Tashu Publish time 15-2-2022 11:51 AM

Istana Long Puteri(Istana Maimun)

Beginilah permandangan bahagian hadapan Istana Long Puteri (Istana Maimun), Jugra, Kuala Langat, yang ketika itu didiami oleh Raja Sakinah Ibti Raja Mustar, sekitar tahun 1930. Malangnya kini, istana ini dibiarkan dan tidak diselenggara dengan baik.

https://scontent.fkul14-1.fna.fbcdn.net/v/t39.30808-6/p526x296/273539721_2817846768507749_1261797888051341013_n.jpg?_nc_cat=107&ccb=1-5&_nc_sid=730e14&_nc_eui2=AeEJ5UgaPF1SlLPQAa0rt7ck9wicTKVFnXv3CJxMpUWde6wEIDubcqtYaQN3_w3HAPEwKYDLVqQFOSyxbXEoWZGN&_nc_ohc=5gFFIX4go0cAX-U7844&_nc_ht=scontent.fkul14-1.fna&oh=00_AT-aeMKTITuxfewTZBD2cM_ySF49EPazmy8TVakNWT4Vxw&oe=620EE5DE

seribulan Publish time 15-2-2022 01:03 PM

Satu lagi camni yang kat Teluk Intan {:1_141:}

seribulan Publish time 15-2-2022 05:31 PM

Edited by seribulan at 15-2-2022 04:33 PM

Yg ni Istana Maimun di Medan, Indonesia yang saya pernah pergi dengan bff {:2conggalo ini kerabat Perak gak.


https://www.innagroup.co.id/storage/news/Gracious/gracious%20istana%20maimun%201.png






TEMPAT TUJUAN:

ISTANA MAIMUN, SAKSI BISU KEJAYAAN KESULTANAN DELI

Pagi itu cuaca sepertinya agak bersahabat. Di Kota Medan, Sumatera Utara, yang terkenal dengan udara panasnya, mentari pagi justru terasa hangat. Tidak menyengat seperti biasanya.
Di luar cuaca, Medan juga memiliki ciri khas sendiri. Sebagai kota besar yang sangat sibuk dari pagi hingga pagi berikutnya, justru menyimpan daya tarik yang sanggup membuat orang untuk berdatangan. Tidak sekadar urusan bisnis, tetapi juga untuk urusan pelesir, memang, Medan lah tempatnya. Banyak spot wisata menarik di kota ini dan sekitarnya. Wisata alam, budaya, hingga kuliner bisa kita nikmati di sini.
Penasaran atas daya tarik kota itu membuat saya dan beberapa teman bergegas dari kenyamanan tempat tidur hotel. Kami segera meluncur membelai jalanan aspal mencari keelokan di setiap sudut kota. Pagi itu, salah satu yang menarik perhatian kami adalah Istana Maimun, salah satu ikon Kota Medan yang terletak di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Agar lebih merasakan sentuhan Medan, sengaja kami menyewa betor (becak motor). Karena tidak begitu jauh dari hotel tempat kami menginap, hanya dalam beberapa menit kami pun sampai di istana yang berdiri megah meskipun telah berusia ratusan tahun tersebut.
https://www.innagroup.co.id/storage/news/Gracious/gracious%20istana%20maimun%202.png
Halaman Istana Maimun cukup luas, berupa lapangan rumput yang kadang dijadikan anak-anak tempat bermain bola. Pada hari-hari libur istana itu cukup ramai pengunjung yang tertarik dengan keindahannya sekaligus mencerna sejarahnya. Seperti pagi itu kami pun tidak sendirian. Puluhan pengunjung lain juga berdatangan. Kami harus melewati beberapa anak tangga untuk bisa sampai di ruang utama istana. Asyiknya, kunjungan kami disambut para pemusik yang melantunkan irama khas Melayu. Mereka bermain tepat di sisi pintu utama. Tentu lantunan musik itu selalu terdengar selama kunjungan.
https://www.innagroup.co.id/storage/news/Gracious/gracious%20istana%20maimun%203.png
Suasana hening dan sangat berbeda begitu terasa saat kami memasuki ruang utama Istana Maimun. Kami disambut seorang pemandu yang menjelaskan seluk-beluk istana sekaligus membawa kami berkeliling istana yang keseluruhan interiornya didominasi warna kuning, warna khas Melayu.
Istana Maimun memiliki luas 2.772 meter persegi dengan 30 ruangan yang tersebar di dua lantai. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Deli yang didirikan Sultan Mahmoed Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang merupakan keturunan raja ke-9 pada Kesultanan Deli. Istana ini mulai dibangun 125 tahun silam, tepatnya pada 26 Agustus 1888. Secara umum bangunan Istana Maimun terdiri atas dua lantai yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bangunan induk, sayap kanan, dan sayap kiri. Tidak jauh dari istana yang menghadap ke timur itu berdiri megah Masjid Raya Al-Mashun.
Keindahan Istana Maimun memang tidak terbantahkan. Meski berusia tak kurang dari 125 tahun, keindahan yang memancar dari setiap sudut ruangannya serasa tak lekang. Tepat di bangunan induk –ruangan utama yang dulu dipakai untuk upacara penobatan Sultan Deli, untuk acara tradisional lainnya, serta tempat Sultan Deli menerima tamu kehormatan maupun sanak saudaranya— kami melihat detail-detail yang sangat indah. Atap ruangan yang tinggi berhias ornamen unik membuat betah setiap mata pengunjung. Di ruangan utama seluas sekitar 412 meter persegi ini terdapat takhta yang juga didominasi warna kuning.
https://www.innagroup.co.id/storage/news/Gracious/gracious%20istana%20maimun%205.png
Jika diperhatikan, arsitektur Istana Maimun yang memadukan beberapa unsur budaya Melayu bergaya Islam, Spanyol, India, serta Italia ini memang cukup unik dan benar-benar menghasilkan karakter yang khas. Pengaruh Eropa tampak dari lampu gantung yang menghiasi setiap ruangan, meja, kursi, lemari, jendela, hingga pintu-pintunya. Ada pula prasasti dari batu marmer yang ditulis dalam bahasa Belanda. Pengaruh Islam terlihat dari bentuk lengkung (arcade) pada bagian atap yang menyerupai bentuk perahu terbalik (lengkung persia) yang lazim dijumpai pada bangunan-bangunan di kawasan Timur Tengah.
Menelusuri kemegahan ruang demi ruang Istana Maimun disertai alunan musik khas Melayu memang serasa membawa kami ke masa kejayaan Kesultanan Deli tempo dulu. Jika di masa itu Kesultanan Deli bisa membangun sebuah istana yang mewah tidak hanya pada bangunannya namun juga pada segala pernak-pernik di dalamnya, sangat mungkin karena sejak dua abad silam wilayah ini berlimpah hasil perkebunan, minyak, dan rempah-rempah, termasuk hasil tembakaunya yang begitu terkenal hingga mancanegara. Hasil bumi yang luar biasa itu tentu memberikan pemasukan sangat besar untuk Kesultanan Deli.
https://www.innagroup.co.id/storage/news/Gracious/gracious%20istana%20maimun%204.png
Saat hendak meninggalkan kompleks istana, perhatian kami tertuju pada sebuah bangunan kecil berbentuk rumah dengan atap bergaya adat Karo di sisi istana tersebut. Rasa penasaran membawa kami memasuki bangunan kecil itu. Di dalamnya kami pun mendapati sebuah meriam yang dikeramatkan dan dikenal dengan sebutan Meriam Puntung.
Hikayat puak Melayu Deli menjabarkan, meriam tersebut merupakan penjelmaan Mambang Khayali, adik Putri Hijau dari Kerajaan Deli Tua. Mambang berubah menjadi meriam saat mempertahankan istana dari serbuan Raja Aceh yang pinangannya ditolak Putri Hijau. Akibat larasnya yang panas karena dipakai menembak terus-menerus, meriam itu pecah menjadi dua bagian. Ujung meriam diceritakan melayang dan jatuh di Kampung Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Tanah Karo. Sedangkan pecahan satunya lagi disimpan di ruang kecil tempat kami berdiri.
Menarik! Kata itulah yang serempak keluar dari mulut kami saat sepakat meninggalkan kompleks Istana Maimun. Hari itu kami benar-benar mendapatkan sesuatu yang berbeda. Tak ingin kehabisan waktu, kami pun melanjutkan petualangan menelusuri sudut-sudut Kota Medan, tentu saja, tetap dengan becak motor. Biar Medan banget gitu… **
Teks dan Foto: Ristiyono





