Pusat penerbang angkatan laut (Puspenerbal) TNI AL Segera Miliki UAV LX 300 DronePertajam Cakarnya, Rajawali Laut Segera Miliki UAV LX 300 Drone Kombatan
Indonesia sedang mempertimbangkan produksi "Kozak-2M2": prototipe pertama ditampilkan. Militer informasi tentang hal itu.
Produsen peralatan otomotif Ukraina - Asosiasi Riset dan Produksi "Praktek" bekerja sama dengan perusahaan negara Indonesia PT Pindad, yang berencana untuk membangun lisensi kendaraan lapis baja "Kozak-2M2" di fasilitasnya di Indonesia.
KOZAK 2 M VERSI PINDAD
Kozak 2M versi Pindad (foto : KepoMiliter)
Serhiy Vilkov mencatat bahwa ini adalah versi baru dari kendaraan lapis baja taktis Indonesia yang disebut Komodo, yang sebenarnya akan menjadi "Cossack" yang diproduksi di bawah lisensi di perusahaan lokal.
OSI Contracted Mid-Life Modernisation of Bung Tomo Class Multi-Role Light Frigate
December OSI Maritime Systems (OSI) announced that it has been contracted, by PT Len Industri (Persero), Indonesia, for an Integrated Navigation System featuring the integration of new and legacy navigation sensors, with provisions to connect to the Combat Management System. Working closely with THALES NL as part of the TACTICOS CMS upgrade, OSI technology will feature in supporting the navigation function of the MRLF combat capabilities.
The contract is for the modernisation (MLM) of Bung Tomo Class KRI Usman Harun (359) in which PT Len is acting as main contractor and Combat System Integrator working together with THALES NL. With its extensive experience in retrofitting and new build projects, OSI will be drawing on the two streams of its expertise to interface with new and legacy sensors. Core to the project is OSI's proprietary Navigation and Tactical Data Distribution Unit (NavTac DDU), which will manage all sensor inputs and distribute the data to the bridge system.
"This project is representative of our long-standing relationship between the Indonesian Navy and OSI," stated Ken Kirkpatrick, President and CEO. "Moreover, it showcases OSI's breadth and depth in navigation and tactical system integration, while much of our business today is in new build projects, much of that knowledge resulted from our experience over the years working on some very complex retrofit projects."
Sensor integration and capabilities include Radar, DGPS, Weather Systems, Warship AIS, and OSI's Warship ECDIS, ECPINS. ECPINS was the first WECDIS to be third-party Type Approved against NATO STANAG 4564 is the only WECDIS that has been tested by classification society (DNV-GL).
Jim Davison, VP of Business Development, added: "Traditionally, combat management and navigation were separate, siloed activities; warships are now being designed in a way that now meshes relevant systems to enhance integration and shared services. As demonstrated in this contract, OSI is becoming very well versed in "nav-combat" integration."
Indonesia Pilih Rafale dan F-15 EX. CAATSA SUPER POWER USA KSAU: Dengan Berat Hati, Kita Tinggalkan Rencana Pembelian Su-35
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo mengatakan, rencana pembelian pesawat tempur telah mengerucut ke dua jet tempur, yakni Dassault Rafale asal Perancis dan F-15 EX dari Amerika Serikat. Dengan rencana tersebut, Fadjar mengatakan, pemerintah meninggalkan rencana pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 asal Rusia.
"Mengenai Sukhoi 35 dengan berat hati ya kita harus sudah meninggalkan perencanaan itu," ujar Fadjar di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (22/12/2021). Menurut dia, salah satu pertimbangan yang membuat pemerintah memilih untuk membeli Rafale dan F-15 EX adalah anggaran.
"Karena kan kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran. Kalau yang bayar tidak mau ke sana, kita kan enggak bisa nyebut-nyebut terus, jadi arahnya ke Rafale," kata Fadjar. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Fadjar mengatakan bahwa kini banyak negara yang menyukai Rafale.
Hal itu tercermin dengan adanya pembelian besar-besaran terhadap Rafale. Salah satunya adalah Uni Emirat Arab (UEA) yang membeli 80 unit Rafale beberapa waktu lalu. Baca juga: Spesifikasi Jet Tempur Dassault Rafale yang Segera Dimiliki Indonesia, Dilengkapi Sederet Senjata Mutakhir "Kalau kita ikuti berita internasional, semakin banyak yang suka dengan Rafale, dan mereka mohon maaf mungkin resources-nya kuat sekali mungkin bisa kuat langsung bayar dan sebagainya," kata Fadjar. Indonesia sebelumnya berencana akan memboyong 35 jet Rafale dan 8 unit F-15 EX. Isu rencana pembelian pesawat ini sudah menghangat sejak setahun terakhir ini.
KSAU: Tambahan Pesawat Angkut Hercules C-130J Segera Tiba Akhir Tahun 2022
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo mengatakan, penambahan pesawat angkut Hercules C-130J seri terbaru akan tiba di Indonesia pada akhir tahun 2022. "Untuk pesawat angkut kita akan segera menambah pesawat C-130J yang diperkirakan akan datang pada akhir tahun depan (2022)," ujar Fadjar di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Fadjar mengatakan bahwa pesawat angkut Hercules menjadi andalan TNI AU, terutama untuk misi kemanusiaan ketika terjadi bencana di Tanah Air.
"Pesawat Hercules jelas menjadi tulang punggung di TNI AU dan sangat diandalkan apabila terjadi bencana," kata Fadjar. Selain mendatangkan pesawat angkut, Indonesia diyakini akan segera mendapatkan jet tempur Dassault Rafale buatan Perancis dan F-15EX asal Amerika Serikat.
