CARI Infonet

 Forgot password?
 Register

ADVERTISEMENT

Author: eltoro

INDONESIA = DEFENCE -MILITARY ISSUES [ PART V ]-[R.P.1]

 Close [Copy link]
Post time 1-11-2013 09:52 PM | Show all posts
[Galerry] Angkasa Yudha 2013, Bravo TNI-AU...!!























[Gallery] The Thunder's, TNI-AU Real Air Superiority Fighter















Paskhas













Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 1-11-2013 10:22 PM | Show all posts
Indonesia Tunggu Kepastian Hibah Kapal Selam Rusia



TEMPO.CO, Natuna- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan pemerintah sedang menunggu kepastian hibah kapal selam dari Rusia. "Saat ini kami menunggu surat resmi dari Rusia," kata Purnomo kepada wartawan di Landasan Udara Ranai, Natuna, Rabu, 30 Oktober 2013.

Surat itu, dia melanjutkan, berisi kepastian berapa kapal selam yang akan dihibahkan Rusia. Termasuk bagaimana keadaan fisik kapal selam itu dan seberapa banyak perbaikan yang diperlukan. Sebab dalam hibah alat utama sistem persenjataan, negara pemberi pasti menyaratkan seberapa besar perbaikannya. "Tapi katanya masih bagus kondisinya," kata dia.

Soal berapa pagu anggaran untuk biaya 'up-grade' kapal selam ini, Purnomo belum mau menjawab. Sebab saat ini yang ditunggu oleh pemerintah adalah kepastian jadi atau tidaknya hibah kapal selam dari Rusia.

Menurut informasi awal yang Purnomo peroleh dari Duta Besar Rusia di Indonesia, negara Beruang Merah itu akan menghibahkan 10 kapal selam jenis Killo Class Namun hal itu bisa saja berubah. "Sebab negara tetangga, Myanmar juga mendapat satu (kapal selam) hibah dari Rusia."

Purnomo sendiri menyatakan bahwa TNI memerlukan hibah kapal selam dari Rusia itu. Sebab, kapal selam merupakan alutsista strategis untuk menjaga arus laut kepulauan Indonesia. Saat ini Indonesia baru punya dua unit kapal selam, KRI Cakra dan KRI Nanggala. Pemerintah telah memesan tiga unit kapal selam Changbogo dari Korea Selatan. "Kami butu*nya lebih dari lima itu," kata Purnomo.

Terlebih, dia melanjutkan, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetyo menyatakan bahwa dia membutu*kan kapal selam yang mampu meluncurkan rudal dari bawah permukaan air ke udara. Kemampuan itu merupakan salah satu kelebihan kapal selam Killo Class milik Rusia.

Sebelumnya, Sumber Tempo di Kementerian Pertahanan menyebutkan bahwa pemerintah Rusia tak serius menghibahkan kapal selam. Buktinya, perwakilan Indonesia yang dipimpin KSAL Laksamana Marsetyo tak mendapat jawaban yang pasti soal hibah ini saat bertandang ke Rusia.

Menurut Sumber Tempo, pemerintah Rusia mengaku tak punya rencana untuk memberikan hibah kapal selam ke Indonesia. Bahkan Sumber Tempo menyebut KSAL Indonesia tak bisa bertemu dengan KSAL Rusia.

Menanggapi hal ini, Menteri Purnomo tak mau berkomentar berlebihan. Dia mengaku tak tahu persis apa yang terjadi di sana. Menurut dia, setiap pejabat pasti punya kesibukan masing-masing. Bisa saja KSAL Rusia sedang sibuk hingga tak bisa temui perwakilan Indonesia.

Bahkan Purnomo menyebut perwakilan Indonesia sudah bertemu dengan pejabat penting Rusia. Termasuk pihak yang mengurus segala urusan jual-beli senjata Rusia, Rosoboron. "Pokoknya tunggu dulu surat resmi dari Rusia."
Reply

Use magic Report

Post time 1-11-2013 10:49 PM | Show all posts
PANGLIMA TNI JADI WARGA KEHORMATAN KORPS MARINIR TNI ANGKATAN LAUT

[quote="Mariniiiiir... !!! Berulang-ulang dan begitu lantang penuh bangga, suara Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, sesaat setelah menerima penyematan Baret Ungu, Brevet Intai Amfibi Korps Marinir, dan Brevet Anti Teror TNI Angkatan Laut. “Apakah kalian bangga memakai baret seperti yang saya pakai ini, apakah saya terlihat bertambah gagah memakai baret ungu ini?,” tanya Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko kepada ribuan prajurit Korps Marinirseluruh peserta upacara."]

Panglima TNI melakukan penembakan dengan menggunakan senjata How 105 mm milik Korps Marinir TNI Angkatan Laut, yang disambut dengan tepuk tangan oleh seluruh undangan.

Baret Ungu, Brevet Intai Amfibi, dan Brevet anti teror aspek laut Detasemen Jalamangkarayang disematkan itu sebelumnya dibawa oleh 3 peterjun pilihan dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), sertadari Batalyon Taifib 1 dan 2 Marinir, dipimpin Kapten Marinir Pujo Setiyono, mendarat tepat di depan mimbar Inspektur Upacara yang telah diapit 4 unit kendaraan tempur BMP-3F dan 6 unit meriam Howitzer 105 mm.

Upacara yang melibatkan sedikitnya 6.000 prajurit petarung Korps Marinir dari Pasmar-1 Surabaya dan Pasmar-2 Jakarta
[/quote]









http://www.marinir.mil.id/index. ... tni-angkatan-laut-2
Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2013 08:20 PM | Show all posts
120 Karyawan PTDI Berhasil Buat Badan Helikopter Militer EC725 Cougar



Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyerahkan fuselage (badan) terakit, di mana upper dan lower fuselage helikopter militer EC725 Cougar.

Sejak tahun 2008 lalu, Eurocopter telah mempercayakan PTDI sebagai mitra pengembangan produksi untuk upper dan lower fuselage serta tailboom.

Sesuai dengan rencana, PTDI akan memasok 125 fuselages dan 125 tailbooms untuk EC725 (versi militer) atau EC225 (versi sipil) dalam jangka waktu antara 10-16 tahun. Sebelum mampu menyerahkan badan helikopter EC725 secara terakit, PTDI sudah menyerahkan 23 unit tailbooms (ekor) saja dan 5 unit upper fuselages saja.

