bintang Publish time 10-10-2009 11:31 AM

Langit Kian Kelabu

Post Last Edit by bintang at 11-10-2009 21:52

BAB I



Idham meletakkan surat khabar itu di atas meja tulis.

"DUA DARI TIGA LELAKI DI KUALA LUMPUR MENYELEWENG"   Fantastik!Apakah itu bererti dua di antara tiga pria yang telah bernikah di Kuala Lumpur pernah terlibat hubungan badaniah dengan wanita yang bukan isterinya?Bukan main!Wah, senang saja mereka cerita.


Masing-masing menceritakan pengalaman mereka.Affair mereka.Tentu saja penuh bangga.Apakah semua itu sudah menjadi satu prestasi mengagumkan?Betapa tidak. Rata-rata usia mereka sudah mendekati empat puluh.Pak Ahmad malah sudah hampir enam puluh. Tetapi masih ada wanita yang mau main-main dengan dia! Padahal wanita itu tahu dia sudah beristeri.Bukankah itu menunjukkan suatu kehebatan kepada lelaki?Masih mempunyai daya tarikan seksual terhadap wanita lain padahal mereka sudah punya isteri,ada anak,malah ada yang sudah punya cucu!


Kalau membicarakan soal wanita,laki-laki memang tidak ada bezanya.Adi yang doktor,Herry peguam,atau Pak Ahmad yang ketua bahagian pentadbiran. sama saja.Semua berlumba-lumba menceritakan pengalaman mereka yang hebat-hebat. Mengemukakan nama wanita-wanita yang cantik dan seksi.Dan tinggallah Idham sendiri.Tersudut dengan senyum kecutnya.Cuma dia yang belum ada pengalaman seperti itu.Padahal umurnya sudah hampir tiga puluh tahun.Sudah enam tahun bernikah dan punyai dua anak kecil. Tetapi belum pernah dia mengecapi pengalaman yang demikian menggetarkan!Sungguh.Belum pernah!


Dan dengan enggan dia terpaksa menerima nasibnya.Masuk kategori satu dari tiga orang laki-laki yang belum pernah menyeleweng. Setia?Atau..bodoh?Tidak laku?Wanita mungkin merasa bangga kalau dinyatakan "bersih".Di Kuala Lumpur saja cuma sepertiga yang seperti dia!Cuma sepertiga....Bahkan Pak Ahmad!   Ah, Idham melirik laki-laki tua itu sekali lagi.Benar-benar mengagumkan!Tidak pernah diduganya laki-laki tua itu punya pengalaman yang demikian banyak.Segudang pengalaman dengan wanita-wanita yang jauh lebih muda! Hmm.Padahal apa lah yang dicari wanita-wanita itu dalam dirinya?Wajahnya sudah keriput.Rambut dan misainya telah memutih.Tubuhnya walaupun cukup tinggi sudah mulai membongkok.Mungkin akibat keberatan memikul perut yang mulai menggelembung dipenuhi lemak.Jawatannya? Cuma ketua bahagian pentadbiran hospital!Tetapi dia punyai dua isteri sah,dua isteri tidak sah,dan entah berapa orang lagi wanita simpanan!


Dush..! prasa apa lagi yang lebih sebati buat laki-laki tua semacam dia kecuali hebat?Tentu saja kalau semua yang diceritakannya itu benar!


Dan Jururawat Mimi itu!Aduh, Idham benar benar tidak pernah menduganya.Nampak dia begitu alim.Begitu naif.Begitu tidak berdosa.Siapa sangka diam-diam dia bercinta dengan Doktor Salim!Padahal Salim telah dua puluh tahun menikah.Dan selama ini mereka tidak pernah menampakkan betapa intimnya hubungan mereka.Baru tadi Salim memaparkan pengalamannya dengan Mimi. Terpaksa.Soalnya semua teman mereka membuka cerita.Mau dia tidak? Malu...!Kebetulan hari itu di ruang pentadbiran tidak ada keturunan hawa bertandang.Kak Kiah kerani bahagian pentadbiran itu sedang sakit. Kerusinya kosong.

"Bagaimana kau, Id?"tiba-tiba saja Adi melihat Idham dan menyusul soalan yang tidak disangkakannya.Dan menyedari, cuma dia yang belum membuka mulut.

"Kenapa diam saja? Ceritalah..!"Adi menepuk bahu Idham dengan gaya seorang guru yang memujuk anak didiknya untuk mengaku.. "Jangan seganlah..! Cerita aje pengalaman kau! Anggap saja ini satu kemuafakatan pengalaman!Siapa tahu nanti ada yang berminat buat seminar... hahahaa..!"

"Ye, ye.. Id!" Salim menimpali dengan bersemangat seolah-olah tiba-tiba saja pria yang pernah menyeleweng itu menjadi pahlawan sejati."Tidak ada rahasia lagi kan di antara kita? Kita sama-sama lelaki.Soal-soal begini biasa saja, kan? Perempuan tidak perlu tahu! Percayalah Id,tidak ada yang menyampaikan pada isteri kau..!"


"Aku tidak ada pengalaman," sahut Idham separuh terpaksa.Mukanya memerah menahan malu..Apalagi ketika tawa teman-temannya meledak.Begitu melecehkan.Bahkan Pak Ahmad tersenyum nipis. Senyum yang menyakitkan!   Ah, tiba-tiba saja Idham merasa tersisih dari pergaulan.Dia merasa lain dari yang lain.Lain dari teman-temannya.Bukan laki-laki....Seandainya saja dia punya pengalaman.... Sekali saja....

Astaga!Tiba-tiba Idham terkejut sendiri.Mengapa dia mempunyai fikiran seteruk itu?Melakukan penyelewengan tetap disebut menyeleweng biarpun cuma sekali!Dan Idham tidak sampai hati mengkhianati isterinya.Anaknya.Keluarganya.

"Saya keluar sebentar," cetus Idham murung."Pengap dalam bilik ni. Nanti saya datang lagi."

"Aku ikut!"Adi menyusul Idham yang telah bergerak ke pintu.

"Kita minum kopi di kantin. ok?Kau kelihatan seperti orang kurang tidur, Id!"

"Ah, aku kalau banyak tidur jadi lesu terus"

"Kenapa? Ada persoalan di rumah? Isteri kau hamil?''

"Kau berkata seolah-olah aku sudah ada anak dua belas!"

Adi tertawa renyah.Kalau kaumemang begitu!Sekali lihat,kau malah nampak lebih tua dibandingkan dengan Pak Ahmad!"

