bintang Publish time 22-8-2009 08:07 PM

Senja Nan Jingga

Untuk kesekian kali, kakinya merempuh genangan becak tar jalan yang berlubang. Malam ini terasa bertambah dingin. Lampu jalan yang lapisan kristalnya mulai nampak kotor, menambah bias keredupan malam. Sesekali tubuhnya dihentam genangan air yang tertindas roda kereta. Dia cuma membatu, sudah biasa dengan suasana pejalan kaki sepertinya.

Di depan pintu rumah, dia termenung, memandang kayu rapuh pintu itu.Namun untuk kesekian kali dia bangga melihat pintu itu yang masih setia menunggunya. Dan tetap setia menjaga isterinya yang terbaring tak berdaya.

Dia masuk ke rumah yang dikuncinya dari luar, supaya dia tidak menyusahkan isterinya bangun untuk membuka pintu untuknya dan dia tidak melihat isterinya berjalan dengan seribu daya membuka pintu untuknya.

Dia merasakan tidaklah perlu dia membangunkan isterinya, seperti malam-malam sebelumnya.

Dia merebahkan badan di kerusi.

"Baru pulang, bang?"   Wanita yang dicintainya itu bertanya lirih.Wajahnya lesu dan pucat.

Dia tersenyum, dan cuba menghampiri isterinya walaupun badannya terasa ditelikung lelah yang luar biasa, dan tidak dapat beranjak dari sandaran.


"Iya, sayang. Hmm, tadi hujan di luar lebat sangat. Sekarang sudah berhenti,"   tangannya membelai rambut isterinya yang mulai kumal.
Dulu rambut Kareena yang panjang lebat dan hitam berkilat adalah salah satu keindahan yang memikatnya.

"Baju abang basah. Ganti baju dulu. Nanti masuk angin," Kareena mencium tapak tangannya, nafas isterinya itu hangat meruap di tangannya. Dia sebak sendiri.

"Oh ya sayang..... Eh, ini ubatnya... minum dulu sayang...." dia meletakkan ubat di tangan Kareena yang lesu seperti pagi disalut mendung.

Dia melangkah ke bilik. Selama sakit, isterinya selalu tidur di katil, di sebalik almari penyekat ruangan tamu.Dia sudah kehabisan kata untuk mengingatkan isterinya itu agar tidur di kamar. Namun Kareena selalu berdalih untuk cepat terjaga menyambutnya ketikapulang.

Di hadapan cermin, dia cuba memandang wajahnya yang kuyu itu. Dia cuba tersenyum agar dia tahu bagaimana wajahnya jika tersenyum ketika menghadapi isterinya. Kerana dia yakin, senyuman adalah satu-satunya hadiah terindah yang selalu dia berikan kepada isterinya. Paling kurang senyumannya dapat menyenangkan Kareena dan dia dapat sejenak melupakan sakitnya.
.
"Ini senyuman paling menyakitkan, senyuman tanpa keikhlasan..."Dengan cepat-cepat dia membuang wajahnya dari cermin setelah mengutuk dalam hati.


Dia mengambil pakaian kering yang belum sempat dia seterika. Lalu menuju ke dapur untuk memanaskan air. Sambil menunggu air untuk kopi, kakinya melangkah di atas sejadah. Ya, dia pasrahkan semua beban ini di hadapan-NYA....


"Tuhan... aku tidak meminta dan tidak meratap. Tuhan... aku hanya berharap agar tatapan-Mu tidak pernah alpa dalam mengawasiku."
Tidak ada doa khusus dan tidak ada amalan khusus. Kerana pada pandangannya, doa dan amalan adalah hilangnya keikhlasan. Sebab doa dan amalan berhujung suatu yang minta balasan. Padahal ketika Tuhan memberi, hal tersebut merupakan suatu akibat dan tanggung jawab. Maka dia tidak mau main-main terhadap doa dan amalan. Dia berdoa tanpa kira bila dan di mana. Namun dia tidak lupa berdoa setiap kali selesai solat. Dia ingat kata bijak pandai ilmuan agama bahawa berdoa selesainya solat lebih dekat untuk dimakbulkan Tuhan dan dia sendiri lebih terasa hiba dan redup jiwa tatkala berdoa sesudah solat.


