View: 8585|Reply: 2
|
Lukisan Nenek Yang Terkasih.
[Copy link]
|
|
Post Last Edit by shortcake at 30-1-2011 18:53
saya tertarik nak berkongsi kisah hasil lukisan Herri Soedjarwanto ni dgn forumer smua...
"Nenek yang terkasih"
oil/canvas,100x80cm
karya :Herri Soedjarwanto
Saya pernah diundang ke Jakarta oleh seorang artis, public figure yang sangat terkenal karena talentanya juga karena kebaikan dan kemurahan hatinya.. Beliau bermaksud order Lukisan Potret Wajah "Nenek yang Terkasih".. yang menurutnya adalah sosok yang
sangat dekat dengannya dan sangat berjasa dalam perjalanan hidupnya.
Ketika ditunjukkan contoh foto Neneknya, saya cukup kaget, karena sesungguhnya foto tersebut sangat tidak memenuhi syarat untuk dibuat sebuah lukisan. Bayangkan saja selembar foto lawas, jaman dulu, hitam putih, ukuran 10 R ( 20 x 30cm ) di dalamnya berisi hampir 30an orang yang terlihat seluruh badan dari kepala sampai ujung kaki.. Sebuah foto keluarga besar , lengkap dengan semua anak cucu, berfoto bersama dibawah pohon, di halaman dengan latar belakang rumah dan pepohon?Nenek beliau ini duduk di tengah kerumunan ?Nah..kebayang kan? ukuran wajah nenek dalam foto yang dijadikan contoh itu?tak lebih besar dari kuku jari kelingking saya卥ondisi remang-remang, sangat tidak jelas dan blur pula, sungguh parah. Dan..susahnya.. ini adalah satu-satunya foto yang ada, tak ada lagi foto Nenek yang lainnya..!
Lukisan Wajah punya dua target sekaligus yang harus dicapai.
1- harus bagus (kwalitasnya)
2- harus persis / mirip. Melihat kondisi foto contoh yang parah seperti itu, rasanya sangat sulit bahkan nyaris mustahil, untuk membangunnya menjadi sebuah lukisan wajah yang bagus, apalagi persis.
Terbayang kritikan , cacian bahkan pertengkaran antara pelukis dan pemesan, yang mungkin timbul bila lukisan itu gagal atau tidak persis?Biasanya , seperti juga pelukis lain, order seperti ini akan saya tolak karena tergolong sangat beresiko tinggi. Kalau mau aman .....yaa ditolak saja.
Namun setelah seharian di rumah sang artis, mendengar riwayat suka dukanya bersama sang nenek , dan melihat kecintaanya, apalagi kemudian mendengar bahwa tak ada lagi orang yang sanggup mengerjakan lukisan itu, saya jadi tak sampai hati menolaknya.. apalagi beliau ini mohon tolong dengan sangat.
Setelah saya jawab setuju, agar lebih mengenal secara mendalam, saya minta diceritakan segala sesuatu yang lebih rinci tentang neneknya, dari berbagai sisi.
揗as Herri, foto ini diambil ketika nenek baru saja sembuh dari sakit, dan dikunjungi keluarga besar, dan tak lama kemudian beliaupun wafat.. Jadi di dalam foto itu Nenek tubuhnya terlihat kurus dan layu . Wajahnya cekung , tidak segar dan tak bersinar , kelihatan seperti orang yang hidup penuh derita?tak ada senyuman. .Ini sama sekali berbeda dengan nenek saya sebenarnya yang saya kenal selama ini?Apa yang tampak di foto itu adalah pengaruh sakit yang cukup lama.?
揘enek saya tidak seperti itu?dia adalah wanita kaya, tegar, berwibawa, Mas Herri nanti kalau melukis Nenek tolong yang dilukiskan adalah ekspresi dan karakter nenek yang sesungguhnya yang saya kenal. Wajahnya tegar , berwibawa, , penuh semangat hidup, tegas tapi penuh kasih sayang berpenampilan orang kaya ?bukannya ekspresi orang sakit seperti yang di foto ini . Juga tolong dibuat gemuk seperti aslinya, baik tubuh maupun wajahnya dibuat tersenyum, jangan sedang menderita seperti di foto ini.....?
Selama berjam-jam dia bercerita penuh perasaan tentang Nenek yang sangat disayanginya .. Saya menyimak dengan penuh konsentrasi dan terfokus ?sehingga, mulaiiah muncul gambaran wajah dan sosok Nenek itu di mata batin saya, seolah nyata.. Awalnya samar-samar saja, semakin lama semakin jelas.. hingga dapat saya kenali dengan baik ..? sehingga kelak memudahkan saya melukis potret wajah Nenek ini
Jadi begitulah?saya pulang dari rumah artis yang baik ini dalam keadaan ??sudah mengenal neneknya? Bukan hanya itu, saya juga meminjam sekopor pakaian serta asesori yang biasanya dipakai oleh sang Nenek. Untuk saya lukis langsung.
Sebulan kemudian lukisan "Nenek yang Terkasih" ini selesai dan saya antar ke Jakarta. Kebetulan di rumahnya sedang ada acara pengajian, jadi lukisan saya taruh dulu di aula.
Ketika beliau datang dan melihat ada lukisan Neneknya disitu, mendadak tubuhnya lemas dan ia terjatuh dan lalu bersimpuh di depan lukisan Neneknya, menangis tersedu-sedu sambil mengelus dan menciumi (lukisan) tangan "nenek"nya .. 搮 Neneek? Neneek?oh....Nenekku hidup lagi, aku kangen Neek?攨 Ibu-ibu pengajian yang terkejut melihat kejadian itu, spontan berhamburan mendekat untuk menolong? Namun setelah tahu duduk masalahnya , mereka mundur untuk memberi ruang beliau berdua saja dengan 揘enek?nya? Pengajianpun spontan terhenti untuk sementara waktu?
Cukup lama suasana menjadi hening sepi , hanya terdengar suara isak tangis beliau didepan lukisan sang Nenek yang dikasihinya?
Sebagai seniman saat itu aku merasa merinding dan bersyukur,.. dengan ijinNYA.. telah berhasil "memindahkan" gambar yang ada di benak sang artis yang baik ini keatas kanvas.... Tangisannya...lemasnya tubuhnya yang nyaris pingsan... berbicara lebih banyak daripada kata-kata... bahwa "aku dengan ijinNYA" telah berhasil "menghidupkan" dan "menghadirkan" Nenek nya yang terkasih... |
|
|
|
|
|
|
|
cantek lukisan ni..tapi aku tak tau nak komen apa sbb panjang bebenor tatabahasa dia..malas nak baca |
|
|
|
|
|
|
|
iskk...sebak pulak baca ayat-ayat terakhir tu.
Mula-mula tadi ingat nak kritik sebab dia kata gambar original lain daripada gambaran yang dia suruh pelukis tu lukis nanti. Kuasa Allah membukak hijab si pelukis sekejap untuk melihat wajah & susuk tubuh sebenar si nenek supaya lukisan tu dapat dilukis dengan baik.
Anyway, lukisan potret tu memang cantik.
Tak reti nak komen banyak sebab tak arif dalam bidang ni. |
|
|
|
|
|
|
| |
Category: Belia & Informasi
|