Mendadak Idham berhenti melangkah.Ditatapnya sahabatnya dengan tatapan yang berbaur antara kaget dan tak percaya.Tidak sengaja dia menoleh lagi ke ruang pejabat pentadbiran yang baru saja mereka tinggalkan.Seolah-olah dia ingin melihat Pak Ahmad sekali lagi.Untuk membandingkan muka mereka.

"Betul katamu, Di? Kau serius?Aku kelihatan lebih tua daripada Pak Ahmad?"

"Salah kau sendiri!"Adi menyeringai geli.   "Hidup kau rutinnya membosankan!Tidak ada selingan-selingan yang menyegarkan. Itu yang membuat kau cepat tua.

Idham menghela nafas panjang. Diteruskannya langkahnya sambil menunduk    "Kau suruh aku menyeleweng?

"Bukan menyeleweng! Duduk-duduk minum di kelab malam kan bukan menyeleweng?Tetapi kau selalu menolak kalau aku ajak!"

"Isteri aku tahu setiap hari pukul berapa aku balik."

"Berapa umur kau, Id? Anakku yang belum berumur dua belas tahun saja tahu sekali bagaimana cara membohongi ibunya pukul berapa dia pulang sekolah!"

"Aku tidak boleh!"

"Belum pernah cuba mana tau..!

"Aku takut isteriku marah."

"Rita?" Adi tersenyum mengejek.

"Aku malah hairan kalau dia marah!Dia begitu percaya suaminya tidak akan menyeleweng,sampai kalau ada yang menyampaikannya pun dia tidak percaya! Suaminya laki-laki yang paling alim di Kuala Lumpur! Kerana itu tidak perlu dia curiga! Padahal kamu tahu bagaimana rasanya dicemburui isteri, Id?"

Idham menggeleng seperti orang dungu.Yelah, dia memang belum tahu.Belum pernah merasakan bagaimana rasanya dicemburui isteri.Dicemburui orang yang dicintainya.Sejak masih menjadi kekasihnya sampai menjadi isterinya, Rita tidak pernah cemburu.Dia percaya sekali pada suaminya.Dia tahu Idham tidak pernah curang.Malah sebaliknya.Biasanya Idhamlah yang cemburu kerana Rita cantik.Dan masih tetap menarik biarpun sudah beranak dua, dan tubuhnya masih mekar.Bagaimana rasanya dicemburui?Pertanyaan yang bagus!Sampai sekarang dia belum dapat menjawabnya.Soalnya, Rita memang tidak pernah cemburu!

anabilla89 Publish time 10-10-2009 07:04 PM

wah new n3..menarik...sambung pls...

bintang Publish time 10-10-2009 08:56 PM

Post Last Edit by bintang at 11-10-2009 22:02

BAB II



Idham memasukkan keretanya ke halaman rumahnya.Rumah banglow yang pinjaman bank belum habis bayar itu memang tidak ada garaj.Tetapi tidak apa.Keretanya pun masih dalam hutang.Sama saja.Belum dilunasi juga.Jadi diletak di dalam garaj atau cuma di pekarangan rumah saja pun rasanya tidak ada bezanya.Sama saja tidak ada bezanya dengan kerutinan hidupnya tiap hari.Pagi bertugas di hospital.Malam buka klinik pribadi.Pulang ke rumah hampir pukul sebelas malam.Menemukan isterinya sedang mengajari putera sulung mereka matematik pra sekolah.Dan entah apa lagi.Padahal dia baru berusia empat tahun.Seingatnya,waktu dia seumur Irfan,dia tidak pernah secepat itu belajar.Apalagi sampai melelahkan ibunya,yang mesti mengikuti belajar supaya dapat mengajari anaknya kembali.... Hmmm.Dunia pendidikan benar-benar telah berubah!


"Sudah makan?"tanya Rita dengan suara perlahan yang Idham langsung hilang.Tiap malam Rita mengajukan pertanyaan yang sama. Barangkali dia tidak bermaksud demikian.Barangkali hanya perasaan Idham saja.Tetapi setiap kali Rita mengajukan pertanyaan itu, setiap kali itu pula Idham merasa Rita mengharapkan suaminya mengangguk.Tetapi kerana suaminya menggeleng,Rita terpaksa menoleh ke arah Bibik, yang sedang masuk mengikuti majikannya sambil menjinjing beg Idham.


"Panaskan makanannya, Bik,"   katanya tanpa bergerak dari kerusinya.Lalu dia tenggelam lagi dalam kesibukannya mengajari dan memarahi anaknya.


Tanpa perasaan apa-apa, Idham melangkah ke kamarnya untuk menukar baju.   Dia tidak merasa tersinggung.Tidak merasa sedih. Tidak merasa terlupakan meskipun tak ada lagi suasana penyambutan di rumahnya.Perkahwinan di ambang tahun ke lima memang biasanya sudah dihinggapi penyakit rutin.Tidak ada lagi romantis.Kehangatan.Apalagi kejutan.Semuanya serba membosankan.Rita tidak menyambut kedatangannya seperti dulu waktu mereka baru bernikah.Dulu, baru mendengar deru kereta di depan rumah saja, dia sudah menghambur ke pintu.Mengambil beg suaminya.Mencium bibirnya dengan ghairah.Dan menanti suaminya selesai mandi dengan pelbagai menu makanan hangat di atas meja makan.Tidak pernah disuruhnya pembantu melayani suaminya makan.Semua makanan diolahnya dengan tangannya sendiri.   Dihidangkannya sendiri.Bahkan pada awal awal perkahwinan,dia malah tak segan-segan menyuapi suaminya dengan sudu yang sama dengan sudunya sendiri.

Ketika anak-anak mulai hadir dalam kehidupan mereka, kebahagiaan mereka pun bertambah sempurna.Idham selalu ingin cepat pulang untuk menemui anak isterinya.Rindu rasanya ingin menggendong dan bermain dengan anak-anaknya.Ketika berumur dua tahun, Irfan malah selalu menyongsong kedatangan ayahnya dengan secangkir teh panas.Menarik tangan ayahnya ke meja makan.Lalu dengan gayanya yang masih lucu itu,dia bergegas mengambilkan sandal untuk ayahnya.Sekarang? Dia masih lucu namun sibuk dengan sekolah tadikanya dan pembelajaran bersama ibunya atau bermain game di hadapan komputer.Dia memang menoleh. Menyapa dan menyambut ayahnya. Tapi cuma sekilas.    "Sudah pulang, ayah?"tanyanya sambil lalu.Lalu perhatiannya beralih lagi ke komputer.Dan asyik terus di sana.