Suara air yang mendengung dalam didih, menyeret langkahnya meninggalkan arah kiblat tepat ketika dia sudahi doa. Dia menyediakan mug dan membancuh kopi dan satu mug teh hangat.

anabilla89 Publish time 22-8-2009 11:00 PM

jeng3..new n3 from bintang....

shahrinas Publish time 24-8-2009 08:49 AM

thanks bintang ada gak citer baru...:pompom:
kalu free letak n3 lagi k... :)

yaya130501 Publish time 24-8-2009 03:50 PM

lagik....lagik.... lagik.... lagik.... lagik.... lagik.... lagik....

bintang Publish time 24-8-2009 09:07 PM

"Sudah minum ubat?" dia mengangkat kepala Kareena dan badan isterinya itu direbahkan untuk bersandar.

"Belum, bang. Naktehnya."


Teh manis suam kuku kegemaran isterinya, diambil dan disuapkan ke mulut Kareena. Ada perasan sejuk di hati ketika diaberbuat begitu. Ditenungnya bibir Kareena yang dulunya merah mekar kini pucat lesu seperti senja berona jingga. Mata bundarnya tersorot ke dalam, cengkung dan penuh kesihan di hatinya.


"Reena... abang mahu menemui ayah."

"Ada keperluan apa, bang?"   Mata sayu isterinya melirik wajahnya.   Ada kecurigaan di sudut mata redup itu.


Dia tahu selama ini dia tidak pernah menjenguk ayahnya. Setelah perkahwinannya dengan Kareena tanpa restu dan tanpa didasari keikhlasan di hati kedua orang tuanya, terutama ayahnya. Dia dan Kareena tak pernah menjenguk mereka lagi. Bukannya menaruh dendam, namun demi mengurung pertengkaran yang bakal terjadi.

Perempuan berketurunan Punjub itu dinikahi di daerah selatan Thai, setelah berbulan memohon restu ayahnya yang tetap tidak mengizinkannya bernikah dengan alasan berketurunan kafir. Setelah bernikah dia membawa Kareen berjumpa kedua orang tuanya, tapi hasilnya mereka berdua dihalau.

''Haram keturunan kafir menjadi keturunan aku!'' Itu kata titik ayahnya. Dan dia membawa Kareena jauh ke daerah lain. Meninggalkan kerjanya sebagai pengurus di kilang ayahnya.

"Reena, maafkan abang...." dia menahan nafas.

Matanya mencari jawaban. Tapi tak ada kalimat yang terjaring. Dan ia hanya diam dalam sunyi. Dia sedar, semenjak sakit Kareena lebih banyak diam dari bercakap. Bercakap lebih membuat batuknya berdentum-dentum.

"Reena tidak boleh sakit begini berterusan, sayang..... Reena harus mendapat rawatan yang lebih baik. Abang akan pinjam duit dengan ayah."

"Abang, Reena tidak apa-apa . Keadaan Reena sudah semakin baik. Tak perlulah abang meminjam... Reena sudah dapat bangun... huk...huk...."    Kareena mencuba menyenangkannya dengan membangkitkan badannya, namun dia tidak dapat menyembunyikan sakitnya sehingga batuknya mulai mendera.

"Tengok tu, Reena kan belum sembuh!" Dia rebahkan badan Kareena supaya berbaring kembali. Dan dia juga turut membaringkan tubuhnya di samping Kareena. Dia meraih Kareena yang kurus kering itu ke dalam dakapannya.

Batuk Kareena menyeruak ke langit-langit, menampar hibanya, mengeringkan airmatanya.

