adifrs Publish time 23-11-2011 03:49 PM

NISAN

Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak bertahta.


Chairil Anwar

adifrs Publish time 23-11-2011 03:51 PM

Post Last Edit by adifrs at 23-11-2011 16:02

AKU
Kalau sampai waktuku‘Ku mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduliAku mau hidup seribu tahun lagi

Chairil Anwar
Mac 1943

adifrs Publish time 23-11-2011 03:57 PM

Post Last Edit by adifrs at 23-11-2011 16:05

PUISI SENDIRI
Hidupnya tambah sepi, tambah hampaMalam apa lagiIa memekik ngeriDicekik kesunyian kamarnyaIa membenci dirinya dari segalaYang minta perempuan untuk kawannyaBahaya dari tiap sudut.
Mendekat jugaDalam ketakutan-menanti ia menyebut satu namaTerkejut ia terduduk.
Siapa memanggil itu?Ah! Lemah lesu ia tersedu: Ibu! Ibu!

Chairil Anwar
      Februari,1943

adifrs Publish time 23-11-2011 04:02 PM

RUMAHKU

Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak

Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan

Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana

Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak

Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi meraih petang
Biar berleleran kata manis madu
jika menagih yang satu

Chairil Anwar
April 1943

adifrs Publish time 23-11-2011 04:15 PM

TAMAN

Taman punya kita berdua
tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

Maret, 1943

adifrs Publish time 23-11-2011 04:15 PM

LAGU BIASA

Di teras rumah makan kami kini berhadapan
Baru berkenalan. Cuma berpandangan
Sungguhpun samudra jiwa sudah selam berselam

Masih saja berpandangan
Dalam lakon pertama
Orkes meningkah dengan “Carmen” pula.

Ia mengerling. Ia ketawa
Dan rumput kering terus menyala
Ia berkata. Suaranya nyaring tinggi
Darahku terhenti berlari

Ketika orkes memulai “Ave Maria”
Kuseret ia ke sana…

Maret 1943

adifrs Publish time 23-11-2011 04:17 PM

PEMBERIAN TAHU

Bukan maksudku mau berbagi nasib,
nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak, tapi
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Aku pernah ingin benar padamu,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,

Kita berpeluk cium tidak jemu,
Rasa tak sanggup kau kulepaskan.
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,
Aku memang tidak bisa lama bersama
Ini juga kutulis di kapal, di laut tak bernama!

1946

bintang Publish time 1-12-2011 05:00 PM

Senja Di Pelabuhan Kecil


Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

1946
Pages: 1 [2]
View full version: Puisi-Puisi Chairil Anwar


ADVERTISEMENT