CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

View: 2616|Reply: 1

Film - Babi Buta Yang Ingin Terbang

[Copy link]
Post time 10-5-2009 12:32 AM | Show all posts |Read mode
Babi Buta Yang Ingin Terbang

Cast : Ladya Cheryl, Pong Hardjatmo, Carlo, Clairine Baharrizky, Lisa, Daren, Joko Anwar, Wicaksono, Andhara Early
Director/ Script : Edwin
Producer : Meiske Taurisia
Cinematographer : Sidi Saleh
Website : http://www.myspace.com/blindpigfilm

Film ini menjadi pemenang di Festival Film Eropa di Rotterdam - Belanda; Mei 2009.

Sinopsis:

Sebuah mosaic dari 8 karakter dan beberapa petasan, tentang bagaimana menjadi ‘keturunan cina’ di Indonesia.

Verawati salah satu keturunan cina generasi ke-3, yang lahir di Indonesia. Pada awal tahun 80-an, ia adalah pemain bulutangkis yang menjadi andalan Indonesia. Sangat kecewa pada bangsanya (Indonesia) yang selalu mempertanyakan identitasnya, apakah ia cina atau Indonesia, hanya karena penampilan fisiknya. Dalam sebuah penampilan babak final tingkat dunia, Verawati menghadapi lawan dari Cina. Seorang anak memperoloknya, ia memutuskan untuk menggantung raket dan selamanya menjadi ibu rumah tangga.

Halim suami Verawati, berharap dengan menjadi suami dari mantan pebulutangkis nasional, maka kehidupannya sebagai bangsa Indonesia bisa terjamin lebih tenang. Halim adalah seorang dokter gigi yang berharap keluarganya bisa pindah dan menetap di Amerika. Beberapa tahun sebelumnya, ia bereksperimen dengan matanya sendiri, agar bisa terlihat lebih lebar. Sejak saat itu, matanya selalu ditutupi kacamata hitam.

Linda adalah putrid dari pasangan Verawati dan Halim. Ia tidak peduli dengan kebijakan ayahnya, atau ketidakpedulian ibunya. Ia hanya ingin mencari Cahyono, satu-satunya temannya yang mengerti tentang indahnya bermain petasan. Hubungan yang terjalin sejak kecil terputus, karena orang tua Cahyono, memindahkan Cahyono ke sekolah lain, takut anaknya tertular menjadi Cina.

Opa tua, keturunan cina dari generasi ke-2 yang sangat menikmati hidup. Kakek dari Linda yang mengajarkan bagaimana menghargai petasan. Dengan teman-temannya menunggu mati di meja billiard, dengan penuh canda dan enerji.

Cahyono, teman Linda sejak kecil yang selalu menegaskan bahwa dirinya bukan Cina bukan juga Manado, tapi Jepang. Seorang editor acara criminal di televisi. Menemukan Linda kembali sebagai teman, setelah ia melihat Linda dalam sebuah audisi acara reality show.

Helmi dan Yahya menjenjikan green card Amerika pada Halim. Mereka menolong keluarag Halim lolos dari amukan massa pada demonstrasi 1998. Helmi dan Yahya, pasangan mantan pejabat yang memperalat keluarga Halim demi kenikmatan pribadi mereka.

Salma, wanita keturunan Jawa yang sangat menarik secara fisik. Ia membuat Halim berpikir, jika ia mengawini Salma dan berpindah agama ke Islam, mungkin hidupnya akan menjadi lebih tenang. Salma mau dinikahi Halim, hanya karena ia berharap bisa dekat dengan Helmi dan Yahya, yang mungkin bisa mewujudkan cita-citanya sebagai penyanyi pop.









[ Last edited by  jf_pratama at 9-5-2009 23:46 ]
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 10-5-2009 12:36 AM | Show all posts
BABI BUTA YANG INGIN TERBANG

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Selasa, 27 Januari 2009 | 14:10 WIB

Sutradara dan Skenario: Edwin
Pemain: Ladya Cheryl, Pong Harjatmo, Andhara Early, Joko Anwar
Produksi: Babibuta Film

Seorang kawan keturunan Cina, seorang penulis, meninggalkan Indonesia pada 1980-an. Dia memutuskan ke San Francisco, dan (karena kehilangan dia) saya tak bosan-bosannya mengulang pertanyaan, ”Kenapa tidak kembali ke Jakarta?”

”Suatu hari orang Cina akan dibacok.”