"Abang, tidak usahlah menemui ayah kalau hanya untuk meminjam duit,’’ Kareena bersuara setelah batuknya reda.


Dia hanya membisu. Antara keraguan dan ketakutan. Keraguaan akan penerimaan ayahnya terhadap kehadiran anaknya yang hilang. Dan ketakutan akan kesihatan isterinya yang semakin parah.
Dia mengurut perlahan belakang isterinya. Dan tanpa sedar, diselangi batuk Kareena dan rencana esok pagi yang sudah tersusun di benaknya, dia akhirnya tertidur dalam kelelahan.

anabilla89 Publish time 24-8-2009 10:24 PM

thanks bintang.....:)

shahrinas Publish time 25-8-2009 09:35 AM

cam citer sedih je...
kalu free letak n3 lagi k...

Jaza2008 Publish time 25-8-2009 11:30 AM

bagus tul ya bintang ...sentiasa ada idea tuk cerita baru... teruskan.... nama cam Kareena Kapoor je.... teringat wajah sekali....
next.....

bintang Publish time 25-8-2009 08:29 PM

terimakasih ana, shah, jaza...:loveliness:

bintang Publish time 25-8-2009 08:39 PM

Halaman rumah yang sudah bertahun tidak dia singgahi, masih nampak seperti dulu. Masih kemas dan bersih kerana selalu dimanja tangan ibunya. Ibunya seorang yang rajin dan suka menghias rumah dan laman. Dia menangguk rindu pada setiap perilaku lembut ibunya.


Di halaman itu dia berhenti sejenak, dia teringat semasa kecil. Dia bermain buaian bersama adiknya di samping ayah yang sedang membetulkan letak pasu bunga kala itu. Memori indah itu bermain agak lama dibenaknya sehingga bibirnya mengorak senyum.
Dengan perasaan berat, dia beranikan diri untuk menapak arah menuju pintu rumah begitu lamunan silam itu pergi dari benaknya. Sering ada kenangan setiapkali dia melangkahkan kaki di halaman rumah ini.


"Masih ingat jalan pulang?!" Suara berat dan garau, yang lama pernah dan sering dia kenal, serta merta menghentikan langkahnya.
Dia berpaling arahkan pandangan secara lambat menuju arah suara itu. Dia temukan wajah ayahnya tanpa gambaran rindu pada wajah tua itu. Yang ada hanya rasa asing nan hambar. Saling tidak mengenal.


"Apa kabar, ayah... mak...?" Begitu pintu besar itu terkuak berdiri ibunya dan dan ayah sudah disebelahinya. Dia mencuba mengakrabi sepotong hati yang beku di hadapannya. Dia menyalaminya ibunya yang kelihatan teduh dalam pilu. Dan dia cuba menyalami ayahnya pula namun tidak ada sambutan. Ah, dulu kami pernah demikian karib dalam hari-hari. Namun sekarang.... dia mengeluh sendiri di hati.


"Hal yang terlucu yang pernah aku dengar!" Lelaki itu serta merta membuang muka. Meneruskan herdikan bersama kejian terhadapnya.

Dia seperti mayat hidup, dicaci tanpa berani menatap, dihakimi tanpa berani membela.

"Saya perlu duit ayah... Reena sakit.. sakit tenat..."

"Semua orang perlu duit! Semua orang berkerja untuk duit" ujar ayahnya mengherdik. "Dan hanya orang yang tidak tahu diri saja yang berani mengemis duit."


Perkataan itu membuat dia semakin melupakan niatnya, melupakan lelaki tua di hadapannya itu sebagai seorang ayah, dan melupakan dia sebagai anak yang terlahir dari darah dan daging ayahnya sendiri. Tapi setiap kali mengingat isterinya yang terdampar sakit, maka hilanglah niatnya untuk menentang!


"Reena sakit, ayah...!" Saya mohon jasa baik ayah.... "Saya pinjam duit tidak banyak, hanya untuk kos pembedahan segera. Dan tidak lama duit itu akan saya kembalikan."

