CariDotMy

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

123Next
Return to list New
View: 4625|Reply: 46

[Tempatan] Orang Afrika Selatan ingat Indonesia itu Malaysia

[Copy link]
Post time 10-12-2013 10:04 AM | Show all posts |Read mode
Di Negeri Mandela, Indonesia Sering Disalahtafsirkan
Sabtu, 7 Desember 2013 | 18:18 WIB

Makam Syeikh Yusuf di Kampung Macassar, Cape Town, Afrika Selatan, sebagai salah satu bukti kedekatan Indonesia dengan Afrika Selatan. | Kompas.com/Hery Prasetyo
128
105

11

KOMPAS.com - Sebenarnya Afrika Selatan (Afsel), terutama Cape Town, amat dekat dengan Indonesia, baik orangnya maupun budayanya. Seolah, jaraknya hanya sejengkal. Namun, karena kurangnya "silaturahim", rasanya menjadi amat jauh.

Orang Indonesia kurang tahu banyak tentang Cape Town atau Afsel. Sebaliknya, orang Cape Town, yang disebut Cape Malay, kurang tahu tentang Indonesia. Jika bicara soal Melayu, maka mereka kira itu hanya Malaysia.

Secara geografis, Indonesia dan Afsel memang jauh. Menuju ke sana atau sebaliknya bisa ditempuh melalui perjalanan udara selama 23 jam. Namun, ada napas budaya Indonesia yang cukup terasa di Afsel, terutama di Cape Town.

Sebuah grup opera yang disutradarai Luqmaan Adam saat tampil di Bloemfontein membawakan lagu Indonesia yang dipopulerkan Krisdayanti, berjudul "Menghitung Hari". Namun, sang penyanyi memperkenalkannya sebagai "Malaysian song". Sebuah kesalahan yang mungkin tak mereka sadari, sekaligus menyedihkan karena produk Indonesia dikira Malaysia.

Cape Town didominasi warga kulit berwarna atau coloured. Mereka keturunan campuran orang Indonesia, kulit hitam, putih, India, dan lainnya. Mereka itulah yang disebut Cape Malay. Saat ini, di Cape Town diperkirakan ada 160.000 warga Cape Malay.

Sebagian besar dari mereka keturunan para budak yang didatangkan VOC pada abad ke-17. Cape Malay menjadi sebutan karena keturunan dari Melayu sangat dominan.

Dirunut ke belakang, jumlah budak yang dibawa VOC ke Cape Town sebesar 31,47 persen. Jumlah ini adalah jumlah terbesar kedua setelah India (36,30 persen) yang kini keturunan mereka lebih banyak tinggal di daerah Natal. Adapun budak dari Malaysia hanya 0,49 persen.

Hanya, waktu itu belum ada negara serta nama Malaysia dan Indonesia. Orang Indonesia juga disebut Malay (Melayu). Dan, nama Malay itu bertahan sampai sekarang, meski Nusantara sudah merdeka dan memakai nama Indonesia.

Wajar saja jika kemudian semua yang berkaitan dengan Melayu atau Indonesia disebut Malay. Ketika ada orang Indonesia ke Afsel pun mereka sering disapa sebagai orang Malaysia.

Minim Silaturahim Budaya

Indonesia dan Afsel sebenarnya sudah melakukan hubungan erat sejak 1994. Namun, tampaknya silaturahim budaya kurang banyak terjadi. Dengan demikian, banyak warga Cape Malay awam yang kurang tahu banyak tentang Indonesia. Bahkan, ada yang mengira Indonesia bagian dari Malaysia. Pasalnya, mereka hanya tahu bahwa negara Asia Tenggara adalah Malay.

"Oh, ternyata ada persamaan besar budaya kami dan Indonesia. Saya baru tahu jika banyak budak Indonesia yang dibawa ke Afsel. Benar, saya banyak mendapat informasi baru setelah bertemu Anda," kata Karim, warga Cape Malay yang kemungkinan juga punya darah Indonesia.

Dia tak tahu data budak Indonesia dan Malaysia. Dia juga tak mengerti bahwa beberapa bahasa Afrikaan diambil dari kosakata Indonesia. Yang dia tahu, dia keturunan coloured yang sebagian besar nenek moyangnya orang Malay.

Ketika Karim memperkenalkan saya dengan masyarakatnya, banyak yang tertegun seperti halnya Karim. Mereka kaget, ternyata banyak budaya dan bahasa Indonesia yang sama dengan budaya dan bahasa mereka. Seperti halnya Karim, mereka sempat mengira bahwa persamaan itu datang dari Malaysia, sedangkan Indonesia adalah negara belahan lain yang tak ada hubungannya dengan Cape Malay.