Tetapi Idham tidak mengeluh.Tidak menegur.   Dia tidak merasa aneh.Tidak merasa tersisih.Semuanya sudah biasa barangkali. Seperti biasa juga dia langsung ke bilik air, membasuh tubuhnya.Menukar bajunya dengan t-shirt yang bersih.Membaca surat khabar,dan menuju ke meja makan.Rita sudah menunggunya di meja makan.Tetapi dia tidak ikut makan.Dia memang tidak pernah makan malam lagi setahun terakhir ini.Takut gemuk, katanya.Tubuhnya memang sudah memperlihatkan tanda tanda kesuburan.Lemak sudah mulai menyembul di sana-sini.Kalau dia tidak menjaga dietnya, tidak mustahil kalau dua tahun lagi, tubuhnya akan membengkak seperti tong air di belakang rumah mereka.


"Geram tau Irfan tu... masih belum pandai matematik,"   gerutu Rita sebagai pembuka santapan, sebelum Idham mulai makan.   "Masih lambat mencongak! Isk, bosan betul ajar benda yang sama berkali kali..!Asyik lupa saja...!"

Ketika dilihatnya suaminya diam saja, malah menyendok nasi,Rita lalu menambah bicara.   "Mulai esok abang ajelah yang ajar dia.. penat dan bosan... malam malam asyik marahkan dia saja...!"

"Laa... kenapa abang pulak?"

"Memangnya kenapa? abangkan ayahnya!Apa salahnya kalau abang juga ikut mengajar anak?"

"Panggil saja guru tuisyen!Beri dia duit."

"Senangnya... abang ingat bayarannya tidak mahal?"

"Abang sibuklah... mana ada masa nak ajar Irfan..."

"Abang selalu begitu! Semua urusan anak Rita yang kena. Mentang-mentang Rita tidak berkerja.."

"Rita tidak makan?"potong Idham jemu. Mencuba mengalihkan perbincangan.Sungguh tidak enak makan seperti ini. Sudahlah hidangannya tidak sedap, lauknya kurang serasi,ditambahi pula bebelan Rita!.

"Taknak ar... badan Rita makin naik ni. Nanti kalau Rita gemuk, abang punya alasan untuk mencari isteri baru!"


Idham tersenyum. Sambil mengunyah,diam-diam Idham memperhatikan isterinya.Entah sudah berapa lama dia tidak menatap Rita dengan cara seperti ini.Ya, setiap hari dia memang melihat isterinya tetapi cuma melihat.   Apa yang dilihatnya tidak melekat di otaknya. Baru sekarang dia menyedari,isterinya memang banyak berubah.   Dalam dua puluh lapan tahun,dia memang masih tetap cantik. Masih menarik cuma pipinya mulai ditumbuhi bintik bintik hitam yang halus tidak selicin dulu.Barangkali akibat memakan pil perancang sejak kebelakangan ini.Rita memang tidak mau hamil lagi.Dua orang anak sudah cukup, katanya.Takut badannya tidak cantik lagi bila beranak terlalu ramai.Rambutnya yang telah panjang tidak didandang dengan baik membuat mukanya nampak lebih kusut masai, lebih-lebih jika dia tengah marah-marah,seperti sekarang.   Padahal dulu, Rita tidak pernah memanjangkan rambutnya melebihi paras bahu dan tak pernah dibiarkan rambutnya tidak sempurna. Rambutnya selalu rapi. Enak dilihat. Nyaman di jiwa.Tidak seperti sekarang.Entah berapa minit sekali dia harus menyeka rambutnya ke belakang agar hujungnya tidak menusuk ke matanya.

Terasa sesal Idham melihat semua itu.Lama-lama dia jadi tertekan sendiri melihatnya.Dialihkannya tatapannya kembali ke piring.Ikan goreng Bibik masih setia menantinya di sana.Dia tahu itu ikan goreng Bibik yang gorengkan.Soalnya pinggirnya hangus dan keras lagi. Ciri khas masakan Bibik.

"Rambut Rita sudah panjang,"katanya sambil mengambil ikan goreng itu."Sudah berapa lama kamu tidak ke salon?"

"Erk, ke salon?!"   gerutu Rita kesal,seakan-akan suaminya menyuruhnya pergi ke bengkel kereta.

"Mana sempat?Sejak Irfan sekolah,waktu Rita habis untuk hantar ambil anak ke sekolah. Jauh pulak tu...!Mia lagi nak kena jaga.. semuanya Rita kena buat sendiri...abang mana ada bantu pun.”

"Ah, selalu menyebabkan abang! Padahal waktu memilih rumah ini dulu, abang kan sudah tanya kamu juga! "

"Habis tak ada pilihan lain! Wang kita kan cuma banyak tu. Rumah inilah yang sewajarnya kita duduki..!"

’’Tapi kamu tidak menyesal, kan?"potong Idham sambil meletakkan nasi yang ditangannya ke pinggan semula, hilang selera.   "Kata Rita dulu. lebih baik mempunyai rumah sendiri, biarpun kecil dan jauh daripada bandar, sekolah atau pasar!”

" Tentu saja Rita tidak menyesal."sahut Rita sambil bangkit meninggalkan meja makan."Rita tidak pernah menyesali semua keputusan Rita."

"Termasuk keputusan Rita dulu untuk menerima lamaran abang..?"Goda Idham sambil mengikuti Rita ke kamar

"Ah, jangan mengada...!"   Rita mengambil baju tidumya.Dan menukarnya dengan cepat di depan Idham yang mengawasinya dari pintu kamar.

"Abang serius, sayang.....apakah Rita pernah sekali saja menyesal menjadi isteri abang?"

"Jangan suka pelik pelik ek...!" sahut Rita sambil berbaring di atas tempat tidurnya

"Rita, abang ada soalanyang lebih aneh lagi, sayang....."

Idham menyusul berbaring di samping isterinya.

"Sayang marah tak kalau abang keluar minum sehabis kerja di cafe dengan kawan kawan?”   Tak tahan lagi Idham mengekang lidahnya. Memendam rasa ingin tahu yang menggelisahkan hatinya sejak Adi mengajaknya tadi pagi.Tapi bukan ke kelab malam yang diajak Adi, dia tak ingin isterinya mengetahui selebihnya. Dia ingin menduga hati Ritadan teruja sekali ingin melihat bagaimana reaksi isterinya.