Sampai dengan 2014 mendatang, PTDI akan mentargetkan pengiriman 1 unit tailboom setiap 3 minggu dan 1 unit fuselage terintegrasi setiap 10 minggu. PTDI juga merencanakan penambahan shift kerja dan assembly jig untuk menaikan kapasitas produksi.

Karyawan PTDI yang menangani pengerjaan komponen EC725/EC225 Cougar ini terdiri dari 120 orang dengan latar pendidikan, S1, D3 dan SMK dan 80 persennya adalah tenaga-tenaga muda. Pihak Eurocopter juga telah menempatkan personelnya di PTDI Bandung sejak program pengembangan ini dimulai. Nilai kontrak dari Eurocopter yang sudah dipegang oleh PTDI untuk komponen-komponen EC725/EC225 adalah US$ 43 juta.

PTDI merupakan salah satu pemasok komponen EC725/EC225 di samping beberapa perusahaan dari Spanyol dan Timur Tengah. Komponen dari PTDI memang sudah sangat ditunggu oleh Eurocopter dan PTDI harus mampu menjadi pemasok komponen kelas dunia.

Direktur Produksi PTDI, Supra Dekanto, mengatakan PTDI adalah salah satu pemasok industri raksasa di dunia seperti Airbus dan Eurocopter yang pesawat-pesawatnya sudah terbang di berbagai negara di dunia (pemasok global).

"Khusus untuk Airbus, PTDI sudah mengirim lebih dari 3.000 shipset komponen melalui Spirit Aero System dan produksi masih berlangsung sampai saat kini," kata Supra dalam siaran persnya, Jumat (1/11/2013).

Fuselage dan tailboom yang pertama ini akan dikirim ke lokasi Eurocopter di Prancis yang selanjutnya diintegrasikan serta dilengkapi dengan engine dan sistem terbang. Rencananya helikopter pertama ini akan diserahkan ke TNI AU sebagai salah satu pemesan helikopter jenis EC725 ini.

EC725 Cougar merupakan helikopter generasi baru melanjutkan legenda helikopter NAS332 Super Puma. PTDI telah memproduksi NAS332 Super Puma di bawah lisensi Aerospatiale Prancis (sekarang Eurocopter) sejak tahun 1982 lalu.
Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2013 08:25 PM | Show all posts
EMB-314 Super Tucano bahu-membahu beraksi di Natuna





Jakarta (ANTARA News) - Sejak mendarat pertama kali di Tanah Air pada penghujung Agustus 2012, misi latihan besar untuk EMB-314 Super Tucano akhirnya tiba, yaitu saat tiga Super Tucano itu turut dalam latihan puncak TNI AU, Angkasa Yudha 2013, di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.

Wilayah paling ujung di tepi Laut China Selatan itu dipilih dengan sejumlah alasan, mengingat perairan internasional itu diklaim lima negara, yaitu China, Brunei Darussalam, Viet Nahm, Filipina, dan Malaysia. Indonesia ada dalam "kawasan panas" sehingga kesiapsiagaan militernya menjadi keharusan.

Saat mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, empat Super Tucano masih diberi nomor registrasi eksperimental, PT-Z01 hingga PT-Z04, persenjataan belum dipasang dan dilengkapi dua tangki eksternal.

Super Tucano buatan Empresa Braziliera de Aeronotica (Embraer) SA itu merupakan pengembangan dari EMB-312 Tucano, yang programnya diluncurkan pada 1995 sejalan program Sistema de Vigilancia da Amazonia (SIVAM) yang menghendaki Angkatan Udara Brazil memiliki pesawat terbang patroli dengan kemampuan penyerbuan darat dan pengintaian serta anti gerilya.

Permintaan karakteristik dan spesifikasi itu dijawab Embraer SA dengan konsep pengembangan EMB-312, berupa pesawat tempur turbo-prop yang bisa dioperasikan dari pangkalan berfasilitas minimal, terpencil, kokpit modern full-glass, dapat menahan beban +7g hingga -3,5 g, dan mampu dipadu-padankan dengan berbagai sistem pengamatan/persenjataan Barat atau sebagian Timur.

Salah satu yang dijagokan, adalah pemasangan perangkat FLIR (forward-looking infra red) dan DLIR (downward-looking infra red) yang didedikasikan Brazil untuk memonitor pergerakan pesawat tempur lawan ataupun gerilyawan di darat.

Intinya, dia lalu menjelma menjadi pesawat tempur counter-intelligence dan surveillance. Mesin yang menjadi pendorong juga mudah dirawat, yaitu Pratt & Whitney PT6A-68A yang membangkitkan 1.600 shp disuplai tangki internal 695 liter avtur sehingga mampu menerbangkan dia pada radius 1.500 kilometer alias terbang selama 6,5 jam.

Peran lain Super Tucano adalah pesawat latih dasar dan lanjut penerbang tempur (menurut airforce techonology, Amerika Serikat), dan serang udara-darat atau udara-udara ringan dari satu atau dua penerbang yang duduk secara tandem.

Kinerja tempur pilot dan perwira persenjataan dijamin berkat fitur OBOGS (on-board oxygen generated systems), dan pengendalian dari tuas kemudi tunggal HOTAS (hands-on throttle and stick control) disuplai dari Northrop Grumman. Jadi, feel mengemudikan Super Tucano dan mengoperasikan sistem persenjataannya sangat identik dengan pesawat tempur jet canggih.

Sejak awal dirancang, disadari bahwa perang asimetris akan makin menggejala di banyak belahan dunia, di mana para milisi atau teroris dan gerakan separatis akan melancarkan taktik semi gerilya atau malah gerilya penuh.

Pada tengah dasawarsa '60-an, ada Rockwell OV-10E/F Bronco yang diakui sangat efektif memainkan peran dukungan udara dan lain-lain menentukan jalan pertempuran darat.

Indonesia pernah memiliki satu skuadron udara OV-10F Bronco yang sejak 2007 lalu dipensiunkan begitu saja dengan alasan efisiensi anggaran dan kesulitan perawatan.