"Ha-ha-ha-ha.... Ternyata banyak kata yang sama ya," ujarnya ketika saya menjelaskan persamaan kata Indonesia dan Afrikaan, bahasa mereka.

Beberapa persamaan itu antara lain kata "terima kasih" (orang Cape Town menulis tramakasie), belajar, berkelahi, piring, pisang, rokok, dan sebagainya.

Menurut buku "Indonesians in South Africa: Historical Links Spanning Three Centuries", orang Indonesia juga bangsa asing pertama yang didatangkan VOC ke Afsel. Orang Indonesia pula, dimotori Syeikh Yusuf dari Goa (sekarang Gowa), Makassar, yang membawa agama Islam ke Afsel. Bahkan, makamnya masih ada di daerah yang dulu disebut Zandvliet dan sejak lama berganti menjadi Kampung Macassar.

Yang menyedihkan, orang Afrika Selatan tak tahu bahwa batik yang sering dikenakan tokoh mereka, Nelson Mandela, berasal dari Indonesia. Ketika ditanya pakaian Mandela itu, mereka tak menyebut batik, tapi "Madiba's Shirt". Madiba adalah sebutan sayang untuk Mandela.

Program Tukar Pelajar

Salah kaprah itu menjadi tugas besar Indonesia. Harus ada silaturahim yang kuat, baik secara kultural maupun edukasional.

Itu pula sebabnya, Kedutaan Besar RI di Pretoria mulai menjalankan program Darmasiswa. Program ini memberi beasiswa kepada orang Afsel untuk belajar di Indonesia sehingga mereka nanti diharapkan akan memberi informasi yang benar kepada masyarakatnya tentang Indonesia.

Selain itu, setiap tahun KBRI juga menggelar pertunjukan di Afsel, memperkenalkan budaya Indonesia. Dengan demikian, lambat laun masyarakat Afsel akan benar-benar dekat dengan Indonesia. Pasalnya, pada dasarnya kedua negara ini amat dekat secara kultural dan genetis, terutama masyarakat Cape Malay.

Namun, melihat kesalahkaprahan itu, perlu kegiatan atau hubungan yang lebih intensif dan kreatif karena kedekatan hubungan akan berimbas ke banyak hal, baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. (Hery Prasetyo)
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


 Author| Post time 10-12-2013 10:05 AM | Show all posts
Memang patut pun Indonesia ni gabung je dengan Malaysia..
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-12-2013 10:06 AM | Show all posts
btw, kalu orang Afrika Selatan pakai budaya Indonesia buleh lah.. Malaysia kalu tak buleh..
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:06 AM | Show all posts
am. posted on 10-12-2013 10:05 AM
Memang patut pun Indonesia ni gabung je dengan Malaysia..

kebanyakkan melayu situ pon byk dari malaysia pon...bila sebut malay (melayu)...org akan teringat malaysia kerana malaysia ramai suku melayu...lain la suriname...majoriti jawa...orang ingat la indon
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:07 AM | Show all posts
ah sudahhh
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-12-2013 10:07 AM | Show all posts

Dia tak tahu data budak Indonesia dan Malaysia. Dia juga tak mengerti bahwa beberapa bahasa Afrikaan diambil dari kosakata Indonesia. Yang dia tahu, dia keturunan coloured yang sebagian besar nenek moyangnya orang Malay.


Ternyata bahasa Afrika pun berasal dari Indon..
Reply

Use magic Report

Follow Us
 Author| Post time 10-12-2013 10:09 AM | Show all posts
Yang menyedihkan, orang Afrika Selatan tak tahu bahwa batik yang sering dikenakan tokoh mereka, Nelson Mandela, berasal dari Indonesia. Ketika ditanya pakaian Mandela itu, mereka tak menyebut batik, tapi "Madiba's Shirt". Madiba adalah sebutan sayang untuk Mandela.


Batik Afrika pun depa kata asal Indonesia..

Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-12-2013 10:10 AM | Show all posts
the_killer posted on 10-12-2013 10:06 AM
kebanyakkan melayu situ pon byk dari malaysia pon...bila sebut malay (melayu)...org akan teringat  ...
Dirunut ke belakang, jumlah budak yang dibawa VOC ke Cape Town sebesar 31,47 persen. Jumlah ini adalah jumlah terbesar kedua setelah India (36,30 persen) yang kini keturunan mereka lebih banyak tinggal di daerah Natal. Adapun budak dari Malaysia hanya 0,49 persen.
Tapi depa kata Melayu malaysia ni sikit jah.. Melayu pun banyak dari Indon..

mungkin pasal babu Indon lagi ramai kot.
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 10-12-2013 10:15 AM From the mobile phone | Show all posts
Dah indon itu jawa..melayu dan lain2 bangsa tenggelam dek jawa yg totally berbeza bangsanya itu dgn melayu..jadinya haruslah melayu2 diluar itu lebih dekat dengan malaysia kerana namanya dulu juga tanah melayu..hal ini akibat dari proses asimilasi indonesia itu sendiri yg cuba menjawakan seluruh alam melayu di negara mereka..maka oleh itu sila claim jawa di surinam dan jawa di malaysia..usah diusik bangsa melayu itu..
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-12-2013 10:16 AM | Show all posts
Ghoema, Napas Indonesia di Tanah Mandela
Sabtu, 7 Desember 2013 | 15:19 WIB

Para pemudi bersiap merayakan Ghoema dengan tarian dan musik | Kompas.com/Hery Prasetyo
2
25

0

KOMPAS.com — Kematian Nelson Mandela tidak hanya meninggalkan kepedihan buat rakyat Afrika Selatan (Afsel), tetapi juga Indonesia. Sebab, banyak saudara kita yang beranak pinak di Afsel dan merasakan perjuangan Mandela dalam menentang apartheid.

Saking dekatnya hubungan antara Indonesia dan Afsel, bahkan ada napas kebudayaan Indonesia yang masih berembus di sana. Ghoema, sebuah festival rakyat tahunan, adalah salah satunya.

Setiap tanggal 2 Januari, Cape Town akan menjadi kota yang penuh gairah. Semua warganya bergembira, berdansa, berpesta, menikmati hari-hari penuh sukacita.

Ini masa karnaval. Setiap distrik atau kelurahan mengeluarkan grup terbaiknya dalam berpakaian, bernyanyi, menari, dan membentuk formasi. Mereka kemudian akan melewati jalanan, memamerkan kebolehannya. Kemeriahan ini akan terus berlangsung sampai beberapa hari hingga hari pengumuman pemenang.

Karnaval tahun baru yang sering disebut Festival Ghoema itu memang menjadi salah satu daya tarik Cape Town. Kegiatan yang sudah berlangsung ratusan tahun dan Indonesia punya peran.

Peserta karnaval bisa mencapai 60 kelompok atau 30.000 orang. Artinya, setiap kelompok bisa terdiri dari 500 orang. Adapun puluhan ribu orang akan memenuhi jalanan untuk menyaksikan karnaval. Mereka akan memamerkan pakaian yang berwarna-warni, payung warna-warni, juga tarian, dan musik Ghoema. Mereka bisa membuat pakaian beberapa bulan sebelumnya dengan cara rahasia agar tak ketahuan kelompok lain sebelum ditampilkan.

Tradisi ini diperkirakan mulai muncul pada 1834, saat para budak, termasuk budak asal Indonesia, dibebaskan. Namun, pembebasan secara massal terjadi pada 1883.

Ketika pembebasan itu, para budak turun ke jalan. Mereka merayakan pembebasan itu dengan memakai pakaian terbaik dan warna-warni, kemudian bernyanyi sepanjang jalan dengan iringan musik. Alat musik yang dipakai antara lain gitar, banjo, terompet, dan ghoema.

Salah satu yang khas dalam karnaval adalah musiknya. Musik Cape Town sangat khas, punya ritme yang cepat, mirip musik mars, bergairah, dan membangkitkan semangat. Ada yang menyebut inilah musik Cape Jazz, ada pula yang menyebut Malay Music, tapi lebih populer disebut Ghoema Music.

Peran budaya Indonesia

Ghoema sebenarnya sebuah drum yang menjadi alat utama dalam musik mereka. Bentuknya seperti tempat air tradisional dari kayu. Tabuhan drum inilah yang menjadi ciri khas ritme musik ghoema.

Banyak yang menyebut, drum ini berasal dari Indonesia atau setidaknya dibuat oleh para budak asal Indonesia.

Menurut cerita lain, para budak memanfaatkan tempat air untuk drum. Kemudian, mereka membunyikannya untuk menghibur diri. Dan, para pembuatnya rata-rata budak Indonesia dan India. Sebagai catatan, banyak budak Indonesia yang dibawa Belanda ke Cape Town punya keahlian sebagai penjahit, pemusik, pembuat sepatu, dan keahlian lainnya.

