer abang Ngah. Kata-kata menunjukkan jangan dibaca sebarangan cam baca karangan esei pmr.


Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2012 12:06 AM | Show all posts
Nazrulism posted on 1-11-2012 11:19 PM
Kamu dah pastikan buku Ibnu Arabi yang dibawakan kepada Abd Wahhab Asy-Syalroniy itu yang palsu at ...
Dan lagi.........
Ibnu Araby juga percaya bahwa Tuhan Allah adalah ”Suatu yang satu”. Dialah wujud yang mutlak. Nur Allah itu adalah sebagian dari dirinya. Itulah hakikat Muhammadiyah.
Dalam aspek mistik logosnya, dia mengaitkan dirinya dengan Muhammad (seperti Al Hallaj) sebagai kepala hirarki sufi dan rumah dari pengetahuan esoterik mereka. Tetapi Muhammad di sini bukan Nabi Muhammad , yakni bukan Muhammad yang diidentifikasikan sebagai logos, tetapi ia adalah hakikat dari Muhammad yang merupakan prinsip aktif dalam semua pengetahuan kudus dan esoterik. Hakikat realiti Muhammad menurut doktrinnya adalah intelek pertama, prinsip rasional universal yang terdapat sepenuhnya dalam kelas orang-orang yang disebut dalam kategori Manusia Sempurna (Insan Kamil) atau disebut juga Kutub/ kepala spiritual dari herarki Nabi dan para orang suci.

Manusia adalah batang tubuh yang paling sempurna dari atribut-atribut Tuhan. Manusia Sempurna adalah sebuah mikrokosmos aktual tempat semua atribut dan kesempurnaan Tuhan termanifestasi. Manusia Sempurna adalah suatu miniatur realiti. Esence Manusia Sempurna adalah suatu ragam dari Tuhan (al-Arsy). Pengetahuannya merupakan salinan atau cerminan Tuhan. Hatinya berkait dengan model asli Surya dari Ka’bah. Bawaan spiritualnya berkait dengan malaikat-malaikat. Ingatannya berkait dengan Saturnus, pemahamannya dengan Yupiter, intelektualnya adalah Matahari dan sebagainya.

Manusia Sempurna bukanlah seorang manusia atau suatu bentuk melainkan suatu prinsip universal Tuhan itu sendiri yang kesempurnaannya dimanifestasikan dalam tiap-tiap yang sempurna. Emas adalah logam yang sempurna/ Syajaratul-waq-waq (tanaman yang paling sempur-na). Manusia adalah hewan yang paling sempurna. Manusia Yang Sempurna telah menambah realiti-realiti hidup kepada realiti-realiti dunia karena ia adalah wakil Tuhan (khalifah) yang dinisbatkan pada dia.

Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2012 12:29 AM | Show all posts
bintang posted on 1-11-2012 11:57 PM
Hayyoooo silap tamsilan la pulak abang Ngah neh  

Tamsilan yg benar macam mana pulak ..... Bila 'ulama' pun diam dan suruh diam ?


Dengan erti kata lain, kita kita membicarakan dengan terbuka, diuar-uarkan kerana ramai yang tidak memahami dan buat orang awam poning sajok.
Sikit jer.... membongkar 'Rahsia' sufi.


Itu adalah ayat sarkastik yer abang Ngah. Kata-kata menunjukkan jangan dibaca sebarangan cam baca karangan esei pmr.
Itulah saja alasan..sarkastik, metafora ataupun ucapan dalam khayal !
Mana sarkastiknya ayat itu;
“Kamu adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami”

Kami adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami
melainkan dia mahu dianggap
1. sebagai kepala hiraki sufi dan pusat kepada pengetahuan esoterik mereka.
2. mempunyai semua pengetahuan kudus dan esoterik.
3. dalam kategori Manusia Sempurna (Insan Kamil) atau disebut juga Qutub/ kepala spiritual dari hiraki Nabi dan para orang suci.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 2-11-2012 02:05 AM | Show all posts
Yg berjalan di atas air dikata sihir
yg terbang melata KL-NY dikata science...
Pendek akal~
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 2-11-2012 05:01 AM | Show all posts
bintang posted on 1-11-2012 07:00 PM
Salam abang Andak  bintang mulakan dengan Al Hallaj dulu kerana Hulul dan Wahdatul Wujud dikaitk ...

Wassalam.

Saya banyak persoalan terhadap kamu tentang apa kamu tempek pepanjang ni, tambah lagi dari mana kamu kutip sebab bercampur campur. tapi biar saya selesaikan Isu Ibnu Araby R.A dengan tuan @Nazrulism berdasarkan hujah saya dahulu.

Tapi Satu yang Benar, Al-Hallaj R.A solat sunat sebelum dihukum. Orang Wahdatul Wujud tak solat. Sebab rasa dah kenal, dah rasa diri tuhan. Jadi tanda dia merasa hamba, bukan tuhan. Imam Ibnu Araby juga solat, dia berasa hamba, tuduhan keatas beliau adalah palsu, direka supaya membenarkan golongan sesat seperti fatwa beberapa ulama. Tengok perbuatan harian beliau sahaja bukti merasa hamba.

Last edited by Aahil_adha on 2-11-2012 05:48 AM

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 2-11-2012 05:41 AM | Show all posts
Nazrulism posted on 1-11-2012 11:19 PM
Kamu dah pastikan buku Ibnu Arabi yang dibawakan kepada Abd Wahhab Asy-Syalroniy itu yang palsu at ...

Kamu ni bercerita macam Tak Yakin dengan Allah Ta'ala yang Dia pelihara Ulama' pula?