Pada saat kini, Korps Marinir Amerika Serikat malah berusaha menghidupkan kembali armda OV-10 mereka ini dengan peralatan lebih canggih. Operasi Seroja di Timor Timur, adalah palagan paling top dari kebolehan OV-10F Bronco ini.

Karena asasinya sebagai pesawat "pengganti" peran sejenis OV-10F Bronco itulah, maka Super Tucano dipersenjatai lima hardpoint sebagai "cantelan" persenjataan di kedua sayap dan perut fuselage-nya, yang mampu menggendong 1.500 kilogram beban. Dua senapan mesin 12,7 dipasang di kedua sayapnya yang menyemburkan maksimal 1.100 peluru permenit.

Yang menarik, kelima hardpoint itu bisa dipakai untuk bom berpenuntun alias bom pintar udara-ke-darat atau udara-ke-udara, selain bom konvensional Mk-82 atau Mk-84 udara-ke-darat. Brazil memasang misil buatan sendiri, MAA-1 Piranha berpenuntun infra merah dari Orbita; yang mendapat pasokan data dari turet radar AN/AAQ-22 SAFIRE di sebelah FLIR/DLIR-nya.

Kembali ke Kepulauan Natuna yang menjadi arena Angkasa Yudha 2013 ini. Dalam skenario latihan Angkasa Yudha 2013 yang diperoleh, pasukan TNI AU berupaya merebut kembali Pangkalan Udara Ranai, Kabupaten Natuna, yang dikuasai oleh musuh dari "negara Musang".

EMB-314 Super Tucano, dalam Angkasa Yudha 2013 itu, tidak difungsikan penuh sebagai pesawat terbang recconaissance; melainkan CASA 212 Aviocar dari Skuadron Udara 4. Hasil "intipan" mereka ditindaklanjuti Hawk 109/209 dari Skuadron Udara 1 yang memainkan peran arm recconaissance.

Sasaran yang telah ditetapkan dan dikunci lalu dibombardir oleh gabungan F-16 Fighting Falcon (Skuradron Udara 3), Su-27 Flanker (Skuadron Udara 11), dan EMB-314 Super Tucano dari ketinggian lebih rendah.

Walau beda konteks masa, namun penampilan dan akibat yang ditimbulkan dari bom-bom udara-ke-darat itu cukup ampuh menghancurkan sasaran-sasaran musuh. EMB-314 alias A-29 Super Tucano "membersihkan" sisa-sisa fasilitas dan pasukan musuh tersisa. Mirip dengan aksi A-10 Thunderbolt II dalam skala lebih kecil walau sama-sama mematikan.

Dengan loreng hijau dan gigi-gigi hiu bersorak merah-putih menyeringai itu, EMB-314 Super Tucano menyambar-nyambar sasaran-sasaran di sekitaran landas pacu berazimuth 180-360 itu.
Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2013 08:58 PM | Show all posts


Reply

Use magic Report

Follow Us
Post time 2-11-2013 08:59 PM | Show all posts


The Pindad light armoured vehicle is motorized with water cooled 6 cylinder diesel engine developing 250 hp.
Reply

Use magic Report

Post time 2-11-2013 09:00 PM | Show all posts
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 3-11-2013 07:28 AM | Show all posts
Selamat dan sukses operasi sandhi yudha
Tak sabar melihat alutsista apa yang hadir di 2014 nanti, yang hot dan santer issue adalah medium SAM dan issue pengganti F5

Reply

Use magic Report

Post time 3-11-2013 08:41 PM | Show all posts
Danyon Kopassus
pimpin tim TNI AD unggul Lomba Tembak di Myanmar



Kontingen lomba tembak AARM (Asean Army Rifle Match)-23 TNI AD Indonesia dipimpin Mayor Inf Akhirudin selaku Danyon Ban Sat 81 Kopassus sampai hari kedua berhasil meninggalkan jauh peserta lain dengan perolehan medali 14 emas, 4 perak dan 2 perunggu.

Lomba tembak yang berlangsung di Myanmar diikuti 10 negara antara lain, Indonesia, Thailand, Philipina, Brunei, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, Kamboja dan Laos.


http://aarm2013.com.mm/ Last edited by wongedandotcom2 on 3-11-2013 08:44 PM

Reply

Use magic Report

Post time 4-11-2013 08:04 PM | Show all posts
Ka Baranahan Kemhan Tinjau Produksi Kapal Perang PT PAL







Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan (Ka Baranahan Kemhan) Laksda TNI Ir. Rachmad Lubis mendampingi Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin selaku Ketua High Level Committee (HLC) melakukan kunjungan kerja ke PT PAL (Persero), di Surabaya, 30 Oktober 2013.

Kunjungan ini dalam rangka meninjau perkembangan kemajuan proyek pembuatan sejumlah kapal perang pesanan TNI AL ( Kapal PKR, Kapal Selam, MLM, KRI kelas Corvet dan KCR 60 m) yang merupakan bagian dari program modernisasi Alutsista TNI.

Dalam kunjungannya, Wamenhan dan rombongan meninjau proses pembuatan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR), Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 m , MLM dan kapal Selam pesanan TNI AL.

Turut mendampingi Wamenhan dalam kunjungan tersebut antara lain Dirjen Renhan Kemhan, Dirtekindhan Ditjen Pothan Kemhan, Kapuslaikal, Waaslog Kasal.
Reply

Use magic Report

Post time 5-11-2013 02:07 PM | Show all posts
Kementerian Pertahanan Bakal Tambah Radar TNI AU



TEMPO.CO, Natuna--Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pemerintah berencana menambah alat utama sistem persenjataan TNI Angkatan Udara berupa radar. Menurut Purnomo saat ini radar pemantau khusus militer di Indonesia terutama bagian Timur masih kurang.

"Kekurangannya kami hitung sekitar 32-34 unit radar di seluruh Indonesia," kata Purnomo kepada wartawan di Landasan Udara Ranai, Natuna, Rabu, 30 Oktober 2013.

Setidaknya untuk rencana strategis tahap pertama, yakni 2009-2014, Kementerian Pertahanan setidaknya harus membeli empat unit radar baru primer atau khusus militer. Kementerian pun sudah memperhitungkan pembelian empat radar baru ini seniali US$ 150 juta.