"Kenapa Rita harus marah?"Rita membalas bertanya sambil menguap.

"Sayang tidak marah?"   Idham mengulangi pertanyaannya dengan hairan.

"Sememangnya ada siapa di sana?"   tanya Rita dengan suara mengantuk.Ditatapnya suaminya dengan mata yang tinggal lima watt. "Mengapa harus ke sana?"

"Adi mengajak abang keluar minum...."

"Mengapa tidak minum di rumah saja?"   Rita menguap lagi.Kali ini lebih lebar.Dengan mata terpejam.

"Kata Adi di sana suasananya lain.Abang boleh jadi awet muda."

"Eleh... buktinya dia sendiri cepat tua..!Terakhir sekali Rita melihat dia, ubannya sudah banyak."

"Boleh, sayang..?"   tanya Idham dengan dada berdebar-debar.

"Boleh saja. Kalau cuma minum, apa salahnya?"

Entah mengapa Idham merasa kekecewaan menggigit hatinya.Aneh.Padahal seharusnya dia gembira.Bersyukur mempunyai isteri yang demikian penuh pengertian.Sangat mempercayainya.Perempuan lain biasanya malah sudah cemburu padahal suaminya belum melakukan apa-apa yang salah.

bintang Publish time 10-10-2009 10:52 PM

"Tidak takut kalau kalau abang menyeleweng, sayang?"    Idham merasa cemas, padahal dia tidak tahu apa sebabnya.Yelah, mengapa dia harus kesal?Harus cemas?Kerana Rita tidak cemburu?Aneh...!


"Dengan siapa?gumam Rita tanpa merasa perlu membuka matanya.   "Dengan pelayan di sana?Ah, jangan menakut-nakutkan Ritalah....abang, Rita taulah selera abang..! Dan abang kan paling takut kena penyakit!"

"Penyakit apa?"   dengus Idham jengkel.

"Abang kan doktor... abang pasti lebih tahu."

"Dan dari mana abang mau dapat penyakit itu?"

"Dari mana kata abang tadi?Dengan siapa abang hendak curang?"

"Siapa kata abang hendak curang?"   gerutu Idham tersinggung.

"Siapa yang bertanya tadi?"

"Abang cuma ingin pergi minum...."

"... Di cafe?Apa yang abang cari di sana?Kalau cuma sekadar refreshing dengan kawan abang yang katanya awet muda itu.Rita tak pernah melarang, kan?"

"Abang benar-benar tidak dapat memahami dirimu, Rita."

Idham menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dan berkata,"Kamu benar-benar tidak pernah mencemburui abang!"

"Haruskah Rita cemburu?'’   Rita menatap suaminya sambil tersenyum letih.

"Rita percaya pada abang seratus peratus.Abang suami yang setia.Ayah yang baik.Puas, Tuan?"   Rita memejamkan matanya dan kembali bertenang.

"Tolong jangan ganggu Rita lagi dengan pertanyaan-pertanyaan aneh abang tu. Rita sudah sangat lelah dan mengantuk."


Kini Idham benar-benar kehabisan akal.Tidak tahu lagi bagaimana harus menguja hati isterinya.Bagaimana harus memancing kecemburuannya.Rita benar-benar wanita yang istimewa.Wanita unik,yang sukar dicari bandingannya.Dan untuk suatu alasan yang Idham sendiri tidak dapat memahaminya,dia jadi tergugah ingin mencuba.Cuma main-main.Sekadar ingin menggoda Rita. Menyegarkan perkahwinan mereka.Suatu selingan di tengah rutin harian.Juga mengembalikan kepercayaan kepada dirinya sendiri.Dia masih cukup menarikkan?Dan kesempatan itu dia ditakdirkan diketemukannya secara kebetulan pada suatu hari.....

anabilla89 Publish time 11-10-2009 10:15 AM

thanks bintang best n3 nie...

alifinara Publish time 11-10-2009 01:01 PM

Teruskan menulis....

bintang Publish time 11-10-2009 05:05 PM

BAB III



"Selamat malam Doktor "

"Malam…"Lekas-lekas Idham berpaling pada jururawat yang menyapanya.Mengosongkan tatapannya, dan memaksakan sepotong senyum di bibirnya.Satu tugasan doktor,senyum selalu.Idham mengangguk sambil melebarkan senyumannya.Ya, apa lagi yang harus dijawabnya?Jururawat itu juga sudah tahu apa jawaban pertanyaannya.Sebuah pertanyaan yang tidak bertanya.

Untung dia masih muda.Manis lagi.Enak dilihat.Tidak rugi memberi senyum padanya.

"Ke bilik kecemasan, Doktor?"

Idham mengangguk.

"Sama.Doktor.Saya juga mau ke sana, ambil pesakit."

Siapa yang tanya, gumam Idham dalam hati.Tetapi bibirnya masih tetap tersenyum.Dan senyumnya baru memudar ketika seorang laki-laki yang menggendong anak kecil bergegas mendahuluinya masuk ke ruang bilik kecemasan.Di belakangnya,seorang lagi tergopoh-gopoh mengikuti dengan pakaian lusuh dan rambut kusut masai. Sungguh tergesa-gesanya mereka sampai tidak sengaja menyenggol bahu Idham.


"Maaf, Doktor,"desahnya setelah melihat baju seragam putih Idham.    "Anak saya kejang!"    Melihat bayi yang matanya sedang membeliak keatas itu,Idham cepat-cepat menepi.Jururawat yang datang bersamanya itu turut membantu membukakan pintu.


"Malam, Doktor,"sapa jururawat gemuk di balik meja.   "Wah, laris...Doktor!Baru datang pesakitnya sudah banyak!"

Idham cuma menyeringai pahit.Dan hairan,Adi yang dinantikannya, terus muncul di hadapannya, seolah-olah dia sudah mengenali bau teman sejawatnya.

"Kebetulan kamu cepat...."    Adi menghela nafas lega seperti membaca pengumuman lulus ujian.   "Kakiku sudah kejang, nonstop dari pukul empat tadi..."

"Jangan pulang dulu! Masa pesakit begini banyak kau nak balik?Sadis! Mau masuk surat khabar..?"

"Biar...Sekali sekala masuk surat khabar, tak apa.Kalau aku kerja keras dari pagi sampai malam,tak ada pula nak masuk surat khabar...!"