"Lebih baik mengasihani anjing daripada...."

"Abang, cukup!" Suara yang dia kenal datang mengherdik dari balik dapur. Ibunya berdiri dengan tangisan berat.

"Pergi... masuk ke dalam!" ayahnya memaki seorang wanita paruh baya, yang tidak lain adalah ibunya.

"Dan kau... pergi dari sini! Dan jangan sesekali datang ke sini lagi!"

Dia menatap galau. Tiba-tiba kebenciannya membuncah. Dia seerti merasakan kelahirannya adalah satu khilaf. Ya Tuhan, maafkan aku atas kesalahan ini! Dia menjadi sedar kembali dan beristighfar panjang.

Dan dia menyalahkan dirinya, kenapa dia mengabaikan larangan isterinya.
Dia melangkah pergi, menapaki rumput halaman rumah yang menyimpan kenangan.
Sesampai di hujung pagar, sepatah suara menghentikan langkahnya. Suara yang perlahan dikenalinya dan pernah akhrab suatu waktu dulu

"Pak Jamil?!"

"Salman, ini pemberian mak kamu."

"Oh... rezeki dari Tuhan?"

"Eh, kamu tinggal di mana?"

Dia terdiam.

"Pak Jamil, bagitahu mak, terima kasih dan sampaikan salam sayang saya juga dari Reena. Saya akan membayar secepatnya...."

Dia berlalu secepatnya setelah menerima sampul surat yang berisi sejumlah wang yang diserahkan lelaki tua yang sudah mengabdi hampir separuh hidupnya pada keluarganya. Dia memegang erat sampul surat yang berisi wang itu. Wang! Wang yang diperlukannya untuk keperluan perawatan Kareena.
Dia melihat senyum ayu, pipi merah Kareena menguntum seperti dulu. Ceria dan nakal menggamit cintanya.
Dia berlari sekuatnya meninggalkan Pak Jamil.

"Salman, Salman...!"

Tidak dihiraunya. Suara itu memanggil lagi, dan pelan-pelan hilang di persimpangan jalan menuju jalan raya.

shahrinas Publish time 26-8-2009 08:42 AM

teruk betul bapak salman nie...sian diorg... :(
kalu free letak lagi k... :)

juliet80 Publish time 26-8-2009 10:57 AM

bagus tul ya bintang ...sentiasa ada idea tuk cerita baru... teruskan.... nama cam Kareena Kapoor je.... teringat wajah sekali....
next.....
Jaza2008 Post at 25-8-2009 11:30 http://mforum2.cari.com.my/images/common/back.gif


haha sama dgn juliet yg dah tbayangkan dah rupa kareena kapoor tu....

dengan2 salman khan sekali dah ni ade watak jugak rupanya.....hehe

kaypo Publish time 26-8-2009 11:11 AM

12# juliet80

Juliet...kareena kapoor ngan salman khan...wah bergelek la kita lepas ni...hahaha..

Tahniah bintang..anda menyinari taman ini dengan pelbagai warna warni.

Jaza2008 Publish time 26-8-2009 04:00 PM

12# juliet80

Juliet...kareena kapoor ngan salman khan...wah bergelek la kita lepas ni...hahaha..

Tahniah bintang..anda menyinari taman ini dengan pelbagai warna warni.
kaypo Post at 26-8-2009 11:11 http://mforum2.cari.com.my/images/common/back.gif


Terbayang lak "kita berlari-lari... dikaki langit mencari pelangi.... bila hujan turun kita basah bersama....
masihkah kau ingat...masihkah kau ingat".....Kareena di kejar oleh Salman diatas bukit turun kekaki bukit lalu basah ditimpa hujan....hahahahaha..... ni cerita hindustan... bukan cerita Bintang....