Radar militer atau primer, dia melanjutkan, tentu berbeda dengan radar penerbangan domestik atau sekunder. Jika radar sekunder tidak akan bisa memantau pesawat terbang yang sengaja mematikan transmiter radarnya. Sementara radar primer bakal mencatat segala jenis pesawat yang terbang asalkan bahan bakunya logam.

"Sementara ini untuk menutupi kekurangan radar militer kami kerjasama dengan radar sipil di seluruh Indonesia."

Purnomo melanjutkan, dalam modernisasi alutsista TNI ini, Kementerian Pertahanan memang mengutamakan pembelian senjata-senjata bergerak. Alutsista itu seperti pesawat tempur, pesawat angkut, dan helikopter.

Usaha Kementerian pun tercapai. Saat ini Kementerian telah melakukan sejumlah pembelian pesawat, meski ada sebagian yang belum dikirim ke Indonesia. Sebagai contoh, pesawat hibah dan 'up-grade' F-16 berjumlah 24 unit, Super Tucano sebanyak 16 unit, dan T50 Golden Eagle sebanyak 16 unit. "Tapi semuanya lagi proses pengiriman."

Karena pembelian alutsista bergerak TNI AU hampir rampung, maka selanjutnya Kementerian Pertahanan bisa fokus membangun kekuatan alutsista tak bergerak seperti radar. Mengenai jumlah pasti, Purnomo belum bisa menentukan. Dia hanya mengatakan pembelian radar bakal bertahap, tergantung kemampuan anggaran dan cara pembayaran yang ditangani Kementerian Keuangan dan Bappenas.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Ida Bagus Putu Dunia menyambut baik rencana Kementerian Pertahanan. Menurut Putu Dunia radar militer baru dibutu*kan bukan untuk memantau wilayah Timur Indonesia, tapi juga wilayah perbatasan.

Sebagai contoh Lanud Ranai, Natuna, punya radar militer buatan Prancis. Radar ini mampu menangkap gerak-gerik pesawat berjangkauan 240 mil atau 540 kilometer. Pulau Natuna sendiri berada di ujung Barat Laut Indonesia. Pulau ini berada di Laut Cina Selatan dan berdekatan dengan Vietnam, dan Malaysia.
Reply

Use magic Report

Post time 5-11-2013 04:18 PM | Show all posts
rifa posted on 4-11-2013 08:04 PM
Ka Baranahan Kemhan Tinjau Produksi Kapal Perang PT PAL

ada yang aneh,pt PAL juga sudah buat PKR ya? bukannya di BELANDA,
Kapal Selam? apa jenis MIGGET ya yang ukuran 22m itu.
MLM jenis kapal apa?...
Reply

Use magic Report

Post time 5-11-2013 04:26 PM | Show all posts
KRI kelas korvet?

pemotongan baja pertama dilakukan pada tahun 2010,kemudian dibatalkan dan diganti oleh kapal PKR.

jika korvet masih ada pembuatannya.....WOOOWW....bravo aja deh.
Reply

Use magic Report

Post time 5-11-2013 08:02 PM | Show all posts
Australia Awasi Indonesia dari Pos di Cocos Island



Agen mata-mata elektronik Australia, Defence Signals Directorate (DSD), mencegat komunikasi militer dan Angkatan Laut Indonesia melalui stasiun pendengaran rahasia yang berada di daerah terpencil di Kepulauan Cocos.

Menurut mantan pejabat pertahanan Australia, DSD mengoperasikan pencegatan sinyal dan fasilitas pemantauan yang berada di wilayah Samudera Hindia Australia, 1100 kilometer barat daya Jawa.

Menurut media Australia, Sydney Morning Herald edisi 1 November 2013, stasiun pemantauan ini tidak pernah diakui secara terbuka oleh pemerintah Australia, atau dilaporkan di media, meskipun beroperasi selama lebih dari dua dekade.

Lebih terkenal sebagai Shoal Bay Receiving Station dekat Darwin, fasilitas di Cocos Island dilaporkan sebelumnya merupakan bagian penting dari upaya pengumpulan sinyal intelijen Australia yang menargetkan Indonesia. Fasilitas ini meliputi radio pemantauan dan peralatan pencari arah dan dan stasiun satelit bumi.

Departemen Pertahanan Australia tidak akan mengomentari soal fasilitas itu dan hanya mengatakan bahwa Kepulauan Cocos adalah tempat "stasiun komunikasi" dan itu "merupakan bagian dari jaringan yang lebih luas komunikasi bidang Pertahanan."

Mantan perwira Departemen Pertahanan Australia telah mengkonfirmasi bahwa stasiun itu adalah fasilitas Defence Signals Directorate (DSD) yang dikhususkan untuk mengawasi maritim dan militer, khususnya angkatan laut, angkatan udara, dan komunikasi militer Indonesia.

Profesor dan ahli bidang intelijen di Australian National University, Des Ball mengatakan, fasilitas itu dioperasikan dari jarak jauh, dari kantor pusat DSD di Bukit Russell di Canberra.
Sinyal yang dicegat lalu dienkripsi dan diteruskan ke Canberra. Persiapan untuk mendirikan fasilitas di Cocos itu dimulai pada akhir 1980-an.

Stasiun intelijen sinyal di Cocos Island merupakan bagian dari upaya spionase Australia yang lebih luas yang diarahkan terhadap Indonesia. Seperti dilansir Fairfax Media, Kamis 31 Oktober 2013, program ini mencakup pusat pengawasan rahasia DSD yang terletak di Kedutaan Besar Australia di Jakarta. (IRIB Indonesia/Tempo)
Reply

Use magic Report

Post time 5-11-2013 08:11 PM | Show all posts
Menjajaki Lokasi Tepat Peluncuran Roket Indonesia



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Morotai bukan sekedar pulau di Maluku Utara yang bersejarah dan menyimpan jejak pasukan sekutu di masa Perang Dunia II, karena pulau ini juga dinilai ideal dipilih sebagai lokasi peluncuran roket yang sudah seharusnya dimiliki Indonesia.

Jarangnya penduduk (54 ribu jiwa untuk daerah seluas 2.315 km2) dan lokasinya yang menghadap langsung ke Samudera Pasifik sesuai untuk memenuhi prasyarat sebuah lokasi peluncuran roket yang harus menghadap ke laut bebas dan jauh dari wilayah berpenduduk padat.