Idham tersenyum menyambut lawak rakannya.Dia menyambar stetoskopnya dan menghampiri bayi yang masih kejang-kejang itu. Diarahnya seorang jururawat untuk memasukkan ubat ke dalam dubur bayi itu.Ketika kejangnya mulai mereda, Idham mengajukan beberapa pertanyaan kepada orang tua anak itu.Saat itulah pintu diterjang dari luar.Beberapa orang laki-laki menerobos masuk sambil menggendong tubuh seorang wanita.

flora Publish time 11-10-2009 09:20 PM

sangat menarik

anabilla89 Publish time 11-10-2009 10:00 PM

teruskan bintang...n3 yg menarik...

nhuser Publish time 12-10-2009 07:34 AM

sambung lagi bintang :)

nhuser Publish time 12-10-2009 07:35 AM

sorry, terpost 2 kali

alifinara Publish time 12-10-2009 08:44 AM

makin mendebarkan.:loveliness:

bintang Publish time 12-10-2009 10:04 AM

"Kecelakaan, nurse,"   kata salah seorang dari mereka.   "Dilanggar motor! Pengsan...!"

"Dia yang melanggar motor saya,"   protes seorang lelaki yang Iain.

"Jangan lari dari tanggungjawab!"ancam yang pertama.    "Bagaimanapun kamu yang harus bertanggungjawab!"

"Siapa cakap saya lari dari tanggungjawab?Kalau lari,buat apa saya ikut kemari?"

"Sudah...! Sudah! Jangan bergaduh di sini!"   Si jururawat gemuk cepat cepat melerai pertikaian mereka.    "Lekas letak pesakit di sana. Biar doktor periksa."

”Tinggal dulu, Id...."    Adi mengambil rekod pesakit dari tangan Idham.   "Biar yang ini bahagian aku. Kau urus yang kemalangan tu dulu. Aku malas buat masalah."

"Pertamakali kamu berperikemanusiaan, Di,"   gurau Idham sambil menyeringai masam.   "Takut juga kamu masuk surat khabar rupanya."

"Siapa cakap?Aku malah ingin masuk surat khabar lah.... bukan bintang filem saja yang dapat tempat."

"Tapi kalau doktor masuk surat khabar, biasanya cuma ditonjolkan sudut negatifnya aje."

"Itu tandanya masyarakat masih menganggap doktor sebagai dewa. Tidak boleh berbuat salah!"

Idham tersenyum pahit. Sambil menjinjing stetoskopnya dia melangkah mendekati pembaringan yang paling hujung. Di sana mereka meletakkan pasien yang dilanggar motor itu.

"Saudara tunggu di luar saja"kata jururawat gemuk itu setelah melihat Idham datang.

"Biar pesakitnya diperiksa doktor dulu."Seperti kerumunan burung-burung yang langsung terbang menyibak setelah dilempari batu. mereka kemudian keluar setelah Idham muncul.

"Bagaimana pesakitnya nurse?" tanya Idham sambil menghampiri katil pembaringan. "Masih pengsan?"

"Sudah sedar, Doktor."

"Ada muntah tadi?"

"Katanya ada, Doktor.Itu bajunya... kotor kena muntah."

Idham menatap gadis remaja yang berbaring pucat di atas katil itu.Masih muda sekali.Sekitar lima belas,enam belas tahun.Kecil mungil.Manis.Bibirnya nipis.Rambutnya pendek.

"Siapa nama dik?"   tanya Idham ramah.

Sekarang gadis itu melihat Idham.Matanya yang redup masih berairmata.

"Masih ingat nama, kan?"   Idham mempamerkan sepotong senyum yang menyejukkan di bibirnya.   "Cuma dilanggar motor,Bukan bas."

Bibir yang pucat itu bergerak-gerak.Tetapi tidak ada suara yang keluar.

"Siapa?" Idham mendekatkan telinganya."Cuba lebih kuat...."

"Nabila...."

"Nabila..."   Idham melebarkan senyumnya.    "OK, Nabila,ada yang terasa sakit?"

Nabila memegang belakang kepalanya.

"Cuba saya lihat,"   Idham meraba belakang kepala gadis itu ketika Nabila mengiringkan kepalanya mengadap Idham.   "Oh, ada yang benjol di sini. Tapi tidak ada luka terbuka.Barangkali terhantuk sesuatu.Nabila ingat terhantuk apa tadi?"

Nabila menggeleng lemah.

"Nabila boleh cerita bagaimana mulanya sampai Nabila dilangari motor?"

Sekali lagi Nabila menggeleng.Kali ini dua tetes airmata mengalir ke pipinya membentuk dua anak sungai kecil.

"Jadi Nabila tidak ingat apa-apa?Baiklah.... Tidak apa.. Besok Nabila akan ingat semuanya.Sekarang saya periksa dulu, ya?"   Idham melakukan pemeriksaan dengan teliti. Dari tekanan darah, nadi, sampai perkara yang dianggapnya penting.

"Tidak ada reflection patologis" kata Idham kepada jururawat yang mendampinginya.

"Tetapi sebaiknya dirawat sampai besok.. Minta x-ray, nurse. segera..   Cuba hubungi keluarganya. Oh ya, pemandu motor yang melanggarnya itu juga harus dipanggil ke sini untuk diberi penjelasan."

"Baik, Doktor."   Meskipun gemuk, jururawat Raziah sangat cekap. Memberi arahan kepadanya tidak perlu dua kali.Dia dapat mengerjakan semua arahan doktor sama cepatnya seperti menghabiskan empat keping biskut oreo.

"Beres, Id?"tegur Adi yang sedang mengisi lapuran di meja tulis jururawat.

"Apanya yang beres?Tugas di bilik kecemasan memang mesti punya jentera kuat!"

"Dan kaki ekstra!"sambung Adi sambil menyeringai.   "Tinggal dulu, ok?"

"Ke mana?, kelab malam..?”

"Malam ini tidak," Adi menyeringai makin lebar sampai gigi rongaknya kelihatan.   "Ada pesakit di rumah!"

"Awek...?"

"Bekas."

"Yang mana?"

"Yang sekarang sudah menjadi isteriku!"


Idham tersenyum.Adi memang kelakar.Patutlah dia disukai wanita.Tidak hairan dia menjadi seorang doktor kesukaan di hospital ini. Isterinya mesti hati-hati sekali menjaganya.

Ya, Adi memang lain dengan aku,fikir Idham sambil tersenyum pahit.Patut saja Rita tidak pernah cemburu.Suaminya memang tidak nakal....

bintang Publish time 12-10-2009 10:31 AM

"Doktor, pesakit Nabila menolak untuk dirawat,"   lapor jururawat Raziah dengan dahi berkerut.