seribulan Publish time 15-2-2022 05:38 PM

Dahulu masyhur kini terbiarhttps://cache.addthiscdn.com/icons/v3/thumbs/32x32/addthis.png

Oleh Noor Hidayah Tanzizi
am@hmetro.com.my


data:image/svg+xml;charset=utf-8,%3Csvg xmlns='http%3A//www.w3.org/2000/svg' xmlns%3Axlink='http%3A//www.w3.org/1999/xlink' viewBox='0 0 10 5'%3E%3Cfilter id='b' color-interpolation-filters='sRGB'%3E%3CfeGaussianBlur stdDeviation='.5'%3E%3C/feGaussianBlur%3E%3CfeComponentTransfer%3E%3CfeFuncA type='discrete' tableValues='1 1'%3E%3C/feFuncA%3E%3C/feComponentTransfer%3E%3C/filter%3E%3Cimage filter='url(%23b)' x='0' y='0' height='100%25' width='100%25' xlink%3Ahref='data%3Aimage/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wBDABALDA4MChAODQ4SERATGCgaGBYWGDEjJR0oOjM9PDkzODdASFxOQERXRTc4UG1RV19iZ2hnPk1xeXBkeFxlZ2P/2wBDARESEhgVGC8aGi9jQjhCY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2NjY2P/wAARCAAFAAoDASIAAhEBAxEB/8QAFgABAQEAAAAAAAAAAAAAAAAAAAEE/8QAHhAAAQMEAwAAAAAAAAAAAAAAAQACAwQFESExYtH/xAAVAQEBAAAAAAAAAAAAAAAAAAACA//EABcRAAMBAAAAAAAAAAAAAAAAAAABAhH/2gAMAwEAAhEDEQA/AMbbtUyxNYXEDnGvFDdJwcAR66oinLYsP//Z'%3E%3C/image%3E%3C/svg%3Ehttps://assets-hmetro-com-my.cdn.ampproject.org/ii/AW/s/assets.hmetro.com.my/images/articles/caslteanson2_1632783911.jpgISTANA Raja Muda. FOTO Sharul Hafiz Zam
Teluk Intan: Lebih enam dekad lalu istana lama ini pernah menjadi singgahsana rasmi bagi Duli Yang Teramat Mulia (DYTM) Raja Muda Perak Darul Ridzuan di Teluk Anson yang kini dikenali Teluk Intan.
Bangunan istana lama yang dikenali Istana Raja Muda terletak di Jalan Syed Abu Bakar di sini menjadi tempat Raja Muda Perak yang pertama bersemayam iaitu Almarhum Raja Muda Abdul Aziz yang kemudiannya menjadi Sultan Abdul Aziz al-Mu'tasim Billah Shah Ibni Almarhum Raja Muda Musa, Sultan Perak yang ke-31.