Pulau Morotai juga dinilai sebagai alternatif terbaik di antara dua lokasi pilihan lainnya, seperti Pulau Enggano, Bengkulu dan Pulau Biak, Papua, kata Deputi bidang Teknologi Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr. Ing. Soewarto Hardhienata.

"Pada 6 November ini kami mulai mempersiapkan pengiriman perlengkapan peluncuran beserta roketnya melalui kapal ke Morotai, mungkin sekitar 20 hari perjalanan. Diharapkan awal Desember peluncuran roket sudah bisa dimulai, ini sebagai uji coba lokasi," katanya.

Lapan, ujarnya, sejak lama telah berencana mengembangkan roket pengorbit satelit (RPS) yang didesain dan dibuat secara mandiri di dalam negeri untuk mengorbitkan satelit yang juga buatan sendiri.

Namun Desember ini roket-roket yang diluncurkan untuk uji terbang di Morotai memang masih roket-roket ukuran kecil yakni dua unit RX 1210 dan empat unit RX 1220 yang digunakan untuk misi pertahanan, ujarnya.

"Roket pengorbit satelit yang berskala besar merupakan rencana jangka panjang Lapan untuk 2025, karena untuk sekarang ini Lapan masih menggunakan roket milik India untuk meluncurkan satelit. Lokasi peluncurannya pun dari negara itu," katanya.

Satelit Lapan-Tubsat (Lapan A1) seberat 57 kg buatan Lapan telah diluncurkan sejak Januari 2007 dari Pusat Antariksa Satish Dhawan, India untuk keperluan memantau kondisi bumi dan pemantauan lalu lintas kapal.

Satelit berikutnya yang sudah siap adalah Lapan A2 yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 2013, namun ditunda hingga 2014 karena kesiapan roket India yang belum selesai. Lapan A2 ini akan disusul satelit Lapan A3 di tahun berikutnya.

"Indonesia adalah negara kepulauan yang luas. Satelit adalah alat yang tak bisa ditawar lagi di zaman modern ini, terkait pentingnya komunikasi antarwilayah dan optimasi sumber daya alam melalui pengamatan penginderaan jauh serta untuk kepentingan keamanan wilayah," katanya.

Pengembangan roket Lapan, lanjut dia, ditujukan baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan pertahanan, yang dalam jangka panjang juga mengarah pada peluncuran satelit.

Dimulai dengan RX 320 yang diluncurkan pada 2008, disusul RX 420 pada 2009 dan terakhir mempersiapkan roket RX-550 (Kaliber 550mm) dengan jangkauan 300 km yang masih dalam tahap uji statis.

Teknologi roket, urai Soewarto, bisa digunakan untuk berbagai kepentingan, baik sipil maupun militer, tergantung dari muatannya, apakah berupa sensor ilmiah untuk kepentingan pengamatan bumi atau satelit untuk keperluan komunikasi, atau berupa hulu ledak.

Untuk misi pertahanan, teknologi roket Lapan sudah diadopsi oleh Konsorsium Roket yang terdiri dari Kemhan, Kemristek, PT Pindad, PT Dahana, dan PT DI yang ditandai dengan diproduksi sebanyak 200 unit roket dinamai R Han-122 dengan daya jangkaunya 20 km pada 2012 dan 2013.

Roket R Han 122 ini akan disusul R Han 220 berdaya jangkau 40 km yang sedang dikembangkan konsorsium untuk kepentingan peningkatan kapasitas personel militer.

Pengganti Pamengpeuk

Menurut Kepala Pusat Teknologi Roket Lapan Dr Rika Andiarti, selama ini Lapan menggunakan Instalasi Peluncuran Roket di Pameungpeuk, Garut untuk melakukan uji terbang roket dengan ketinggian terbatas.

Instalasi yang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat ini dibangun khusus untuk riset penguasaan teknologi dasar roket, terutama pada kinerja motor roket, agar roket dapat meluncur dengan baik, ujarnya.

Namun instalasi milik Lapan ini sudah tak lagi ideal untuk melakukan uji coba roket berukuran besar berhubung saat ini kawasan di sekitar Pantai Santolo itu sudah semakin padat penduduk, dan makin berkembang menjadi kawasan wisata.

"Untuk meluncurkan roket yang berukuran besar diperlukan lokasi yang memenuhi zona aman, mengingat faktor resiko yang ditimbulkannya lebih besar, karena itu dicarilah lokasi baru yang memenuhi syarat, sekaligus syarat sebagai bandar antariksa nasional," katanya.

Dari hasil ekspedisi di Morotai, ada enam alternatif lokasi, yakni di Tanjung Gurango, Desa Gorua, Kecamatan Morotai Utara yang jaraknya dari pemukiman penduduk 2 km, Pulau Tabailenge di depan kota Berebere dengan jarak 2,5 km, Kecamatan Morotai Utara, di Desa Bido, Kecamatan Morotai Utara yang jaraknya 2 km dari pemukiman penduduk.

Selain itu Desa Mira, Kecamatan Morotai Timur dengan jarak 1 km dari pemukiman penduduk, lokasi antara Desa Sangowo dan Desa Daeo Kecamatan Morotai Timur serta Tanjung Sangowo yang letaknya berada di antara Desa Sangowo dan Desa Mira, Kecamatan Morotai Timur.

Dari enam alternatif lokasi itu, urainya, Tanjung Sangowo merupakan wilayah yang paling potensial, karena jika ditarik garis lurus, jarak tepi dua desa ini mencapai 6,5 km sehingga jika meletakkan posisi peluncur utama di tengah antara dua desa itu, maka jaraknya lebih dari 3 km dari masing-masing desa, jauh dari kawasan penduduk.

Kontur daerah tersebut juga merupakan bukit yang sebagian besar memiliki sudut kemiringan yang tak curam, sementara di selatan kontur tanahnya datar dengan tepi pantai yang landai dan bagian utara pegunungan yang langsung bersinggungan dengan pantai dengan kemiringan cukup curam.