Idham menghela nafas panjang.Pesakit remaja memang sukar ditangani.Perlu pendekatan.Kadang-kadang ancaman.

"Orangtuanya sudah dihubungi?"

"Dia tidak mahu memberitahu alamatnya, Doktor."

"Aduh.... payah ni.... Dia nak apa..?"

"Orang cakap dia memang sengaja nak bunuh diri, Doktor...! Saksi kejadian memberitahu, dialah yang sengaja melanggar diri pada motor itu!"

"Mengapa tidak pada bas saja senang?" gerutu Idham sambil berjalan menuju katil gadis itu.   "Sewel...!"

Nabila sedang duduk di tepi katil sambil memegang kepalanya ketika Idham menolak tirai yang memisahkan katilnya dengan katil pesakit lain.

"Kepala masih sakit, Nabila..?"   sapa Idham seramah mungkin.    "Sekarang kamu tahu mengapa kamu harus dirawat di sini malam ini? Kerana kamu harus berbaring untuk melenyapkan pening tu"

"Saya nak balik..!"

“Nabila, percayalah... kamu tidak akan sampai ke rumah.Baru sampai di depan sana, kamu sudah jatuh lagi."

"Biar."

"Jika kebetulan ada yang melihat kamu jatuh, kamu akan dibawa ke sini juga."

"Biar."

"Tetapi kalau tidak ada yang melihat, kamu tahu apa yang akan terjadi?"

"Saya tidak peduli!"

"Mungkin ada kemderaan yang melanggar kamu pada saat kamu jatuh...."

"Biar saya mati!"   cetus Nabila menahan tangis.

"Mengapa kamu begitu merindukan kematian?"

Tak ada jawaban.Nabila hanya menggigit-gigit hujung saputangannya sambil menangis.

"Sekarang begini saja, Nabila.... Saya sarankan kamu tinggal di sini malam ini.Tetapi kalau kamu mau pulang juga terserahlah. Tapi tandatangani dulu surat tanggungjawab sendiri yang diberikankan jururawat, supaya kalau ada apa-apa terjadi dengan dirimu nanti, kami tidak disalahkan."

"Orang tua saya jangan diberitahu,"   kata Nabila ragu-ragu.

"Itu hak kamu. Kecuali kalau mereka yang datang mencari."

"Mereka tidak peduli,"Nabila mendengus sambil membuang muka.

"Kalau begitu beristirehatlah di sini.Jangan fikirkan apa-apa lagi.Bayaran rawatan kamu malam ini ditanggung oleh pemandu motor yang melanggar kamu...eh..."Idham mengulum senyum,"....yang kamu langgar motornya. Jadi kamu dapat menginap percuma di sini."

"Saya tidak mau diperiksa!"

"Mengapa?"

Nabila tidak menjawab. Dia cuma menunduk samnil menggigit bibir.

"Dengar, Nabila,"    kata Idham penuh sabar.   "Saya tidak ingin melihat kamu kembali ke sini dilanggar motor atau bas.Kalau kamu punya problem, datanglah pada saya.Saya berjanji akan menolong kamu. Ok?" Idham memberi seuntai senyum persahabatan pada gadis yang sedang menatapnya dengan pandangan kosong itu. Hanya Idham yang dapat tersenyum dengan sepolos itu. Nabila begitu terkesan melihamya.

“Tidak semua orang memusuhi kamu, Nabila,"    sambung Idham ketika ditemukannya setitik perhatian di mata Nabila.    "Banyak yang ingin menolong kamu. Ingin menjadi teman kamu. Asal kamu mau membuka isi hatimu pada seseorang, orang itu mungkin dapat membantu kamu. Tak ada persoalan yang dapat kamu pecahkan seorang diri. Dan ingat, bunuh diri bukan jalan keluar. Selalu ada saja kemungkinan... kamu selamat tapi...cacat.Hah! Fikirkan saja sendiri risikonya.Kamu tidak mati, malah cacat! Saat itu menyesal pun tak ada gunanya lagi. Jadi mengapa tidak mencari jalan lain? Jalan yang mungkin tidak kamu lihat tapi dapat dilihat orang lain?

bintang Publish time 12-10-2009 03:08 PM

Idham tidak merasa hairan ketika dua hari kemudian, Nabila muncul di klinik peribadinya.Hanya beberapa saat sebelum jururawat Hayati menutup pintu.

"Masih ada sorang lagi pesakit,Doktor,"   kata Hayati sambil menyilakan masuk seorang gadis yang berdiri dengan resah di ambang pintu.Ragu-ragu hendak masuk atau tidak.Idham menoleh. Dan pandangannya beradu dengan pandangan yang cemas itu.

"Mari masuk, Nabila"    ajaknya ramah.    "Kebetulan kamu pengunjung terakhir. Kita ada banyak waktu untuk berborak."

Nabila masuk dengan ragu-ragu, duduk dengan hati-hati di depan meja Idham.Dan tatapannya yang gelisah berkeliaran ke seluruh ruangan seakan-akan hendak memastikan tak ada orang lain di sana.

"Tunggu di luar saja, Hayati,"   pinta Idham penuh bijaksana.   "Kami cuma berborak."

Dengan patuh Jururawat Hayati melangkah keluar dan menutup pintu.

"Ok, kita aman sekarang."   Idham tersenyum separuh bergurau."Duduklah, tenang tenang dulu Nabila.... nak minum?"

Nabila menggeleng.

"Kebetulan di sini memang tidak ada minuman."   Idham tertawa kecil.    "Cuma ada ubat...!"

Untuk pertama kalinya Nabila tersenyum sedikit.   Dan Idham sudah merasa,dia akan berhasil.

"Ok,apa yang ingin kamu tanyakan?”

“Doktor berjanji tidak akan menceritakan pertemuan ini kepada orang tua saya?"

"Haruskah saya cerita?"

"Doktor tidak akan menceritakan apa yang akan saya katakan?"

"Dengar, Nabila....."    Idham menatap gadis itu dengan sabar.Dia bersandar dengan tenang di kerusinya.      "Di sini kamu pesakit saya.Dan setiap pesakit punya hak untuk merahsiakan penyakitnya.Doktor tidak boleh menceritakannya tanpa izin pesakitnya. Supaya doktor tidak dituduh melanggar kod etika kerja,”    Jelas Idham.

Sejenak Nabila memandang Idham dengan cermat.   Seolah-olah dia sedang menimbang-nimbang, layak dipercayakah doktor ini?