Sedangkan Rasulullah SAW paling banyak difitnah ketika baginda SAW berdakwah, apakan lagi pewaris-pewarisnya.

" kamu dah pastikan buku Ibnu Arabi yang dibawakan kepada Abd Wahhab Asy-Syalroniy itu yang palsu atau buku ibnu Arabi yang menjadi rujukan penganut sufi yang palsu ?"

Kamu ni menilai sesuatu mendahulukan akal atau mendahulukan Al-Quran, Sunnah, Ijma' Dan Qias?

Tuan ni selagi boleh nak pertikai, sampai fatwa Ulama Muktabar ni pon dia persoal, hebat sheikh, hebat. Kalau begini perangai Pakcik, nape tak pertikai fatwa ulama lain? tak tanye betul ke kitab kitab puak sesat yang sampai kat ulama itu palsu ke ape ke? Kamu nak pertikai mana yang tak kena dengan hawa nafsu kamu je ke?

Kamu ingat Allah Ta'ala tak jaga ke Ulama Pewaris Nabi SAW, pemelihara agama Allah Ta'ala yang seperti janji Allah Ta'ala :-

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda (Terjemahan) :

"Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman:

"Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. HambaKu tidak mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang paling Aku sukai dari pada sesuatu yang Aku fardhukan atasnya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan sunnat-sunnat sampai Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku menjadi pandangan yang untuk mendengarnya, penglihatan yang untuk melihatnya, tangan yang untuk menamparnya dan kaki yang untuk berjalan olehnya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar¬benar memberinya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap sesuatu yang Aku lakukan seperti kebimbanganKu terhadap jiwa hambaKu yang beriman yang mana ia tidak senang mati sedang Aku tidak senang berbuat buruk terhadapnya". [Hadits ditakhrij oleh Bukhari].

Imam Tirmizi pula meriwayatkan dari Abi Sa'id ra dari Nabi saw bahwa baginda bersabda(terjemahan):

“Takutlah kamu kepada firasat orang mukmin, kerana ia memandang dengan cahaya Allah Azza wa Jalla.”

Allah Ta'ala tak pelihara ke WaliNya/Ulama Warisatul Anbiya bila buat fatwa? Kamu dok pandang makhluk, sampai lupa Allah Ta'ala kot. Mereka takdalah bingung pakcik, mereka siasat dan minta bantuan Allah Ta'ala.

Imam Suyuti;  ia beri’tikad beliau itu wali dan haram hukumnya melihat kitab beliau itu kerana sesungguhnya dinukil kata-kata dari Ibn ‘Arabi sendiri:

Kami adalah golongan yang haram orang lain melihat (membaca) kitab-kitab kami

Baca habis dulu Fatwa Imam Suyuti R.A termasuk :-

Imam Suyuti menyatakan:  Adakah orang yang mengkafirkan Ibn ‘Arabi itu tidak takut akan hisab yang buruk terhadap dirinya? Tidakkah ia takut ditanya kepadanya: Adakah sabit pada anda bahawa ia kafir?”


Wallahu'alam, salah satu antaranya bila orang baca orang buat tafsiran sendiri tanpa talaqqi. Bukan haram terus, tapi kena talaqqi, berguru untuk memahami, jangan baut andaian cetek bersandar pada akal. Orang belum diajar matematik, cikgu mana nak bagi buku Addmath tuan. Kalau haram terus takleh baca langsung, bagaimana ulama muktabar  seperti Syeikh Abdul Wahhab Asy-Sya'roniy R.A  boleh keluar fatwa? Jadi Ulama lebih mengetahui dari kita ni yang daif, watpa kita nak pertikai, kalau nak tahu, kena mengaji, bukan main buat andaian.

Dan lagi.........
Ibnu Araby juga percaya bahwa Tuhan Allah adalah ”Suatu yang satu”. Dialah wujud yang mutlak. Nur Allah itu adalah sebagian dari dirinya. Itulah hakikat Muhammadiyah. Itulah kenyataan pertama dalam uluhiyah. Darinya (hakikat Muhammadiyah) terjadi segala alam dalam setiap tingkatnya seumpama alam jabarut dan malakut, alam asal, alam ajsam dan alam arwah. Dialah segenap kesempurnaan ilmu dan amal yang mewujud pada Nabi sejak Adam sampai Muhammad, sampai kepada para wali dan segala tubuh Insan yang Kamil. Dia tetap ada. Hakekat Muhammadiyah itulah yang memenuhi tubuh Muhammad. Bila Muhammad telah mati, ia mati secara tubuh, namun Nur Muhammad/ hakekat Muham-mad itu tetap hidup. Sebab ia adalah sebagian dari Tuhan. Jadi Allah, Adam, dan Muhammad adalah satu. Insan Kamil adalah Allah dan Adam pula pada hakikatnya.



Ini tanyalah kak @bintang . Saya sendiri pon ada beberapa persoalan bab apa dia dok tempek, banyak gaklah, termasuk mana dia kutip, beberapa bab untuk dikomen etc. tapi nak selesai dengan kamu tentang Ulama Ibnu Araby R.A. Saya berdasarkan hujah saya, jangan babitkan saya dengan hujah orang lain pula.








Last edited by Aahil_adha on 2-11-2012 05:53 AM

Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2012 10:21 AM | Show all posts
Nazrulism posted on 2-11-2012 12:06 AM
Dalam aspek mistik logosnya, dia mengaitkan dirinya dengan Muhammad (seperti Al Hallaj) sebagai ke ...

So....?

Seperti copy ini tak habis
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

23-2-2025 08:24 PM GMT+8 , Processed in 0.069043 second(s), 32 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list