Kontur yang relatif datar dapat digunakan untuk daerah perakitan, penyimpanan serta pekerjaan dengan mobilitas tinggi, sedangkan peluncur yang memerlukan standar keamanan dan keselamatan tinggi dapat diletakkan di daerah yang mempunyai ketinggian cukup dari muka laut.

"Daerah terbang roket di sini bisa ke arah utara dan bisa ke timur, bebas ke laut dan juga tak melewati jarak jangkau ke pemukiman penduduk maupun ke batas negara lain," katanya.

Berbeda dengan Pameungpeuk yang baru mengantisipasi uji terbang roket skala kecil, Morotai ditargetkan menampung uji terbang roket skala besar, bahkan termasuk peluncuran satelit yang jangkauannya minimal 350 km, misalnya untuk keperluan remote sensing, bahkan sampai ketinggian 36 ribu km untuk geostation, kata Rika.

Sebelumnya Asisten Deputi Penyedia Jaringan Kemristek Goenawan Wibisana mengatakan, pihaknya sangat mendukung misi ini, khususnya karena roket berdaya jangkau hingga ratusan kilometer seperti yang ditargetkan memerlukan lokasi pengujian dan peluncuran yang representatif.

"Ini sangat penting untuk bangsa," tambahnya. (Dewanti Lestari)
Reply

Use magic Report


ADVERTISEMENT


Post time 5-11-2013 08:29 PM | Show all posts
Tank BMP-3F dan baret kehormatan Korps Marinir TNI AL
Senin, 4 November 2013 16:07 WIB | 2672 Views







Jakarta (ANTARA News) - Korps Marinir TNI AL memiliki seorang lagi warga kehormatan, yaitu Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, yang diangkat dalam satu upacara kebesaran di Karang Pilang, Jawa Timur, beberapa hari lalu.

Lazimnya penganugerahan gelar kehormatan itu, baret Korps Marinir TNI AL bertatah empat bintang, pisau komando, dan brevet Detasemen Jala Mangkara dibawa ke dalam arena upacara dari udara: seiring dengan atraksi terjun payung militer.

Moeldoko, setelah dikenakan baret dan segenap atribut itu oleh Komandan Korps Marinir TNI AL, Mayor Jenderal TNI (Marinir) Faridz Washington, resmi menjadi warga kehormatan mereka, mengikuti Jenderal Besar TNI AH Nasution, Sultan Hassanal Bolkiah II, dan Jenderal Charles C Krulak (mantan komandan Korps Marinir Amerika Serikat), dan lain-lain.

Bukan cuma upacara penganugerahan baret yang juga disaksikan Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, itu yang menarik; juga atraksi dan gelar kemampuan berbagai persenjataan yang dimiliki Korps Marinir TNI AL. Mesin perang yang dikerahkan --paling menonjol-- adalah tank veteran PT-76 bersi maritim dan yang terkini, tank amfibi BMP-3F.

Sampai saat ini, Indonesia memiliki 17 tank BMP-3F hasil kontrak pembelian dengan JSC Rosoboronexport, Rusia, yang kebanyakan ditaruh di Pasukan Marinir 1, Surabaya. 37 tambahan akan datang hingga akhir 2013 ini, sejalan kelanjutan kontrak pembelian pada Mei lalu.

Bicara tank, publik sangat paham soal tank utama 2A4/2A5 Leopard buatan Krauss‐Maffei Wegmann Maschinenbau, Kiel, Jerman, yang dibeli langsung TNI AD, namun sorotan pada BMP-3F cenderung sedikit. Membandingkan kedua tank ini hal yang kurang pas, karena fungsi dan asasinya sangat berbeda; apalagi sistem kesenjataan dan doktrin penggelarannya.

BMP-3F buatan Kurganmashzavod, Rusia, masuk dalam kelas amphibious infantry fighting vehicle, yang proyek pengembangannya dimulai sejak 1987 setelah kedua kakaknya, BMP-1 dan BMP-2 dianggap kurang mumpuni lagi. Dari situlah, Obyekt 688M diluncurkan Rusia.

Sesuai "judul"-nya, BMP-3F dengan bobot kosong 18,5 ton dan dimensi 7,14 meter (panjang), 3,2 meter (lebar), dan 2,4 meter (tinggi) dan awak tiga orang (termasuk seorang komandan), mampu membawa tujuh personel bersenjata lengkap plus dua kursi tambahan.

Jadi, BMP-3F ibarat "kapal perang" yang memproyeksikan kekuatan militer dari lingkungan laut ke lingkungan darat; lengkap dengan kondisi di atas optimal untuk menggempur kekuatan lawan di darat.

Mesin dengan rasio 27 tenaga kuda/ton bobot mampu mendorong BMP-3F menuju kesepatan 72 kilometer perjam (jalan pedesaan/aspal biasa), 45 kilometer perjam (luar jalan), dan 10 kilometer perjam (perairan hingga gelombang skala Beauford II).


Persenjataan

Berbagai silabus mesin perang dunia memasukkan BMP-3F dalam kelas kendaraan perang infantri berat; ditandai sistem perlindungan persenjataan aktif walau bodi dan kubah meriamnya dari alumunium diperkeras (agar tahan karat). Tidak akan ada pengaruh besar jika dia disembur tembakan kaliber 30 milimeter dari jarak dekat, seumpama dari senapan mesin berat 2A42.

Perlindungan pasif juga menyentuh sistem perlindungan sirkulasi udara dan serangan biologis atau nuklir jika itu terjadi. Caranya dengan menerapkan sistem sensor dan penangkal agen kimia/biologis/nuklir dan filter ultraviolet, dan pemadam kebakaran, serta peredam benturan. Harap dipahami, BMP-3 dirancang saat Perang Dingin masih terjadi.

Tangki bahan bakarnya juga ditempatkan di atas lapisan baja lantainya, didukung sistem suspensi independen aktif dari roda-roda rantainya.

Untuk menambah perlindungan, kit penangkal serangan amunisi berat ERA juga diterapkan walau ini pilihan bagi pembeli atau pengguna. Pengacak sinyal komunikasi lawan berbasis elektronika-optikal, Shrota, yang bisa diakses komandan tank untuk berkomunikasi dengan sistem peluncuran peluru kendali anti tank SACLOS (semiautomatic command to line of sight).