"Jika kamu tidak percaya pada saya, itu hak kamu.Tidak seorang pun berhak memaksa kamu jika kamu hendak merahasiakannya." Sekarang Idham melihat tatapan gadis itu berubah. Seakan-akan dia hendak berkata,‘sekarang kamu bercakap soal hak! Orang tua dan guru-guru saya selalu bercakap tentang kewajiban!’

"Doktor...,"serunya dengan suara perlahan,hampir berbisik.   "Benarkah seorang gadis yang sudah tidak suci lagi dapat terlihat dari caranya berjalan?"

Sekarang Idhamlah yang termangu.Untuk seketika,dia tertegun seperti mendengar berita gempa bumi akan berlaku di Kuala Lumpur!.Jadi itulah persoalannya.Itulah sebabnya gadis ini cuba membunuh diri.Hampir saja lidahnya tergerak untuk bertanya,siapa yang melakukannya, Nabila?Tetapi sesaat sebelum mengucapkannya, dia masih sempat menahan rasa ingin tahunya.Kalau dia ingin mengetahui semuanya,dia harus pandai menahan diri.Jangan terjebak untuk terlalu gopoh dengan soalan.

"Siapa yang mengatakannya, Nabila?’'    Idham bertanya lembut dan tenang seperti semula.   "Alangkah pintarnya dia! Doktorpun tidak dapat menyatakan seseorang masih gadis atau tidak tanpa melakukan pemeriksaan selaput dara.Cuba kamu berikan alamatnya kepada saya. Saya ingin berguru lagi dengannya supaya saya tidak perlu susah-susah memeriksa pesakit saya.Cukup menyuruhnya mundar-mandir di depan saya."    Idham tertawa cerah. Dan bertambah lebar tawanya melihat gadis itu ikut tersenyum.

"Jadi betullah orang tidak tahu, Doktor? Suami saya juga tidak tahu?"

"Suami kamu?"Idham menyeringai geli.

"Kamu sudah bersuami?"

"Maksud saya, calon suami saya nanti,"    gumam Lia malu malu.Dalam keadaan seperti itu separuh tertunduk dengan pipi merah, Idham terpaksa mengakui,Nabila sangat manis.Ibarat bunga, dia laksana kuntum yang telah separuh merekah. Segar. Menarik.

"Dari cara jalannya tentu saja tidak. Kecuali jika dia punya ilmu barangkali."

"Dari cara lain?"   Kecemasan kembali membayang di wajah Nabila.   "Dia boleh tahu?"

Idham menghela nafas panjang.    "Nabila pernah dengar apa yang disebut selaput dara?"

Nabila mengangguk.   

"Seorang yang sudah tidak gadis lagi, biasanya selaput daranya sudah tidak kuat lagi."

"Doktor boleh memperbaikinya?"

"Tentu saja boleh. Melalui pembedahan selaput dara. Tetapi pembedahan ini tidak selalu berhasil, Nabila. Kadang kadang kerana peredaran darah pada selaput itu teruk, pembedahan gagal."

"Mahalkah kosnya, Doktor? Di mana saya dapat memperoleh keterangan tentang pembedahan itu? Doktor Idham dapat melakukannya?"

"Nabila.... dengarkanlah nasihat saya ini.."      kata Idham sabar.   "Jika kamu masih suci, pertahankanlah kesucianmu itu sampai kamu bernikah nanti. Persembahkanlah kehormatan kamu kepada laki-laki yang berhak atas diri kamu. Tetapi jika kamu sudah kehilangan kehormatan kamu sebelum bernikah, jangan putus asa. Tidak semua laki-laki punya fikiran sebegitu.Terus menceraikan isterinya setelah tahu isterinya sudah tidak suci lagi. Banyak yang masih tetap mencintai isterinya dan bersedia menerima wanita yang dikasihinya itu seperti apa adanya.Sekarang,jawablah pertanyaan yang lebih penting ini, Nabila.... Apakah kamu hamil?"

anabilla89 Publish time 13-10-2009 11:57 AM

bintang sambung la lg....

seroncilok Publish time 13-10-2009 12:34 PM

SAMBUNG LER LAGI...

bintang Publish time 13-10-2009 07:28 PM

Seperti tanggul yang hanyut,pertahanan Nabila menjadi gerun bila mendengar pertanyaan Idham.Airmatanya terus mengalir deras membasahi pipinya yang putih bersih.Idham harus menunggu sejenak sampai Nabila dapat menguasai dirinya. Tetapi sesudah esak tangisnya mereda, dia masih belum mampu membuka mulutnya.Digigit gigitnya hujung saputangannya sambil sekejap menghapus airmatanya.

"Saya yakin orang tua kamu belum tahu,"    desah Idham seraya menghela nafas.    "Teman sekolah kamu?"

Nabila mengangguk sedikit.Matanya yang merah berair menatap Idham dengan ketakutan.

"Berapa bulan?"

Nabila menggeleng ketakutan.

"Itu sebabnya kamu selalu menolak kalau diperiksa."

"Saya takut...."

"Ya, itu wajar."    Idham menghela nafas lagi.Lebih panjang.Lebih berat.    "Orang yang bersalah memang selalu ketakutan.Sekarang begini saja.Saya periksa dulu badan kamu.Setelah itu kita lakukan pemeriksaan air kencing.Kamu ingin didampingi jururawat selama pemeriksaan?"

Nabila menggeleng resah.

"Ok... Itu hak kamu. Naiklah ke atas katil sana.Saya periksa perut kamu....Haid terakhir kamu bila?Ingat?"

Nabila memandang Idham dengan gugup.   "Empat belas Jun,"    desahnya gelisah.

"Itu bererti baru bulan ini kamu tidak datang haid, kan?Tenang dulu,pergi kencing dan bawa ke mari saya periksa.”

Dan ternyata kesulitan yang ditimbulkan gadis itu tidak berakhir sampai di situ.Setelah terbukti hamil, dia tidak henti hentinya mendesak Idham dengan permohonannya.

"Tolonglah saya, Doktor!"

"Bagaimana?"

"Beritahu apa yang harus saya lakukan!"

"Ajak temanmu itu mengadap orang tua kalian. Berterus teranglah."

"Dia tidak mau!"

"Dia kena mau. Dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."

"Dia cakap tidak mungkin saya hamil...."

"Mengapa dia begitu yakin?"

"Katanya... katanya..."   Wajah Nabila memerah. Dia menunduk dengan malu.    "Kami tidak melepaskan pakaian..."