Tak tanggung-tanggung, jumlahnya diperkirakan mencapai 36 unit Rafale dan 8 untuk F-15EX. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Selain fokus memodernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista), Fadjar mengatakan, TNI AU juga tetap memberikan perhatian terhadap pembangunan sumber daya manusia (SDM).
"Namun tentu saja TNI AU tidak hanya fokus kepada pengembangan alutsista modern tetapi yg paling penting adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia dan penataan organisasi yang semakin efektif dan efisien," imbuh Fadjar. Sebelumnya, Fadjar telah mengunjungi produsen pesawat Hercules terbaru incaran TNI AU, Lockheed Martin di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat, Selasa (7/9/2021). Pada saat kunjungan ini, KSAU menerima penjelasan tentang perkembangan pesawat C-130J Hercules pesanan TNI AU yang saat ini sedang diproduksi di pabrik pesawat tersebut.
Indonesian Navy new Hospital Ship KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-991 successfully conducted Sea Acceptance Test (SAT). Credit to PT PAL.
Hasil yang didapatkan dalam SAT adalah kapal BRS dr. Wahidin Sudirohusodo yang memiliki panjang 124 meter dan dilengkapi dengan mesin pokok sebesar 2 x 5420 KW, mampu mencapai kecepatan 19.4 knots melebihi kecepatan yang diamanatkan pada kontrak yaitu 18 knots. Keseluruhan rangkaian SAT telah dilaksanakan dan telah dinyatakan lulus oleh Tim TKM dan Class LR. Setelah sukses melaksanakan kegiatan SAT, kapal BRS akan dipersiapkan untuk pelaksanaan commodore inspection dan selanjutnya akan diserah terimakan kepada TNI-AL.
Tim Produksi Kapal BRS PT PAL Indonesia (Persero) bersama Tim Kelaikan Material (TKM) dari TNI AL, Class LR serta Tim Satgas sukses laksanakan Sea Acceptance Test (SAT) kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dr. Wahidin Sudirohusodo telah dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang siap untuk dioperasikan, meliputi: X-Ray, CT-Scan, Mortuary Refrigerator, CSSD dan Ruang Isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti Covid-19. Kapal BRS siap melaksanakan tugas operasi medis, pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue) dan pemberian bantuan kemanusiaan.
Indonesian PT Lundin (North Sea Boats) X18 Missile Boat and X63 Trimaran FAC (at the background). Both crafts to be equipped with the Naval Strike Missile (NSM). The X18 Missile Boat is currently still in development while PT Lundin just launched the X63 Trimaran FAC KRI Golok-688 and is now conducting sea trials. Credit to PT Lundin.
Naval Strike Missile(NSM) Norwegia
NSM yang merupakan kerjasama bersama antara Kongsberg dan Raytheon,
Indonesia Kerjasama Pertahanan dengan Norwegia
Dalam kunjungannya Rut Krьger Giverin mengungkapkan bahwa kedua negara memiliki potensi yang besar untuk memperkuat hubungan yang telah terjalin selama ini khususnya di bidang industri pertahanan, yaitu Pengembangan teknologi sistem pertahanan udara.
TNI AU Bentuk 3 Skuadron Baru Untuk Markas F15 EX Dan Rafale
TNI Angkatan Udara mulai memikirkan penambahan skuadron udara menyusul segera terealisasinya pembelian jet tempur Dassault Rafale asal Perancis dan F-15EX dari Amerika Serikat. "Antara kalau pesawat mungkin 2 sampai 3 skuadron," ujar Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Penambahan dua hingga tiga skuadron udara itu bisa terjadi apabila Indonesia pada akhirnya bisa mendatangkan di atas 30 unit jet tempur generasi 4,5. "Insya Allah segera (di atas 30 unit)," kata mantan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II (Pangkogabwilhan II) tersebut. Baca juga: Spesifikasi Jet F-15EX yang Segera Merapat ke Indonesia, Punya Sistem Peperangan Elektronik Fadjar mengatakan, TNI AU akan memanfaatkan skuadron yang ada untuk penempatan jet tempur Rafale dan F-15EX.
Indonesia menginginkan jet tempur yang masuk kategori generasi 4,5, baik yang kelas heavy atau pun medium ke atas. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Oleh karena itu, pilihan untuk menambah kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) kini mengarah pada dua jet tempur tersebut. Mengenai isu pembelian Sukhoi Su-35, Fadjar menyebutkan bahwa kini Indonesia dengan "berat hari" harus meninggalkan rencana pembelian jet tempur asal Rusia itu.
Fadjar mengungkapkan, alasan Indonesia menanggalkan rencana pembelian Su-35 karena berkaitan dengan anggaran. "Karena kan kembali lagi dari awal kita sebutkan bahwa pembangunan kekuatan udara sangat bergantung dari anggaran, kalau yang bayar tidak mau ke sana, kita kan enggak bisa nyebut-nyebut terus, jadi arahnya ke Rafale," ungkap Fadjar. Indonesia sebelumnya berencana memboyong 36 jet Rafale dan 8 unit F-15 EX. Isu rencana pembelian pesawat tempur ini sudah menghangat sejak setahun terakhir ini.
Elettronica in Contact with Fincantieri for FREMM's EW Supplies to Indonesia
Rome (Agenzia Nova) - Elettronica is in keep contact with Fincantieri on the possibility of participating with the EW component (electronic warfare) in the supply of Fremm frigates to Indonesia.
This was stated by Paolo Izzo, chief sales officer of Elettronica, during the press conference organized to present the current market prospects at the end of 2021.
"The Fremm are now considered a point of reference on the international level: the campaign is going very well and they should have concluded the financing phases", he said, adding that he expects the contract for 2022.