Eiffel yg Shandy Aulia & Sammy tu memula aku x ske sgt tgk sbb aku rasa mcm nk lempang2 je Shandy Aulia (nama dia ape Tita eh?) sbb manja nye luar alam...tp lama2 naik syok plak..mmg seswei la die ngan Adhit yg mcm x de perasaan tu..last2...Adhit tu yg palen sweet dan comel dan best. Heeee~! Mau x cair..hahaha
aku masih x ble nk menimbulkan selera tgk cite ni sbb aku x leh terima heroin die. aiyaa! terlalu2 kebudak2an muka die..mcm abang adik plak.
Rachmania Arunita sungguh beruntung. Mungkin banyak orang di Indonesia yang sedari kecil sudah berbakat, akan tetapi kesempatan jarang bisa di raih. Berbeda dengan Nia yang menulis 'Eiffel I'm In Love' saat duduk di kelas menengah dan mengedarkan secara bergerilya, namun sukses sehingga kemudian di cetak secara massa dan sukses lagi. Tidak heran perusahaan film mengincar novel tersebut untuk diangkat menjadi produk layar lebar, yang kemudian menuai sukses besar pula.
Dengan kesuksesan 'Eiffel I'm InLove' ternyata membuat Nia berkeinginan untuk membuat kelanjutan cerita cinta Adit dan Tita. Kali ini tidak main-main, ia menulis novel sekaligus mengarahkan versi filmnya! Sungguh kesempatan yang sangat langka.
Cerita dari film ini merupakan kelanjutan langsung dari akhir'Eiffel I'm In Love' (2003). Di Paris, Perancis, Tita (Pevita Pearce, Denias) berusaha meyakinkan cinta Adit (Richard Kevin, Get Married)kepadanya. Namun sikap Adit yang kaku dan canggung membuat sebal Tita, sehingga pada suatu kesempatan ia memutuskan untuk rendevouz sendiri, yang malah menyebabkan ia nyasar di tengah kehidupan Paris. Beruntung ia bertemu dengan Alex (Arifin Putra), pria ganteng yang mengaku dari Thailand. Setelah merasa sebal dengan Tita, Alex bersedia menolong Tita untuk kembali ke keluarganya dan juga menyelusuri hati Adit yang membingungkan Tita. Sikap Alex yang chraming sendiri kemudian menarik hati Tita!
Terus terang tidak ada yang istimewa dari cerita film ini. Semuanya berjalan dengan linear dan tidak ada perkembangan plot yang berarti. Di beberapa bagian film malah terasa datar nyaris tanpa emosi. Kadang malah terasa menjengkelkan karena terasa kekanak-kanakan seperti karakter utamanya, Tita. Namun, harus diakui Rachmania Arunita memang berbakat dan ia tampaknya belajar keras dalam megarahkan film. Dalam usia yang relatif masih sangat muda ia mampu mengemas filmnya dengan fisik yang cantik. Terima kasih untuk eksotisme Paris yang sangat mendukung, sehingga film terselamatkan dari rasa bosan.
Sebenarnya Nia bisa saja mengeksplorasi keindahan Paris dengan lebih elaboratif, sehingga bisa saja 'Lost in Love' menjadi road movie yang menggugah dan informatif, namun Nia terlalu menekankan pada konflik percintaan Adit-Tita-Alex, sehingga film terasa datar.
Dari segi teknis, film memang terlihat menarik dan kompeten. Dari segi akting, Pevita dan Richard mengingatkan akan Shandy Aulia dan Samuel Rizal. Tidak ada yang istimewa. Entah mengapa Nia tidak memakai saja sekalian Shandy dan Samuel. Yang paling mencuri perhatian itu Arifin Putra. Kalau tidak salah ini film layar lebar pertamanya, dan ia menampilkan kualitas akting yang sesuai untuk konteks ini. Dengan aksen Perancisnya yang kental ia tampil dengan menarik. Way to go, Arifin Putra!
'Lost in Love' mungkin adalah proyek coba-coba dari Nia. Namun setidaknya film ini membuktikan jika ia hanya butu* jam terbang yang lebih tinggi untuk menghasilkan karya yang mungkin dapat memperkaya khazanah industri film Indonesia. Dan terus terang, sebagai debutan sutradara bagi seorang penulis, 'Lost In Love' lumayan menarik.
[ Last edited by shachihata33 at 30-4-2009 10:21 ]