Akhirnya, kemampuan renangnya hingga tujuh jam nonstop dan menundukkan (bahkan) rawa-paya yang tidak bisa diinjak manusia, tidak akan bermakna banyak jika musuh tidak bisa dibinasakan. Untuk itulah meriam 100 milimeter berkecepatan rendah 2A70 bicara, meluncurkan proyektil 9M117 ATGMs (AT-10 Stabber), yang bisa disimpan dalam rak-raknya sebanyak 40 unit.

Di luar turet, bertengger sepasang senapan mesin berat 30 milimeter 2A72 yang bisa meluncurkan 400 peluru permenit. Jika dia berhadapan dengan personel, senapan mesin 7,62 milimeter-nya yang bertugas secara koaksial hingga 2.000 peluru permenit. Bicara teknologi putaran koaksial ini, Rusia sangat ahli; lihatlah baling-baling pesawat bom berat Tupolev Tu-95 Bear.

Meriam 100 milimeter ini bisa digerakkan 360 derajad kiri-kanan dan minus lima hingga 60 derajad ke bawah dan ke atas. Meriam ini dirancang untuk tidak menimbulkan guncangan besar, yang semakin efektif dengan sistem penjejak dan optik khusus, sehingga peluru high explosive HE-Frag shell 3OF32 bisa "terbang" hingga 4.000 meter.

Jika sistem pertahanan lawan lebih tangguh, army technolgy mengulas, giliran peluru  3BM25 APFSDS yang dipergunakan. Semua operasionalisasi kesenjataan dan penginderaan berasal dari komputer 1V539, berkolaborasi dengan sensor angin, sistem stabilitas 2E52-2, sistem laser 1D16-3, dan lain-lain. Semua sistem inilah yang juga dikabarkan dimiliki Korps Marinir TNI AL.

Doktrin pertempuran tank mengajarkan, tank selalu bergerak dalam formasi tempur tertentu sesuai taktik dan strategi, informasi posisi dan kekuatan lawan, serta keadaan geografis saat itu. Dipadukan dengan konsep pendudukan marinir, maka pergerakan tank bisa dibilang menjadi "perintis" dan "pelindung" para personel marinir ini.

Seorang perwira menengah TNI AL yang ikut dalam upacara pengangkatan Moeldoko menjadi warga kehormatan Korps Marinir TNI AL, itu menggambarkan manuverabilitas BMP-3F sebagai luar biasa. BMP-3F yang digelar dan ditunjukkan kemampuannya cuma dua saja, namun ada yang unik: dia di-"terbang"-kan melalui parit lebar, mirip motocross jumping di atas sungai dan mendarat sempurna.

Sesaat setelah tank itu bisa mendarat, masih dalam keadaan cukup terguncang dan kecepatan masih mengembang, meriam meletus dan peluru 100 milimeter-nya meluncur dalam kecepatans sedang, relatif masih bisa diikuti mata. "Buuuummmm….!!!!," sasaran hancur, dari jarak sekitar 500 meter; masih sangat dekat untuk BMP-3F.

Reply

Use magic Report

Post time 6-11-2013 08:03 AM | Show all posts
rifa posted on 5-11-2013 08:02 PM
Australia Awasi Indonesia dari Pos di Cocos Island


Indonesia steps up attack over spying

November 5, 2013
Comments 152


"In the absence of such assurances to the contrary, of course we must assume that such activities are taking place": Indonesian Foreign Minister Marty Natalegawa. Photo: Andrew Meares
Federal politics: full coverage


Indonesia has intensified its reaction to revelations that Australia was systematically spying from its embassy in Jakarta, apparently threatening in response to stem intelligence about people smuggling.

Foreign Minister Marty Natalegawa, stung by the revelations in Fairfax Media last week, has also vowed to co-sponsor an anti-spying resolution at the United Nations.


Julie Bishop: Her explanations have not pleased the Indonesians. Photo: Reuters

Asked what action Dr Natalegawa would take against Australia, he said that if there were no ''explicit assurances'' that spying would stop, it would threaten Indonesia's role as a partner in other areas.

''I was looking at the Indonesia-Australia [partnership], the various agreements the two countries have committed themselves,'' Dr Natalegawa said.

''One of them obviously is the agreement to exchange information, exchange even intelligence information, in fact, to address the issue of people smuggling … to disrupt terrorism, etc. Now these information flows have been rather effective, have been rather important. We need to look at that. If Australia feels that there are ways of obtaining information other than the official ones, then one wonders where we are in terms of co-operation.''

He was speaking in the context of his dissatisfaction with explanations to him personally by Foreign Minister Julie Bishop, and to his department by Australian ambassador Greg Moriarty, in meetings last Friday, and from the US earlier in the week.

''The kind of response that we've been obtaining or receiving is the more generic response that neither the government of Australia nor the United States is able to confirm or deny the practices reported in the various media,'' Dr Natalegawa said. ''In the absence of such assurances to the contrary, of course we must assume that such activities are taking place.''

It's a significant step-up in response from Dr Natalegawa, who, sharing a conference podium with Ms Bishop in Perth last week, said the spying was ''not cricket''.

Back in Jakarta on Monday, he has called for a ''strong commitment'' by Australia and the US that ''they would not engage in any activity inconsistent with the friendly relations between our two countries''.

Dr Natalegawa said Indonesia was ''joining Germany and Brazil in co-sponsoring in the UN General Assembly [a discussion] to address precisely this kind of issue''.

A leading security academic has responded to Dr Natalegawa's comments on the spying allegations by saying Indonesia is playing politics.

Australian National University Professor Michael Wesley says Indonesia has plenty to lose from a breakdown in diplomatic relations with its southern neighbour and news of an intelligence-gathering operation being run out of Australia’s embassy in Jakarta is unlikely to impact ties.

‘‘When they say they’ll review collaboration with both Australia and the United States, there’s not a lot the Indonesians can do,’’ Prof Wesley told Sky News on Tuesday.

‘‘Marty Natalegawa is a very experienced, seasoned diplomat, he knows there’s a new government in Canberra, there’s an inexperienced prime minister and an inexperienced foreign minister and they’re just softening us up,’’ he said.

Meanwhile, innocent victims of the spat between Indonesia and Australia include a  Queensland hospital, a children's cancer association and an anti-slavery charity, whose websites have been attacked by Indonesian hackers.