Jawaban itulah yang kembali mengganggu saya ketika menyaksikan film Babi Buta yang Ingin Terbang karya Edwin, yang pekan silam diputar di Bentara Budaya menyambut Tahun Baru Cina. Itulah yang tampaknya dirasakan oleh kawan saya, juga oleh Edwin dan mungkin oleh banyak orang Indonesia keturunan Cina: seperti tokoh Linda (Ladya Cheryl) yang ”melahap” segelondongan petasan dan menjejalkan ke mulutnya sendiri; lalu dia akan menanti kapan petasan itu meledak. ”Ledakan” itu seperti sebuah neraka yang sama sekali tak diinginkan, tetapi dia akan bisa meledak setiap saat. Membacok setiap saat.

Film ini dibuka dengan adegan pertandingan bulu tangkis yang sengit antara pemain Indonesia dan Cina. Tanpa suara. Lalu celetukan suara anak kecil, ”Yang Indonesia yang mana?” Visual menunjukkan kedua pemain keturunan Cina; tetapi paspor dan T-shirt itu saja yang menunjukkan salah satu pemain adalah pemain Indonesia. Persoalan identitas ini adalah tema utama yang menjadi persoalan Linda dan Cahyono. Sejak masa kanak-kanak, Cahyono sering digebuk hanya karena dia berkawan dengan Linda yang bermata sipit. Setiap kali berjalan bersama Linda, Cahyono menunduk, mengikuti bayangannya.

Ayah Linda, Halim (Pong Harjatmo), adalah seorang dokter yang buta. Dia hanya terhibur dengan lagu I Just Called to Say I love You berulang-ulang; siang dan malam. Saat memeriksa pasien; saat sendirian, Halim menyanyikan lagu yang sama mengikuti Stevie Wonder. Di rumah, Halim mencoba mengubah bentuk matanya; dia mencoba menjadi ”orang lain”; Halim menyatakan kepada sang istri (mantan pemain bulu tangkis itu) bahwa dia ingin mencari istri lagi; dia ingin berubah agama atau apa saja yang bisa membuat dia terbang dari kulit dan fisiknya itu. Menjadi orang lain yang bukan Cina. Halim, yang buta dan bermata sipit itu, ingin terbang….

Lalu ada tokoh-tokoh lain yang memanfaatkan posisi marginal Halim. Ada Salma (Andhara Early), suster yang ingin menjadi kontestan Planet idol; ada pasangan gay Yahya (Joko Anwar) dan Rommy (Wicaksono). Salma mempunyai permintaan besar; Yahya menyanggupi dengan syarat terselenggaranya sebuah ”pertukaran jasa” dengan Halim. Dan kita kemudian memasuki adegan seksual yang bukan saja tak nyaman, tetapi mengirim elemen ”kekerasan’.

Kisah tekanan, kebingungan, pencarian identitas, dan penderitaan yang terus-menerus disimpan dan dikubur dalam-dalam ini semua diceritakan dengan struktur non-linier. Edwin menampilkan subjudul pada setiap fragmen. Dia menampilkan sosok babi di tengah padang rumput yang sudah jelas terikat pada bumi dan tak mungkin terbang. Mereka semua adalah orang Cina peranakan dari generasi yang berbeda. Opa Linda yang nyaman dengan komunitasnya yang terbatas; ayah Linda yang ingin keluar dari tubuhnya dan terbang entah ke mana (dimainkan dengan sangat menyentuh oleh Pong Harjatmo). Peristiwa Mei 1998 yang ditampilkan sekilas melalui berita televisi. Melalui generasi Linda dan Cahyono, yang akhirnya bisa berjalan sambil mengangkat kepalanya, film ini memberikan setitik harapan. Kepada Edwin, dan kepada kita semua. Kepada Indonesia yang memeluk semua agama dan semua warna.

Edwin, seperti kawan saya yang akhirnya menetap di Amerika itu, tumbuh menjadi bagian dari generasi yang mempertanyakan identitas, tetapi tampaknya akhirnya mempunyai waktu, ruang, dan energi untuk bersuara. Bedanya, kawan saya pergi dan memilih melupakan Indonesia. Edwin memilih untuk bercerita. Dan Edwin beruntung, bukan hanya karena film ini kemudian masuk ke berbagai festival di Eropa, tetapi juga karena Edwin (dan generasinya) tidak memilih untuk mengubur persoalan itu sebagai sesuatu yang ”dilupakan”; melainkan menggambarkannya sebagai kisah yang menjadi potret dari mozaik negeri ini.

LEILA S. CHUDORI
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

21-1-2025 03:40 PM GMT+8 , Processed in 0.525283 second(s), 13 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list