Dibina pada 1922, ironinya ia adalah sebahagian warisan sejarah Kesultanan Perak yang perlu terus dipulihara untuk tatapan generasi baru.
Pengerusi Jejak Warisan Teluk Intan Iskandar Zulqarnain Zaheruddin berkata, berdasarkan kajian dan pembacaannya istana berkenaan adalah istana rasmi bagi Raja Muda Perak Darul Ridzuan suatu ketika dahulu.


Menurutnya, sebagai sebuah istana bagi Raja Muda, Teluk Anson pada ketika itu juga digelar sebagai bandar diraja.
Katanya, antara aktiviti yang pernah diadakan di istana itu ialah menerima kedatangan Gabenor Jeneral Malayan Union, Sir Malcolm MacDonald ke Teluk Anson pada 1947 dan beliau diraikan oleh Sultan Perak ke-32 iaitu Almarhum Sultan Yussuf Izzuddin Shah yang ketika itu bergelar Raja Muda.
"Antara perayaan terbesar yang pernah diadakan di sini ialah majlis perkahwinan pada 1 Ogos 1963 di antara Raja Aminah yang merupakan puteri kedua kepada Raja Muda Perak ketika itu iaitu Raja Muda Musa (Raja Muda Musa ibni Almarhum Sultan Abdul Aziz Al-Mustasim Billah Shah Nikmatullah) dengan Leftenan Tengku Ibrahim, putera kedua Sultan Pahang.
"Majlis berlangsung meriah dimulakan dengan 15 das tembakan meriam menandakan bermulanya letak kerja majlis yang diketuai oleh Kadi Teluk Anson, Haji Abdul Kahar Abdul Jabar.
"Majlis perkahwinan berlangsung meriah dengan ramai tetamu kenamaan daripada seluruh negara hadir bagi meraikan pengantin diraja," katanya ketika dihubungi Harian Metro, semalam.

Iskandar Zulqarnain yang juga Setiausaha Persatuan Pencinta Sejarah Masyarakat Perak berkata, sepanjang penggunaannya bangunan itu turut menjadi istana untuk beristirahat buat Sultan Perak ketika melawat daerah Hilir Perak.
Katanya, Raja Muda Perak terakhir bersemayam di istana berkenaan adalah Almarhum Raja Muda Ahmad Siffuddin ibni Almarhum Sultan Iskandar sehingga kemangkatan baginda pada 1987.
Menurutnya, kemudian kediaman rasmi Raja Muda berpindah ke Istana Tetamu di Ipoh dan sejak itu, istana berkenaan ditinggalkan.
Jejak Warisan Teluk Intan pada 2020 juga membina sebuah papan tanda informasi sejarah bagi menerangkan sejarah istana berkenaan.

Sementara itu, Yang Dipertua Gabungan Pelajar Melayu Semenanjung (GPMS) Teluk Intan Aimy Nabilla Mohamad Yusof berkata, istana lama berkenaan sebahagian simbol pemerintahan diraja di Teluk Intan yang wajar dipulihara dan pelihara sebagai warisan negeri.
Menurutnya, istana lama berkenaan juga boleh dijadikan sebagai pakej pelancongan warisan seperti Menara Condong Teluk Intan yang sudah diisytiharkan sebagai Warisan Kebangsaan.
"Justeru pada pendapat saya istana ini boleh dijadikan sebagai lokasi pelancongan warisan, malah jaraknya dengan Menara Condong juga tidak jauh kira-kira tiga hingga empat kilometer (km) saja.
"Malah, ia juga dapat membantu meningkatkan ekonomi setempat dengan penambahan produk pelancongan di Teluk Intan kerana pelancongan warisan juga mempunyai peminatnya tersendiri," katanya.
Menurutnya, persatuan cakna dengan isu setempat dan berharap ada jalan penyelesaian terbaik untuk mengekalkan istana ini supaya ia tidak lenyap dan hanya tinggal sebagai catatan sejarah.




Pages: [1]
View full version: Istana Long Puteri(Istana Maimun)


ADVERTISEMENT