Schools and community groups were also among at least 100 Australian websites hit by cyber-attacks launched in retaliation to revelations by Fairfax Media that Australia used its embassies to spy on neighbours.

One of the hacker groups has vowed to continue unless Australia comes clean about its use of surveillance equipment in its Jakarta embassy. ''Tell your government we will stop [hacking] if there is clear recognition [of] spying on Indonesia,'' a spokesman for the Java Cyber Army said when contacted through Facebook.

With AAP
Reply

Use magic Report

Post time 6-11-2013 09:27 PM | Show all posts
KSAL: Indonesia butu* Minimal 12 Kapal Selam



TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengatakan TNI kekurangan alat utama sistem persenjataan berupa kapal selam untuk melindungi seluruh wilayah laut Indonesia. Menurut Marsetio, setidaknya dibutu*kan 12 kapal selam untuk menjaga wilayah laut Indonesia.

"Sementara saat ini Indonesia baru punya dua kapal buatan tahun 1980-an," kata Marsetio dalam sidang Komite Kebijakan Industri Pertahanan di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, 6 November 2013. Kedua kapal selam itu, yakni KRI Cakra dan KRI Nenggala, sudah uzur. Bahkan, di tahun 2020 kedua kapal tersebut genap berusia 40 tahun dan harus pensiun.

Saat ini Indonesia sedang memesan tiga unit kapal selam Changbogo Class dari Korea Selatan. Dalam pembelian ini, Indonesia dan Korea Selatan sepakat ingin menjalin kerja sama alih teknologi. Indonesia ingin kapal selam pesanan ketiga dibangun di galangan kapal PT PAL dan dikerjakan oleh putra-putri bangsa yang diawasi oleh perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering.

Sebagai Komisaris Utama PT PAL, Marsetio ingin mendorong kesiapan fasilitas pembuatan kapal selam di galangan kapal milik PT PAL di Surabaya. Pemerintah pun setuju mengucurkan duit Rp 1,5 triliun untuk membangun fasilitas khusus kapal selam di PT PAL. "Sebab, galangan kapal selam itu berbeda dengan kapal biasa, harus tertutup, lebih khusus seperti produk buatan tangan," ia menjelaskan.

Selain itu, PT PAL juga sedang mempersiapkan tenaga ahli dan teknisi terbaik untuk dikirim ke pabrik Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering. Sesuai rencana, total 206 perwakilan PT PAL akan belajar di Negeri Ginseng. Sayang Marsetio tak mau menjelaskan detail proses alih teknologi itu. "Pokoknya dari teknisi, desainer, sampai tukang las PT PAL akan dikirim ke Korea Selatan," kata dia.

Marsetio sendiri yakin jika PT PAL bisa memperoleh ilmu pembuatan kapal selam bakal berdampak positif bagi TNI AL, khususnya pemenuhan kebutu*an kapal selam. Dengan begitu, kebutu*an 12 kapal selam Indonesia bisa dibantu dengan produksi dalam negeri.

Marsetio menyatakan dirinya sedikit ngotot memenuhi kebutu*an kapal selam Indonesia. Sebab, menurut dia, kapal selam punya efek deteren (tangkal) yang sangat kuat bagi pertahanan laut suatu negara. Berbeda dengan efek deteren sebuah kapal perusak biasa.

"Selain itu, sebuah bangsa dikatakan hebat dan maju jika bisa membuat kapal selam dan kapal perang sendiri."

Meski begitu, Marsetio membutu*kan kapal-kapal perang kelas fregat dan corvet untuk menjaga wilayah laut, khususnya dari permukaan. Setidaknya, dia melanjutkan, TNI AL butu* 20 kapal kelas fregat untuk membantu pengamanan laut Indonesia. Saat ini Indonesia sudah memesan tiga unit kapal fregat dari Inggris serta dua kapal lain dari Belanda.

"Sisanya (kebutu*an 20 kapal perang) tetap kami berharap PT PAL dan BUMN lain bisa mandiri membuat kapal perang," kata dia. "Sesuai rencana PT PAL juga akan mengupayakan alih teknologi dari kapal perang buatan Belanda."

http://www.tempo.co/read/news/20 ... imal-12-Kapal-Selam
Reply

Use magic Report

Post time 6-11-2013 09:29 PM | Show all posts
Demonstrasi Teknis LPD Pesanan Philipine



Rombongan philipina yang dipimpin langsung Usec Efren Q fernandes ini, lagsung di sambut oleh direksi PT PAL Indonesia (Persero), beserta Laksma Karmasuta kepala staf PANGKOLILAMIL dan kapten kapal KRI Banjarmasin 592 Letkol Laut Jales Jamca Jayamahe. KRI Banjarmasain 592 merupakan kapal jenis LPD yang juga dipesan oleh Pilipina.

Dalam sambutannya Kapten KRI Banjarmasin, Letkol Laut Jales Jamca Jayamahe, menceritakan kehebatan yang pernah dilakukan Strateig Sealift Vehicle (SSV) yang membebaskan Kapal Muria Kudus dalam penyergapan yang dilakukan oleh para perompak somalia. Kapal KRI Banjarmasain 592, dalam komando langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, telah membebaskan para awak kru dan kapal tanpa ada kerusakan sama sekali.

Dalam kunjungan ini pula para delegasi Pilipina ditunjukkan beberapa kecanggihan kapal buatan PT PAL Indonesia (Persero). Para delegasi ini mengunjungi per-bagian dari kapal, mulai ruang navigasi, ruang meeting dan di lambung kapal. Dilambung kapal, ditunjukkan berbagai fasilitas dan mesin yang ada. Serta didemonstrasikan LCU landing Craft Utility, di sekitaran selat madura.


Reply

Use magic Report

You have to log in before you can reply Login | Register

Points Rules

 

ADVERTISEMENT



 

ADVERTISEMENT


 


ADVERTISEMENT
Follow Us

ADVERTISEMENT


Mobile|Archiver|Mobile*default|About Us|CARI Infonet

29-3-2024 07:14 AM GMT+8 , Processed in 0.298823 second(s), 43 queries .

Powered by Discuz! X3.4

Copyright © 2001-2021, Tencent Cloud.

Quick Reply To Top Return to the list