Idea Bintang ni cam pelangi.... MMA tul.... best untuk minda akal kami yg sunyi sepi ni.....
Harapnya panjang le n3 kali ni ya Bintang......

bintang Publish time 26-8-2009 06:54 PM

korang kan, buat bintang gelak jek...;P

bintang Publish time 26-8-2009 07:11 PM

Siang menjalar hingga ke petang
.
Sambil menunggu reda hujan yang tiba-tiba mengguyur tak begitu lama tadi, dia berkesempatan untuk membeli makanan kesukaan isterinya. Dia turut membeli pisang kaki, pear yang semua itu buah kesukaan Kareena. Sambil menatap kecipak air hujan yang belum reda, dia membayangkan raut wajah Kareena yang akan tersenyum manis. Sebab hari ini dia membawa pulang makanan kesukaannya, dan esok hari Kareena tidak akan di ranjang menanti dia pulang. Sebab dia akan ditemani oleh jururawat di rumah sakit!


Dalam luruh hujan dia bersenandung dalam hati. Dan berharap hari-hari esok akan melewati hari dengan keindahan....

Hujan belum reda.

Senja yang merambat berlalu menggapai malam. Hari ini seperti kemarin. Untuk kesekian kali, dia memaksa kakinya merempuh genangan becak tar jalan yang bertambah lubangnya dari hari ke hari. Namun malam ini tidak terasa dingin. Ada semangat yang menyala yang menghangatkan badannya, meski lampu jalan masih seperti dulu dengan lapisan kristalnya mulai nampak retak, menambah kelu gelapnya malam dari hari ke hari.


Masih saja tubuhnya dihentam genangan air yang terlindas roda kenderaan.Namun kali ini dia hanya tersenyum.Sebab ada secercah harap yang membenderang, meski berupa noktah.Tidak seperti malam-malam lalu.Wajah Kareena di mana-mana. Dia ingin cepat sampai ke rumah, merenung binar mata Kareena yang malap itu dan berbisik, esok ada sinar untuknya dan mata itu akan kembali bersinar seperti masa-masa lampau. Dan pipi merah Kareena pasti akan menyerlah kembali.

bintang Publish time 26-8-2009 07:21 PM

Di depan pintu rumah. Dia tersenyum. Menyapa kayu rapuh pintu itu. Dia harap untuk kesekian kali, pintu itu dapat bercerita suatu waktu, dan membuatnya bangga bahawa seseorang masih setia menunggunya di rumah. Seseorang yang telah bersamanya mengharungi kehidupan yang maha berat ini. Dan namanya Kareena, isterinya yang tercinta!

Dalam, sangat dalam harapan yang dilukiskannya.

Di bawah lantai segelas air teh tumpah, kaca pecah berhamburan bercampur darah yang memerah kental.Sesusuk tubuh tergeletak kaku bersandar di ranjang. Matanya memejam, namun senyumannya tetap hadir untuk menanti dia pulang. Seperti biasa!

Pandangannya mengabur. Sekelilingnya gelap.

Dia hanya dapat mengingat kalimat yang sering dicetuskan kepada Kareena yang membebel lembut:

"Abang sudah kehabisan kata untuk mengingatkan, Reena. Sayang tidur saja di bilik, jangan menunggu abang pulang."

Namun Kareena selalu berdalih untuk selalu cepat menyambut ketika dia pulang.



TAMAT.

juliet80 Publish time 27-8-2009 08:33 AM

wahhh kareena pergi selamanya mninggalkan salman :'(


adesss....baru je jaza duk sebut2 kan mintak kali ni ceritanya lebih panjang lagi rupa2 tamat dah ;P

shahrinas Publish time 27-8-2009 08:57 AM

dah abis...simple betullah citer nie... :)

mbhcsf Publish time 28-8-2009 01:59 PM

then would he meet up his father and said ...well eer daddy ...she has gone?

apa pulak reaksi the daddy ni?
Pages: [1] 2
View full version: Senja Nan Jingga


ADVERTISEMENT