Menurut Louise Meintjes dari Duke University, pengarang Sound of Africa: Making Music Zulu in a South African Studio, musik ghoema sangat dipengaruhi musik Malay.

Sebagai catatan, dulu tak ada nama Indonesia dan Malaysia. Semua orang Asia Tenggara disebut Malay, dan budak Indonesia sangat dominan, mencapai 31,47 persen atau terbesar kedua setelah budak asal India (36,40 persen). Adapun budak asal Malaysia hanya 0,49 persen. Artinya, budaya Malay di Cape Town tak jauh-jauh dari budaya Indonesia.

Musik ghoema menjadi khas dan identik dengan Cape Town dan masyarakat Cape Malay. Ada napas musik melayu yang kuat.

Maka dari itu, tak heran jika napas kebudayaan Indonesia mengalir dalam musik ini, juga karnavalnya. Setidaknya, keturunan Indonesia ikut andil dalam karya besar karnaval dan musik ghoema di Cape Town yang kini menjadi salah satu andalan wisata kota itu. (Hery Prasetyo)

P/S: Kalu Orang Afrika buat Ghoema ni tak dikatakan maling, Malaysia kalu dikatakan maling..
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:16 AM | Show all posts
am. posted on 10-12-2013 10:10 AM
Tapi depa kata Melayu malaysia ni sikit jah.. Melayu pun banyak dari Indon..

mungkin pasal bab ...

indon tu bodoh...melayu dagang ja dari indon...melayu asal memang asal semenanjung
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-12-2013 10:19 AM | Show all posts
the_killer posted on 10-12-2013 10:16 AM
indon tu bodoh...melayu dagang ja dari indon...melayu asal memang asal semenanjung

Hahahaha.. pasal tu la orang cape town lebih kenal melayu malaysia pasal depa tau melayu asal semenanjung dan majority.. di indon melayu tu dah dijajah jawa..
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:23 AM | Show all posts
Punggah....abis melayu cape town indon nak claim....

African batik pun depa claim...
Reply

Use magic Report

 Author| Post time 10-12-2013 10:28 AM | Show all posts
MengkuduMasam posted on 10-12-2013 10:23 AM
Punggah....abis melayu cape town indon nak claim....

African batik pun depa claim...

tak lupa bahasa afrika pun depa nak claim..
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:29 AM | Show all posts
am. posted on 10-12-2013 10:05 AM
Memang patut pun Indonesia ni gabung je dengan Malaysia..

Suruh Indon gabung saja dgn South Africa tu. Depa tak kisah South Africa maling baju batik dan guna budaya yg sama. Klu Msia, mcm ungka pekik2 kata kita maling. So better depa gabung dgn South Africa.
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:29 AM | Show all posts
MengkuduMasam posted on 10-12-2013 10:23 AM
Punggah....abis melayu cape town indon nak claim....

African batik pun depa claim...


Kata Indon serumpun dgn South Africa psl byk org Indon kata sana. Pastu Indon blh ramai2 naik tongkang ke Tanah leluhur depa di South Africa. Takdelah menyemak kat Msia ni.   Last edited by Peterpan17 on 10-12-2013 10:31 AM

Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 10-12-2013 10:30 AM | Show all posts
Aku pernah dok Nambia beberapa tahun. Kalau ada cape malay datang ke Windhoek, mereka akan melepak rumah kakitangan kedutaan malaysia yg hanya beberapa kelurga tuh. Tak adanya mereka nak rapat dengan staff kedutaan indon yang 10 kali ganda ramai nya dari staff kedutaan kita.

Dan mereka memang mengakui yang mereka lebih rapat dengan orang malaysia berbanding indon. Sorry ya indon.
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:33 AM | Show all posts
langlobat posted on 10-12-2013 10:30 AM
Aku pernah dok Nambia beberapa tahun. Kalau ada cape malay datang ke Windhoek, mereka akan melepak r ...

Tgk tu. The so called their Indon punya leluhur pun tak hengen mengaku depa sedara. Sanggup mengaku Msia sedara
Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:34 AM | Show all posts
indon tak mau klaim mandela sekali ka?

Reply

Use magic Report

Post time 10-12-2013 10:36 AM | Show all posts
indon ada bakar bendera aprika sebab maling batik..kuhnunnya
Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CariDotMy

9-10-2024 05:09 AM GMT+8 , Processed in 0.257244 second(s), 34 queries , Gzip On, Redis On.

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list