"Tapi melepaskan seluar...?"    Idham tersenyum bijak.    "Lebih baik kamu berbincang dengan orang tua kamu. Biar orang tua kamu menyelesaikannya."

"Ayah akan membunuh saya!"

"Mengapa takut?Bukankah kamu ingin mati?"

"Saya tidak berani...."    Nabila mulai menangis lagi.    "Ayah garang sangat...."

"Kalau begitu cubalah berbincang dengan ibu kamu.Atau dengan guru kamu."

Nabila menggelengkan kepalanya dengan sedih.   "Saya tidak mau ada yang tahu saya hamil...."

"Jadi bagaimana? Kamu ingin menggugurkan kandungan?"

"Tolonglah saya, Doktor!"    Kali ini Nabila sudah benar-benar meratap.

"Menggugurkan kandungan kamu?Saya tidak sanggup melakukannya."

"Doktor pasti tahu ke mana saya harus pergi mencari pertolongan.... Doktor dapat buatkan?”

"Untuk menggugurkan kandungan kamu?"    Idham menggelengkan kepalanya dengan sedih.

"Pengguguran hanya diperbolehkan bila kehamilan dianggap membahayakan nyawa ibu....”

"Apakah kehamilan ini tidak membahayakan nyawa saya, Doktor?"

"Bukan seperti itu, Nabila. Bunuh diri bukan jalan penyelesaian."

"Bukankah lebih baik saya pergi ke seorang doktor daripada melakukannya di tempat tempat sembarangan yang dapat membahayakan nyawa saya, Doktor?"

"Tentu saja. Tetapi tidak ada doktor yang mau melakukannya. Kalau pun ada, saya tidak bersedia menunjukkan tempatnya pada kamu. Tidak sesuai dengan had nurani saya."

anabilla89 Publish time 13-10-2009 10:33 PM

makin mendebarkan...

bintang Publish time 13-10-2009 10:54 PM

Sepanjang perjalanan pulang, Idham kembali berfikir semua perbualannya dengan Nabila.Benarkah tindakannya terhadap gadis yang sudah putus asa itu?Dia pernah cuba membunuh diri.Tidakkah mungkin dia mencuba lagi?Jika kali ini dia berhasil,bukankah janin di dalam kandungannya pun ikut meninggal?Apa bezanya dia digugurkan oleh kematian ibunya atau oleh tangan seorang doktor? Tetapi...berhakkah dia menghilangkan nyawa seorang manusia? Meskipun dengan tindakan itu dia menyelamatkan nyawa manusia yang lain?Alangkah sukarnya jadi doktor,keluh Idham resah.


Kadang-kadang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan! Keluhnya.Dan Idham merasa menyesal telah meminta Nabila datang ke kliniknya.Pada mulanya dia memang hanya ingin menolong namun tidak menyangka gadis itu telah pergi sejauh itu.


Sekarang dia merasa terjebak.Tiap hari Nabila datang ke kliniknya.Menunggu sampai pesakit terakhir pulang.Dan menangis nangis di depan Idham untuk meminta tolong.Jururawat Hayati pada setiap kali gadis itu datang terus disuruhnya keluar,mulai menaruh curiga. Mengapa gadis ini datang tiap malam?Sakit apa dia?Mengapa tiap kali datang gadis itu menangis?Mengapa begitu lama dia di dalam? Apa yang mereka bualkan?Pesakitkah gadis itu?Atau...


Tentu saja Idham tahu kecurigaan jururawatnya.Yang membuatnya hairan adalah sikap isterinya.Rita tidak curiga.Biarpun beberapa kali Nabila mengunjungi rumahnya ketika Idham tidak ke klinik kerana bertugas malam di hospital atausedang ganti.


"Pesakit abang malam tadi datang kemari,"    kata Rita dengan suara seolah-olah dia sedang menyiarkan warta berita.Tidak ada emosi. Tanpa nada.Biasa saja.

‘'Pesakit yang mana?"    Idham terpaksa bertanya meskipun tanpa mengajukan pertanyaan itu pun dia sudah tahu jawabannya.

"Yang mana lagi..."

"Nabila?"

"Memangnya ada berapa banyak pesakit abang yang seperti dia?"

"Seperti apa?"   Tiba-tiba saja Idham terdetik untuk menduga hati isterinya.

"Ya, seperti dia....Berani datang ke rumah doktor.Berbual seperti kenalan lama."

"Apa salahnya."

"Tidak ada salahnya.Rita kan tidak melarang."

"Dia ada masalah...."

"Ala, gadis remaja seumur dia, apa lagimasalahnya kalau bukan hamil?"

Sekarang yang terkejut ialah Idham.

"Dari mana Rita tahu?"

"Rita juga kan pernah muda,"    sahut Rita acuh tak acuh.   "Jika seorang gadis dengan penampilan seperti itu mengejar-ngejar doktor, bercakap dengan suara perlahan supaya tidak terdengar orang lain,ada urusan apa lagi kalau bukan urusan kandungannya?"

"Bagaimana penampilannya pada pandangan Rita?"

"Tidak buruk."

"Tidak buruk..?" Idham tersentak hairan.

"Laa... maksud Rita dia cantik!"   Rita hanya mendengus sambil tersenyum masam.Sedikit pun dia tidak menghentikan kerjanya. Tangannya dengan lincah mengubah bunga dalam jambangan.

"Kamu tidak cemburu, Rita?"    Idham tidak dapat menahan lidahnya lagi.Dia benar benar teruja.   "Ada gadis cantik dan semuda itu mengejar-ngejar suami Rita, Rita tidak curiga?"

"Apa yang harus dicurigai?"   Rita tidak mengalihkan tatapannya dari bunga-bunga di hadapannya.Air mukanya tetap jemih. Tidak berubah sedikit pun.   "Dia bukan selera abang...."

"Bagaimana Rita sungguh begitu yakin? Selera kan boleh berubah."

"Buat apa Rita mencurigai seseorang yang bukan saingan?   Buang masa saja..."

"Rita menganggap gadis remaja secantik itu bukan saingan?Adus, sayang..!Rasa percaya diri benar-benar hebat.. hahaaa...."

"Rita kenal abang...."    sahut Rita bersungguh.    "Kerana itu Rita tak risau!"

Tak tahan lagi Idham mengekang perasannya. Dipeluknya isterinya dari belakang. Rita sampai memekik tertahan kerana terkejut.
Pages: [1] 2 3 4 5 6 7 8 9 10
View full version: Langit Kian Kelabu


ADVERTISEMENT